Tuesday, December 22, 2015

2015 : Owa dan Kopi, aroma belantara dari tanah Jawa


Setiap akhir tahun menceritakan yang sudah kita lakukan dan harapan akan tahun baru yang akan datang tentu akan menjadi motivasi tersendiri bagi kita. Tahun 2015 ini untuk project "Kopi dan Konservasi Primata" telah dan sedang berjalan 2 tahun.Inisiasi kegiatan pelestarian primata endemik Jawa yang awalnya melihat kopi sebagai ancaman  kelestarian primata, namun kini berubah menjadi bagian penting dari kegiatan ini sendiri mulai membuat mata team swaraOwa selalu terbuka lebar, mendapat banyak teman baru dari obrolan tentang kopi, menambah pengetahuan, memunculkan ide-ide penerapan hasil-hasil penelitian untuk konservasi, dan setidaknya kopi Owa telah menjadi media promosi atau duta konservasi bagi upaya pelestarian owa dari tanah Jawa.

Tahun 2015  ini di awali dengan optimisme bahwa kegiatan penelitian di hutan sokokembang dan pada umumnya di habitat Owa jawa di Jawa Tengah ini akan menjadi landasan untuk semua kegiatan pelestarian Owa dan habitatnya.Penelitian-penelitian  telah di mulai untuk melihat keanekaragaman hidupan liar di habitat kopi hutan atau shade grown coffee di Sokokembang. Pemasangan camera trap dan inventarisasi vegetasi telah dilakukan di habitat kopi hutan. Jenis-jenis yang tertangkap camera ini dapat di baca di postingan ini : http://swaraowa.blogspot.co.id/2015/01/hidupan-liar-di-habitat-hutan-kopi.html
Beberapa penelitian juga telah dan sedang di inisiasi untuk  memperoleh gambaran secara umum kondisi keragaman burung dan jenis-jenis serangga yang membatu penyerbukan tanaman kopi dan kupu-kupu.
bajing Jlarang di habitat kopi hutan
Owa yang setiap hari bersuara di pagi hari, ternyata kalau di perhatikan secara lebih dalam, suara ini dapat di bedakan antara satu dan yang lainnya. Dimana perbedaannya, penelitian Sity Maida dari Universitas Negeri Jakarta mencoba menjawab ini, bagaimana variasi struktur vokalisasi Owa di hutan Sokokembang. Tulisan singkat tentang penelitian ini bisa di baca di blog ini : http://swaraowa.blogspot.co.id/2015/10/owa-si-penyanyi-rimba-bagian-2.html
Sampai tulisan ini turun, analsis data tentang suara owa ini masih dan terus sedang dilakukan,kita tunggu bagaiman sebenarnya suara ini dapat di gunakan sebagai identitas tiap idividu (vocal fingger print).
sedang merekam suara Owa

Sepanjang tahun 2015, habitat Owajawa di Petungkriyono juga mengalami tekanan cukup tinggi, salah satunya dari aktifitas manusia yang berkunjung melewati hutan Sokokembang, kegiatan wisata alam massal yang sedang berkembag di bagian atas Petungkriyono, mengundang banyak pengunjung datang melewati hutan Sokokembang, dimana ada akses jalan menuju obyek wisata tersebut. Pengamatan dan monitoring untuk dampak kegiatan wisata massal ini juga sedang dalam kajian. Sebaran primata yang selama ini di sekitar jalan antara Kroyakan hingga Sokokembang, merupakan daerah lintasan primata yang sering menyeberang atau mencari sumber pakan di sekitar jalan.Geliat perekonomian warga sekitar hutan mulai nampak dari kegiatan wisata ini, mudah-mudahan juga ada regulasi yang berpihak jauh kedepan untuk melestarikan potensi wisata yang tidak terbarukan, seperti alam, satwaliar dan habitatnya.

Bulan November 2015, bisa jadi merupakan titik kritis dari dampak kekeringan di habitat Owa Jawa, khususnya Sokokembang. Hutan yang terlalu kering, dan suhu yang tinggi menyebabkan sebagian kawasan hutan habitat Owa juga mengalami kebakaran. Angin yang berhembus kuat juga menyebabkan api yang kecil dapat dengan cepat menyebar ke hutan.
Kebakaran habitat Owa bulan november 2015

Perburuan satwa terutama jenis burung, masih terus saja terjadi dengan intensitas yang semakin tinggi ketika  awal musim penguhujan tahun 2015 ini. Sudah ada kesadaran dari warga sekitar hutan bahwa burung-burung kini sangat sepi, tidak adalagi yang memakan ulat-ulat di sawah atau tanaman perkebunan mereka. Secara langsung beberapa warga ini melakukan konfrontasi dengan para pemburu, memperingatkan sampai meneror kendaraan para pemburu yang biasanya datang dari luar dusun mereka. Upaya bersama dengan pihak terkait yang mempunyai wewenang secara hukum hendaknya dapat lebih tegas di laksanakan di lapangan, mengingat nilai penting sosial, ekonomi dan ekologi dari burung-burung yang ada di hutan.

