tag:blogger.com,1999:blog-8598379595042184542024-03-13T10:19:18.766+07:00 .Kontribusi Anda Untuk Owa dan Habitatnyaswaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.comBlogger209125tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-2256860426436858432024-03-05T12:30:00.000+07:002024-03-05T12:30:02.991+07:00Partisipasi Swaraowa di Acara Perayaan Hari Satwaliar Sedunia<p><i><b> <span style="text-align: justify;">World Wildlife Day Regional Youth Symposium 24-25 February 2024, Singapura</span></b></i></p><p style="text-align: justify;">Oleh : Kurnia Ahmaddin dan Nur Aoliya</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz5rcbXztyyKcWiRuINCQv31tzvKb4R1Ruk1DlOEdS8EJ30ZEzQjfiRFH382zhU9HFsop69QdCpznAMRpQbpTKEglmxqYo9yEGgojdK00lDo8XiYO2riWtn-ThEVIRXQ4aAfJ0VhNNAG_RvxihBgilwhvaiD9WYmgj5Z_aiBmoSTuNhVKkDVtY8r_9EVg/s1280/IMG-20240225-WA0009.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz5rcbXztyyKcWiRuINCQv31tzvKb4R1Ruk1DlOEdS8EJ30ZEzQjfiRFH382zhU9HFsop69QdCpznAMRpQbpTKEglmxqYo9yEGgojdK00lDo8XiYO2riWtn-ThEVIRXQ4aAfJ0VhNNAG_RvxihBgilwhvaiD9WYmgj5Z_aiBmoSTuNhVKkDVtY8r_9EVg/w480-h640/IMG-20240225-WA0009.jpg" width="480" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p style="text-align: justify;">World Wildlife Day (WWD)
merupakan hari untuk merayakan keragaman satwaliar di seluruh dunia dan
memperingati penandatanganan pertama Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) pada tanggal 3 Maret 1973. Dalam
rangka perayaan global ini, National Parks Board (NParks) Singapura menggagas
acara World Wild Life Day Regional Symposium yang menyoroti hidupan liar Asia Tenggara. Acara ini diselenggarakan oleh anak
muda ( dibawah usia 35 tahun) yang tergabung dalam program Youth Stewards for
Nature dari NParks. Agenda tahunan yang dimulai sejak 2022 ini di selenggarakan
pada tanggal 24-25 Feb 2024 di Singapura. Acara ini dihadiri lebih dari 300
peserta, yang terdiri dari anak-anak muda dari regional asia Tenggara yang
tertarik atau sedang belajar dan bahkan terlibat dalam konservasi alam dan
satwa liar. Peserta juga merupakan perwakilan dari regional negara anggota ASEAN
yang diundang oleh peyelenggara. Lebih dari 10 lembaga konservasi dari Indonesia
diundang untuk mengikuti simposium ini, termasuk kami dua orang delegasi yang
mewakili Swaraowa</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tema global WWD 2024 adalah “Connecting
People and Planet: Exploring Digital Innovation in Wildlife Conservation”. Sesuai
dengan tema tersebut acara ini memiliki lima tujuan utama, yaitu : 1) Membangun
jaringan konservasi generasi muda di Asia Tenggara. 2) Menghubungkan generasi
muda dengan mentor di bidang konservasi satwa liar. 3) Meningkatkan kesadaran
internasional akan praktik konservasi inovatif di Asia Tenggara. <span lang="NL">4) Menyoroti solusi digital baru untuk pemantauan
dan perlindungan satwa liar. </span>5) Mendorong pengelolaan lingkungan dan
perlindungan alam untuk masa depan. Acara terdiri dari seminar dari para ahli
yang bergeak dibidang konservasi alam dan satwaliar, <i>focus group discussion</i>,
<i>workshop</i> dan <i>youth show case</i>. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKJlK-_Tr698W6vTYmxHL3W-dPJmgZvhBzPFDXbJ2-o692TCa44b2cojpvSedRsa1Tu20iiSbrSyj02XpkXdj2eXQantLvwBojvUss9s35arbaWNrMi9nGGwfL9ypcK17ESYChgt_B8VqFrg83J43uPlv9RH2YUx3a1OnN8IVWgkhXZI4f8jPAB6Cmggg/s1280/IMG-20240305-WA0004.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="432" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKJlK-_Tr698W6vTYmxHL3W-dPJmgZvhBzPFDXbJ2-o692TCa44b2cojpvSedRsa1Tu20iiSbrSyj02XpkXdj2eXQantLvwBojvUss9s35arbaWNrMi9nGGwfL9ypcK17ESYChgt_B8VqFrg83J43uPlv9RH2YUx3a1OnN8IVWgkhXZI4f8jPAB6Cmggg/w576-h432/IMG-20240305-WA0004.jpg" width="576" /></a></div><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Acara pada hari pertama dimulai
dengan pembukaan berupa sambutan oleh ministry for national development
Singapore Mr. Desmond Lee. Sambutan kedua disampaikan oleh Dr. Sonja Luz yang
merupakan CEO Mandai Nature dan ditutup dengan pesan yang disampaikan oleh Ms.