Harapan akan munculnya peneliti-peneliti muda dan pegiat konservasi primata dari sekitar habitat primata endemik jawa muncul bersamaan dengan acara tahunan yang sudah kita laksanakan di bulan September (http://swaraowa.blogspot.co.id/2015/10/pelatihan-metode-survey-primata-jalur.html). Kurang lebih 25 peserta dari perwakilan universitas, lsm, BKSDA, dan Perhutani ikut dalam acara pelatihan metode survey primata. Kali ini kita bekerjasama dengan teman-teman dari fakultas kehutanan UGM sebagai panitia acara.
Kunjungan guru Biologi SMA/SMK kab Pekalongan
Menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas tentang pelestarian owa jawa terus dilakukan, acara gibbon school day, tahun 2015 di habitat owa petungkriyono, menjadi special karena dapat melibatkan guru-guru biologi SMA/SMK sekabupaten pekalongan. silahkan baca ulasannya di blog ini :
http://swaraowa.blogspot.co.id/2015/10/gibbon-school-day-saatnya-owa-pergi-ke.html

Kopi Owa, menjadi media yang mudah di terima masyarakat lebih luas di luar habitat Owa, produk asli habitat Owa jawa ini menjadi penyemangat untuk melakukan pelestarian Owa dan habitatnya. Selain menjadi matapencaharian warga sekitar hutan, kopi setidaknya menjadi harapan baru bagi perekonomian warga sekitar hutan. Masih banyak pekerjaan yang tidak dapat di lakukan semata oleh tim saat ini, keberlanjutan dan bagaimana produk ini yang  selain ramah hutan juga menjadi media promosi konservasi adalah pekerjaan rumah yang juga harus di pecahkan. Dampak langsung maupun tidak langsung dari kegiatan kopi di habitat owa ini dapat dilihat langsung dengan munculnya kedai-kedai kopi yang ada di sekitar Petungkriyono. Hingga saat ini kita ada dua dusun yang terlibat langsung dalam kegiatan kopi dan konservasi primata, untuk yang mengolah kopi  Robusta  dan kopi  Arabica.

kopi owa Sokokembang, yang di produksi di Ds. Sokokembang

Kopi Owa yang di produksi oleh tim SwaraOwa
Owa Jawa sebagai identitas pergaulan di dunia global mejadi sebuah kebanggaan karena kita sebagai warga asli dari sekitar habitat primata langka ini juga berkontribusi aktif dalam melestarikannya. Kegiatan presentasi di komunitas internasional juga telah dilakukan selama tahun 2015, lewat kunjungan-kunjungan kolega darinegara lain ke habitat owajawa dan melihat langsung situasi di lapangankegiatan konservasi Owa Jawa dan presentasi di acara pertemuan internasional diSingapura beberapa waktu yang lalu.

Kesempatan promosi  konservasi  owa jawa melalui produk kopi owa ini juga datang di tahun 2016 dengan di terimanya abstract dan terdaftar sebagai perserta di acara kongres primata dunia di Chicago,Amerika.

bersama tim dari wildlife reserve singapore di ds.Tlogohendro
Meningkatkan kapastias, menambah pengetahuan tentang kopi Indonesia, promosi kopi dari habitat Owa dan memperluas jaringan "perkopian" telah dan sedang kita lakukan juga, pada tanggal 22-24 Agustus salah satu anggota tim swaraOwa mengikuti pelatihan Cupping test di Gayo, Aceh.

pelatihan "coffee cupping test " di Gayo, Aceh
Mengajak anda untuk berkontribusi bagi kelestarian owa dan habitatnya, kini kopi owa ini dapat anda nikmati di beberapa tempat yang telah menjadi jaringan penjualan dan promosi konservasi Owajawa. Di petungkriyono anda dapat berkunjung langsung ke "Kedai Kopi Owa" milik pak Tasuri yang berada di dusun Sokokembang. Untuk yang berada di Jogja dan sekitarnya, seduhan kopi owa ini dapat anda nikmati di cafe @Mari_ngopi, jalan ngadisuryan 12, sebelah barat alun-alun selatan Jogja.

bersama Owner Mari_ngopi (paling kanan)
Untuk anda yang senang minum kopi dan juga kegiatan pelestarian alam , silahkan berkunjung langsung di markas SwaraOwa, yang berada di jalan Plosokuning 4 no 86, Yogyakarta. Mulai pertengahan tahun 2015 seperangkat alat roasting sekala kecil telah siap mendorong proses produksi kopi dan sekaligus promosi konservasi Owa jawa. Kerjasama penjualan juga telah di iniasiasi untuk tujuan keberlanjutan kegiatan konservasi Owa jawa, bagi anda yang jauh dari outlet-outlet di atas anda dapat berkontribusi  lewat akun twitter  @ndesopetualang, (WA : 0877-3791-0679) juga website kami disini :http://swaraowa.com/sustainable-products/

kami atas nama segenap keluarga monyet "SwaraOwa" mengucapkan

Selamat Tahun Baru 2016

Semoga tahun depan harapan harapan kita dapat terlaksana untuk berkontribusi melestarikan alam sekitar kita, dan terimakasih untuk para pihak yang terlibat langsung maupun tidak dalam kegiatan “Kopi dan Konservasi Primata tahun 2015”, terimakasih atas kerjasama dan support oleh :  







Monday, November 2, 2015

Owa jawa : Identitas Global Kabupaten Pekalongan

foto bersama di kedai kopi Owa
Tulisan berjudul What Does Coffee Have to Do With Gibbons? di blog Wildlife Reserve Singapore, menjadi awal dari pertemuan kita  dengan mereka, yang telah memberikan dukungan untuk kegiatan pelestarian Owa Jawa di habitat alamnya, dan tulisan ini mengulas kegiatan kunjungan WRS ke habitat owa terkait kegiatan "kopi dan konservasi Primata" Pada tanggal 16 October sampai 19 october 2015, perwakilan WRS memberikan dukungan langsung dengan  berkunjung ke  lapangan untuk melihat melihat langsung permasalahan dan kegiatan yang telah dan sedang di lakukan melestarikan owajawa dan juga peningkatan ekonomi warga sekitar hutan melalui kopi hutan.

Owa dan kopi lah yang sebernarnya mempertemukan tim swaraOwa dan WRS, sehingga mereka tertarik untuk datang ke lapangan langsung melihat langsung upaya pelestarian owajawa  wilayah hutan Petungkriyono, Kabupaten Pekalonngan. Hari pertama tanggal 16 October pagi hari kita mengamati primata di sekitaran hutan Sokokembang, dan mengenalkan tanaman kopi jenis jenis kopi yang ada di sekitaran habitat Owa. Menyusuri jalan antara Sokokembang hingga Kroyakan menjadi menu wajib untuk pengamatan primata di hutan sokokembang. Kemungkinan bertemu dengan jenis-jenis primata Jawa yang ada di hutan ini juga sangat tinggi karena kelompok yang di tepi jalan ini relatif mudah terhabituasi.

 
Vvinita, Xavier dan Drew sedang mengamati kelompok lutung di hutan sokokembang
  

Dalam  waktu kurang lebih 3 jam menyusuri jalan ini, setidaknya semua jenis primata di hutan Sokokembang sudah terwakili, Rekrekan (Presbytis fredericae) menjadi primata yang pertama di jumpai. Owa jawa (Hylobates moloch) yang semenjak pagi terdengar suaranya,akhirnya juga dijumpai, meskipun jaraknya yang relatif jauh, namun setidaknya 2 kali perjumpaan dengan Owa juga sangat meyakinkan bahwa hutan Sokokembang ini juga menjadi tempat hidup bagi populasi owa yang bagus. Lutung jawa (Trachypithecus auratus) menjadi favorit dalam primate watching ini, karena kita menjumpai lebih dari 2 kelompok dan masing masing kelompok ternyata juga tidak terlalu takut dengan kehadiran kita yang mengamati. Ada satu jenis lagi yang kita amati di hutan sokokembang yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) kelompok monyet ini di jumpai sedang mencari makan bersama dengan kelompok lutung, dan dengan mudah juga dapat dikenali dari pola perilakunya yang banyak aktifitas di atas tanah, dan suaranya yang gaduh.
lutung jawa 

Selain mengamati primata, kami juga mengenalkan proses produksi gula aren yang menjadi salah satu sumber penghasilan warga sekitar hutan habitat Owa, Sokokembang. Siang itu setelah mengamati primata kita melihat proses pembuatan gula semut aren oleh salah satu warga Sokokembang. Mulai dari nira sampai menjadi kemasan gula aren yang siap kita jual ke pasar.

mak Damuri sedang menjelaskan proses pembuatan gula aren jahe

Sore harinya, masih di dusun Sokokembang kita mengadakan acara bersama warga, khususnya ibu-ibu untuk saling tukar pengalaman bagaimana menyangrai kopi. Acara ini kita kemas secara fun namun juga ada kompetisinya, yaitu lomba menyangrai kopi. menyangrai kopi adalah pekerjaan sehari-hari oleh ibu-ibu warga dusun sokokembang, dan kali ini kita kebetulan ada tamu dari singapore zoo juga yang tertarik dengan kopi dari habitat owa. Lomba sangrai kopi ini dilakukan secara tradisional dan hasil sangrainya kemudian kita nilai bersama mana yang terbaik. Kopi yang di sangrai adalah jenis kopi robusta hutan.
suasana lombang sangrai kopi

Acara lomba sangrai kopi ini di ikuti oleh 6 orang ibu-ibu perwakilan dari warga sokokembang, menggunakan kuwali tanah dan kayu bakar yang seperti biasa dilakukan oleh ibu-ibu Sokokembang.
Di akhir acara cukup membuat tim peniliai kebingungan juga menentukan mana yang hasil sangrai yang bagus, dan akhirnya ada salah satu pemenang yang muncul di antara hasil sangrai tersebut. Menurut tim penilai hasil sangrai dengan disaksikan oleh ibu-ibu di jelaskan bahwa sangrai kopi dengan peralatan tradisional ini juga cukup unik, dan hasilnya akan sangat tergantung dengan konsistensi api dan cara mengaduk kopinya, kadang api  dari kayu yang  terlalu besar  membuat kopi terlalu hangus di permukaan luar namun di biji bagian dalam belum terlalu matang.

penilaian hasil sangrai kopi

Kesokan harinya kita ajak tamu-tamu dari Singapore Zoo ini menuju dusun Gondang, Desa Tlogohendro, dusun ini juga telah menjadi bagian kegiatan  konservasi owa, melalui produksi kopi Arabica nya. Perjalanan ke dusun Gondang kita tempuh kurang lebih 1 jam menggunakan angkutan doplak, yang sehari-hari juga di gunakan warga untuk transportasi. Di dusun Gondang langsung di sambut oleh pak Bau (kepala dusun) dan di jamu dengan hangat dengan sajian khas dusun Gondang yaitu nasi jagung dan sambel krangean.
Di dusun ini kita melihat bagaimana proses pengolahan kopi arabica mulai dari petik sampai penjemuran kopi, acara ngobrol dengan warga juga berlangsung dengan penuh canda karena masing-masing tidak mengerti bahasa yang digunakan.
 
wawancara dengan warga dusun Gondang, Tlogohendro

Tanggal 19 October 2015, perjalanan kunjugan “ Kopi  dan Konservasi Owa” ini juga sampai ke pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan, hari itu juga kita sudah di siapkan acara oleh  kabupaten Pekalongan dalam hal ini adalah BAPPEDA untuk menghadiri acara pemaparan hasil penelitian oleh tim peneliti dan capaian keberhasilan konservasi Owa di wilayah kabupaten Pekalongan. Acara ini juga menjadi sangat menarik dan antusias di ikuti oleh peserta undangan, yang terdiri dari perwakilan kecamatan di kabupaten pekalongan dan pihak terkait kehutanan di wilayah Kab.Pekalongan, yaitu  Dinas kehutanan , perhutani dan BKSDA dan juga dari anggota DPRD kabupaten pekalongan. Acara diskusi ini sekaligus menjadi pertemuan awal untuk mendorong kegiatan pelestarian Owa jawa khususnya di Kabupaten Pekalongan  agar  menjadi agenda prioritas pemerintah daerah, karena dengan Owa jawa tidak hanya menjadi aset daerah namun juga dapat  menjadi salah satu potensi peningkatan ekonomi warga sekitar habitat Owa dari kopi yang di kelola dengan ramah untuk tujuan pemanfaatan hasil hutan yang lestari.

acara presentasi kegiatan "coffee and primate cnservation" di BAPPEDA Kab.Pekalongan

Tuesday, October 27, 2015

Pelatihan Metode survey Primata : Jalur khusus melestarikan Primata Indonesia

Di tulis oleh : 
Novia Rachmawati  (email : srikandinovia@gmail.com) dan Tungga Dewi H.P (tdhp25@gmail.com)
Peserta Pelatihan Survey Primata 2015

Perkenalkan kami Novia dan Tungga. Kali ini kami di berikesempatan untuk menulis di blog SwaraOwa, dan berkontribusi dalam kegiatan “Coffee and Primate Conservation Project 2015”-(CPCP 2015).  
Kuranglebih bulan Mei 2015, dari CPCP mengontak kami sebagai kelompok studi primata yang aktif di Fakultas Kehutanan UGM, untuk belajar bersama tentang primata Indonesia khususnya Owa Jawa, dan  menceritakan bahwa ada kegiatan tahunan yang tahun ini akan di lakukan terkait proyek konservasi owa di Jawa Tengah. Kami dan teman-teman menyambut baik ide ini dan akhirnya bersama teman-teman di KP3 Primata berdiskusi panjang tentang teknis pelaksanaan kegiatan ini.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk melestarikan habitat Owa Jawa yang ada di bagian barat Pegunungan Dieng hususnya yang masuk di wilayah Kabupaten Pekalongan, Kecamatan Petungkriyono melalui penelitian, dan keterlibatan komunitas lokal. Kami akan mendorong peneliti-peneliti muda dan pegiat konservasi melalui pelatihan dan praktek lapangan. Diharapkan, kegiatan ini dapat mendorong munculnya peneliti-peneliti muda di wilayah habitat primata dan sekaligus membangun jaringan pegiat pelestari primata di Indonesia pada umumnya.
Kegiatan pelatihan metode survey primata dilaksanakan pada tanggal 14-16 September 2015 yang diikuti oleh 23 peserta. Peserta yang datang berasal dari UNS, UNY, UGM, AMIKOM Purwokerto, UNNAS, UNSOED, IAR, BKSDA dan Perhutani. Pembicara yang datang berasal dari IAR (mbak Winar), dari PERHAPPI  (Mbak Ike). Mayoritas peserta berasal dari Fakultas Biologi. Para peserta dan panitia menginap di rumah Pak Tasuri, dusun Sokokembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono
hutan habitat Primata di Sokokembang
 Kegiatan pada hari pertama dimulai pada malam hari dengan pematerian tentang metode line transect dan pengamatan satwa nocturnal. Keesokan harinya, peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk mempraktikkan metode line transect. Saat sore hari, data yang telah di dapat oleh para peserta di analisis yang dipandu langsung oleh mas wawan. Selain analisis data juga dilakukan evaluasi mengenai kegiatan pengamatan line transect. Tiap kelompok menceritakan hasil dari pengamatan dengan metode line transect dan dilanjutkan dengan pemberian materi dari Mbak Ike. Setelah Ishoma dilanjutkan dengan pemberian materi vocal count oleh Mas Wawan lalu dilanjutkan dengan pengamatan satwa nocturnal disekitar jalan Desa Sokokembang.

praktek pengambilan data Linetransect

Vocal count digunakan untuk mengetahui jumlah kelompok Owa Jawa yang ada di Hutan Lindung Petungkriyono. Pengambilan data vocal count harus dilakukan pagi-pagi yaitu pada pukul 5-9 pagi saja, karena Owa Jawa paling aktif bersuara pada waktu tersebut. Semua peserta dan pemateri ikut mengamati Owa Jawa dan dipandu oleh Mbak Maida ( Mahasiswa UNJ yang sedang mengambil data skripsi tentang perbedaan suara tiap kelompok Owa Jawa), mbak Lia yang dulu juga mengambil data skripsi owa jawa dengan metode vocal count.
Setelah pengambilan data, semua peserta dan pemateri kembali ke rumah Pak Tasuri untuk sarapan dan packing. Setelah sarapan, dilakukan analisis dan evaluasi mengenai pengamatan Owa Jawa dengan metode Vocal count. Pada pukul 12.00 WIB dilakukan penutupan acara dan setelah itu semua peserta diantarkan pulang oleh panitia.
group diskusi, analisis data line transect

Banyak hal yang berkesan selama mengikuti acara ini, mulai dari perjalanan menuju petungkriyono yang cukup panjang, bertemu teman-teman dari berbagai universitas, berbagi cerita tentang kegiatan apa saja yang ada di fakultas mereka, ingin skripsi dengan tema apa dan kebersamaan selama acara berlangsung, menikmati hidup tanpa adanya listrik dan susahnya mencari sinyal serta melihat kondisi ekosistem hutan lindung yang masih sangat bagus. Banyak ilmu yang kami dapat dari acara ini, mulai dari metode apa saja yang digunakan untuk pengamatan satwa khususnya primata, pengalaman para peserta dan pemateri  dan juga cara membuat kopi yang enak.
nyeduh kopi Owa menjadi acara tambahan

Oh ya, kegiatan ini selain jadi agenda tahunan pelestarian Owa Jawa di Jawa Tengah, juga telah di dukung oleh beberapa lembaga konservasi internasional, diantarana Fortwayne Children's Zoo, Wildlife Reserve Singapore dan Ostrava Zoo. Terimakasih untuk semua yang telah terlibat.

Sunday, October 25, 2015

Owa si Penyanyi Rimba (bagian 2)


oleh : Maida @meeda_yameda


Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu primata endemik Jawa yang menggunakan sinyal suara sebagai penanda daerah kekuasaannya (teritorial). Sinyal suara yang berupa “nyanyian” dikeluarkan setiap pagi oleh betina dewasa Owa jawa yang berperan sebagai perwakilan kelompok. Dalam hal ini, Jantan dewasa Owa jawa tidak ikut berkontribusi, sehingga tidak terjadi duet call seperti halnya pada jenis gibbon yang lainnya. Jantan dewasa Owa jawa akan menjadi perwakilan kelompok jika terjadi konflik batas wilayah atau gangguan yang lainnya dengan melakukan tindakan agresif. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengurangi jumlah energi yang dikeluarkan oleh kelompok dalam mempertahankan teritorialnya.

Sinyal komunikasi tersebut digunakan oleh penerima (individu atau kelompok lain) untuk mengklasifikasikan pengirim sebagai satu anggota atau dari kelas lain (Beecher, 1991 dalam Bee et.al., 2001). Hal tersebut dikarenakan hewan dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengenali dan membedakan individu sejenis dan lainnya pada berbagai tingkat organisasi sosial (Colgan, 1983 dalam Bee et.al., 2001). Sehingga dapat diperkirakan akan ada perbedaan nyanyian pada setiap betina dewasa Owa jawa. Nyanyian tersebut terdiri dari beberapa rangkaian yaitu wa-notes, introduction note, dan great call (pre-trill phase, trill, termination phase). Adanya variasi variabel vokalisasi seperti frekuensi, durasi, jumlah note pada struktur vokalisasi yang membentuk nyanyian tersebut, kemungkinan digunakan oleh betina dewasa Owa jawa sebagai suatu identitas individu.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Listening post (LPS), ini bertujuan agar dalam sehari bisa mendapatkan suara Owa jawa dari beberapa Individu. Suara Owa jawa dapat terdengar hingga radius1500m. Suara yang direkam yaitu suara yang terdengar hingga Listening Post dan baik untuk direkam, dalam rentang jarak 300-700m dari posisi Owa bersuara. Jarak tersebut tidak terlalu mempengaruhi frekuensi akan tetapi mempengaruhi tebal tipisnya note. Tebal tipisnya note ditentukan berdasarkan energi yang terkumpul. Sehingga, note akan terlihat samar jika kita rekam nyanyian Owa yang jaraknya cukup jauh. Proses pengolahan data masih berlangsung, untuk membuktikan secara statistik bahwa terdapat variasi struktur vokalisasi pada setiap individu Owa jawa.


Sonogram female song bout 2 betina dewasa Owa jawa


Saturday, October 10, 2015

Gibbon school day, saatnya Owa pergi ke Sekolah

Salah satu slide materi Gibbon School day

Mengarusutamakan, pelestarian Owa jawa dan habitatnya sudah seharusnya terus dilakukan. Bisa dilakukan dengan kampanye pelestarian, penelitian ataupun pemberdayaan masyarakat sekitar hutan habitat Owa.  Bulan September 2015, kegiatan penyebar luasan informasi tentang pelestarian hutan dan Owa jawa telah kami lakukan dengan menargetkan peserta dari kalangan pendidikan tingkat menengah, SMA, SMK di wilayah kabupaten Pekalongan. Kegiatan ini dalam rangkaian acara tahunan kami di habitat owa yaitu Gibbon schoodays. Dengan melibatkan pegiat pendidikan menengah di harapkan Owa jawa juga semakin dikenal dan di cintai oleh warga sekitar habitat sendiri, yaitu kalangan generasi muda anak-anak usia sekolah.

Tanggal  7 September 2015, bersama dengan perhutani Sakawanabakti Kabupaten Pekalongan, sekaligus acara perkemahan penggalang tingkat SMA dan SMK (Raida/Raimuna Jawa Tengah) kami menyampaikan presentasi di hadapan peserta jambore ini. Bertempat di balai kerja Perhutani di Kecamatan Kesesi, di hadapan kuranglebih 50 peserta terpilih dari SMA dan SMK di wilayah propinsi Jawa Tengah, penyampaian informasi tetenang Owajawa ini menjadi salah satu rangkaian acara jambore. Bangga juga dengan kegiatan jambore ini ternyata maskot acara ini adalah Owajawa, yang memang saat ini masih terdapat di wilayah Jawa Tengah khsusunya di kabupaten Pekalongan

Presentasi tentang Owajawa untuk peserta Jambore Pramuka


Tanggal  19 September 2015, basecamp penelitian di dusun Sokokembang kedatangan tamu guru-guru mata pelajaran biologi di tingkat kabupaten pekalongan (MGMP SMA/SMK Biologi), kedatangan guru-guru ini adalah untuk mengenal lebih jauh owajawa dan habitatnya di wilayah hutan Petungkriyono. 25 peserta yang terdiri guru-guru mata pelajaran biologi ini kami ajak langsung untuk pengamatan primata (Primate Watching) di hutan Sokokembang melihat langsung primata endemik Jawa yang ada di wilayah hutan Pekalongan. Pengenalan dan diskusi lebih jauh tentang kegiatan pelestarian Owajawa ini juga di lakukan di dalam ruang, untuk presentasi tentang primata-primata di wilayah kabupaten Pekalongan dan kegiatan pelestariannya. Presentasi yang di bawakan oleh salah satu tim SwaraOwa ini selanjutnya juga di bagikan kepada guru-guru untuk selanjutnya di informasikan kepada anak didikdi sekolah masing-masing.

Pengamatan Primata (Primate Watching


Salah satu kesimpulan dari kegiatan ini adalah, antusiasme guru-guru mata Pelajaran Biologi ini sehingga akan mengadakan acara ini lebih formal untuk peserta didik mereka. Harapannya semoga satwa-satwa langka yang ada di wilayah Kabupaten Pekalongan juga semakin di cintai  oleh warga dan mengajak masyarakat umum untuk menghargai hutan, habitat alami sebagai salah satu kekayaan ilmu pengetahuan yang tak ternilai.
Materi dalam ruang, dan diskusi tentang pelestarian Owa Jawa

Thursday, September 17, 2015

Survey bersama fauna dan flora Kabupaten Pekalongan


mempelajari peta kerja sebelum ke lapangan
SwaraOwa, September 2015. Kegiatan pelestarian flora dan fauna sudah selayaknya mendapat perhatian yang lebih serius dari pihak yang berwenang ataupun pembuat kebijakan, dalam hal ini khususnya pemerintah daerah. Minggu awal di bulan September 2015 kali ini tim swaraOwa mendampingi pemerintah kabupaten Pekalongan khususnya melalui Dinas Kehutanan  dan Perkebunan untuk mengidentifikasi flora dan fauna di wilayah Kabupaten Pekalongan.
Kegiatan ini sekaligus menjadi kegiatan bersama untuk monitoring dan sosialisasi pelestarian Owa dan fauna yang dilindungi di wilayah hutan di kabupaten pekalongan.

Yang terlibat dalam monitoring bersama kali ini adalah 2 orang dari BKSDA jawa tengah, 1orang dari Perhutani, dan 2 orang dari dinas kehutanan kabupaten pekalongan. Beberapa lokasi sebaran Owa telah terpetakan oleh survey sebelumnya, dan kali ini kita memprioritaskan kunjungan kita di wilayah hutan alam di Kec.Lebakbarang (Bantar kulon) Mendolo) dan Kec. Kajen (Linggo asri) .

Survey selama juga telah  berkesempatan mencoba melakukan kegiatan malam untuk melihat kemungkinan perjumpaan satwa malam, juga dilakukan  camera trapping yang di lakukan di jalur ke gunung Pawon di dusun Mendolo.

Kegiatan ini menjadi langkah awal yang positif untuk melibatkan langsung smua pihak yang berwenang untuk mengenal dan memberi masukan kepada pembuat kebijakan konservasi di wilayah kabupaten pekalongan untuk melestarikan potensi fauna ataupun flora yang ada di wilayah kabupaten pekalongan.
 
Sedang mengamati Owa
Hasil monitoring bersama ini tercatat perjumpaan langsung dengan Owajawa (Hylobates moloch) di Bantarkulon, dan mecatat perjumpaan langsung (vocal) satu kelompok owa di wilayah linggo asri. Hasil cameratrap yang kita pasang di wilayah hutan mendolo mencatat hasil 1 individu luwak rase (Viverricula malaccensis).


Kegiatan survey bersama ini menjadi langkah awal untuk kabupaten pekalongan yang mempunyai potensi fauna dan flora endemik (hanya ada di wilayah tertentu) sehingga menjadi prioritas pembangungan konservasi kabupaten dan juga harapannya menjadi identitas wilayah yang menjadi kebagaan warga kabupaten Pekalongan pada umumnya.

Thursday, August 20, 2015

Pelatihan Metode Survei Primata Hutan Sokokembang, 14-16 September 2015


Latar Belakang
Kawasan hutan alam di Jawa Tengah adalah habitat primata endemik Jawa, salah satunya adalah Owa Jawa (Hylobates moloch) yang terletak di luar kawasan konservasi dan telah terfragmentasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melestarikan populasi Owa Jawa dan habitatnya, sebagai bentuk kontribusi terhadap rencana aksi Owa Jawa tahun 2012 hingga tahun 2021 mendatang. Tujuan khususnya adalah untuk melestarikan habitat Owa Jawa yang ada di bagian barat Pegunungan Dieng, melalui penelitian, penegakan hukum dan keterlibatan komunitas lokal. Kami akan mendorong peneliti-peneliti muda dan conservasionist melalui pelatihan dan praktek lapangan, peningkatan kegiatan penegakan hukum dan pengembangan dan pemberdayaan komunitas lokal berbasis pertanian kopi di Dusun Sokokembang, Pekalongan. Salah satu pelatihan yang perlu dilakukan adalah pelatihan survei primata dengan materi diskusi metode-metode yang digunakan serta praktek langsung di lapangan, misalnya line transect dan point count, serta analisis data yang memungkinkan dilakukan dari metode yang digunakan. Pelatihan ini merupakan kegiatan tahunan yang telah dilakukan sejak tahun 2013 dan tahun ini merupakan pelatihan yang ke-3, yang dilaksanakan oleh KP3 Primata Fakultas Kehutanan UGM yang bekerjasama dengan “Coffee and Primate Conservation Project-Yogyakarta Primate Study Club. Peningkatan kerjasama antara pelaku konservasi di Jawa Tengah, baik yang terlibat langsung maupun tidak akan menjadi langkah berikutnya setelah dilaksanakannya pelatihan. Melalui proses diskusi dalam acara pelatihan, diharapkan adanya kesepakatan mengenai metode yang tepat digunakan di kawasan hutan alam Jawa Tengah, sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak dapat diintegrasikan untuk kepentingan bersama nantinya.

Tujuan
1.    Mendorong munculnya peneliti primata dari generasi muda.
2.    Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknis para peneliti terkait metodologi survei primata.
3.    Mendorong jejaring dan kerjasama antar peneliti primata terutama di tingkat lokal Jawa Tengah.

Lokasi dan Waktu Pelatihan
Pelatihan ini akan dilakukan pada tanggal 14 – 16 September 2015 di Dusun Sokokembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan dan Hutan Lindung Petungkriyono, Perhutani KPH Pekalongan Timur.

Peserta
Mahasiswa perguruan tinggi, praktisi, dan perwakilan instansi di bidang Kehutanan di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.

Pemateri
1. Arif Setiawan,  (Coffee and Primate Conservation Project)
2. Ike Naya Naya Silana  (Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata Indonesia) 

3. Indah Winarti  (IAR)

Kegiatan ini di dukung oleh :






Saturday, July 4, 2015

Owa si Penyayi Rimba (bagian 1)

di tulis oleh Maida @meeda_yameda

Komunikasi merupakan suatu perilaku yang sangat penting bagi makhluk hidup. Organisme dapat bertukar informasi antar satu sama lain secara efektif dengan menggunakan sinyal saat berkomunikasi, salah satunya yaitu menggunakan sinyal berupa suara atau vokalisasi. Owa jawa (Hylobates moloch) dari kelompok Gibbon yang merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat di Pulau Jawa, memiliki ciri khas berupa vokalisasi. Sinyal suara pada Owa jawa digunakan sebagai suatu alat komunikasi antar individu dalam satu kelompok atau kelompok yang berbeda.
Berbedanya anatomi saluran vokal pada setiap individu Owa jawa, memungkinkan setiap individu Owa jawa akan menghasilkan suara yang berbeda. Hal tersebut kemungkinan dijadikan sebagai identitas individu atau kelompok oleh Owa jawa.
Female song bout merupakan salah satu contoh vokalisasi pada Owa jawa yang digunakan untuk berkomunikasi antar kelompok dalam menjaga jarak antar kelompok sehingga teritorial kelompok tidak akan tumpang tindih yang biasanya dilakukan pagi hari. Uniknya, hanya individu betina dewasa dalam kelompok yang menjadi perwakilan dalam menandai teritorial kelompok, kontribusi jantan dewasa sangatlah sedikit dan hampir tidak pernah. Hal tersebut juga terjadi pada Owa klosii (Hylobates klossii) dari Sumatera (berdasarkan studi yang dilakukan oleh Haimoff dan Tilson, 1985).

Gambar 1. Peralatan penelitian.
Identifikasi kelompok pada satu listening post di Hutan Sokokembang dilakukan pada minggu pertama dalam studi ini. Pencatatan sudut dari arah datangnya suara dan jarak pengamat pada Owa jawa yang bersuara dilakukan agar dapat mengetahui letak dan jumlah kelompok Owa jawa yang suaranya terdengar dari listening post. Selain itu, juga dilakukan pencatatan jumlah great call, waktu bersuara serta perekaman suara great call dari beberapa kelompok yang nantinya akan dianalisis menggunakan Raven pro 1.4.

Gambar 2. Pengambilan data suara Owa jawa.
Hasil sementara menunjukan bahwa terdapat 9 kelompok Owa jawa yang suaranya terdengar hingga listening post. Jarak objek bervariasi dari 400-2000 m. Namun, hanya great call dari beberapa individu yang direkam karena jauhnya jarak pengamat dengan objek. Pergeseran sudut yang tercatat dari setiap kelompok adalah 0o hingga 87o dari utara.
Dalam sembilan kelompok ini, kelompok 2 memiliki jumlah great call paling banyak. Namun, cukup sulit dalam menganalisis suara kelompok ini karena ada duet call yang terjadi antara induk betina dengan anaknya. Mereka melakukan single wa-notes dalam waktu yang bersamaan, akan tetapi saat masuk kedalam fase great call, hanya induk betina yang bersuara.