Ivonne Higuero sebagai Sekretaris Jenderal CITES melalui video yang dibuat
khusus untuk membuka acara ini. Acara
dilanjukan dengan seminar sesi pertama mengenai konservasi biodiveritas yang dibantu
dengan teknologi. Pemateri pertama adalah Mr Nguyen Van Thai dari Vietnam yang menyampaikan
presentasi mengenai penggunaan kamera trap, <i>drone</i>, SMART patrol dan GPS
tracker untuk patroli pemantauan satwa liar dan tindak perburuan di Vietnam. Garis
besar paparannya adalah penggunaan kamera trap yang diengkapi dengan penguat
sinyal untuk pemantaun perburuan secara ‘<i>realtime’</i>. Lebih lanjut lagi
beliau bercerita mengenai penggunaan GPS tracker untuk mengetahui keberadaan
Trenggiling (<i>Manis sp.</i>) dan untuk mencari keberadaan tregiling tersebut
antena tracker dipasangkan pada drone sehingga jangkauan pencarian lebih luas
dan cepat dibandingkan tracking manual hanya mengandalkan manusia.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pemateri selanjutnya adalah Mr. Malcom Soh dari National
Park Board Singapore yang mempresentasikan mengenai koleksi data satwa liar dan
tumbuhan dengan kamera trap dan alat perekam pasif serta upaya pencegahan
konflik antara manusia dan satwa Liar. Pemateri ketiga adalah Anton L. Delgado
dari Pulitzer Center Cambodia point besar penyampaiannya adalah pentingnya
penggunaan sosial media oleh anak-anak muda dalam melaporkan atau memberitakan
kejahatan perdagangan satwa liar di Kamboja. Selepas makan siang Ms Trang Nguyen dari WildAct Vietnam dan Ms. Reaksmey
Luy dari CEPA Kamboja bercerita mengenai pentingnya pendidikan dan peranan
wanita dalam perlindungan satwa liar di negara mereka. Sebagai penutup sesi
seminar Bapak Alex Waisimon dari Isyo
Hill’s Eco-Tourism Papua Indonesia menuturkan kepada kami para peserta untuk
menyeimbangkan hubungan antara manusia dan satwa liar. Beliau bercerita
mengenai proses merubah pemburu burung untuk aktif menjadi guide wisata
pengamatan burung di Papua.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzEr0RTlpJvDGZCFsUxRPXB7ZI885syImGtin00mhD4IfEHNGeayKmRfVPRr1lXf3axsXXs5ZOyk9r3YkNOL6_hZkLqFxPKHRQEp8mU-IdsIzfNKip6GKKk1eTIzlP0HJLVsz0nygulLIgGcSKdQLhNNinSw6-82BWUo5ywF5VeDgNl5tw9odUABaV4Uc/s1280/IMG-20240305-WA0003.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="855" data-original-width="1280" height="397" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzEr0RTlpJvDGZCFsUxRPXB7ZI885syImGtin00mhD4IfEHNGeayKmRfVPRr1lXf3axsXXs5ZOyk9r3YkNOL6_hZkLqFxPKHRQEp8mU-IdsIzfNKip6GKKk1eTIzlP0HJLVsz0nygulLIgGcSKdQLhNNinSw6-82BWUo5ywF5VeDgNl5tw9odUABaV4Uc/w594-h397/IMG-20240305-WA0003.jpg" width="594" /></a></div><br /><p class="MsoNormal"><span style="text-align: justify;">Menutup rangkaian hari pertama
acara, semua peserta mengikuti focus group discussion yang difasilitasi oleh youth
biodiversity leaders dari seluruh ASEAN. Para peserta dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil 10-12 orang/kelompok dan diberikan sekenario tertentu dimana
setiap orang dalam kelompok tersebut memilik peran masing-masing sebagai
pemangku kepentingan. </span><span style="text-align: justify;"> </span><span lang="NL" style="text-align: justify;">Dari kegiatan ini peserta belajar mengenai
tantangan dan peluang dalam pelibatan pemangku kepentingan untuk konservasi
keanekaragaman hayati.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="NL">Hari kedua peserta dibebaskan memilih workshop yang diadakan, dimana
tersedia 10 workshop dari Lembaga-lembaga di Sigapura. Beberapa workshop
diantaranya adalah kunjungan ke Mandai Nature untuk melihat konservasi burung
secara ex-situ dan mengetahui bagaimana
penggunaan teknologi dalam Singapore Zoo. </span>Peserta yang tertarik dengan
konservasi terumbu karang juga dapat mengujungi workshop di St John’s Island
National Marine Laboratory (SJINML). Peserta yang lebih tertarik dengan
kegiatan kampanye dapat mengikuti wokshop di ArtScience Museum, WWF-Singapore
Workshop, Global Youth Biodiversity Network Southeast Asia, dan Nature
Storytelling Workshop. Kami memilih untuk mengikuti Ethnobotany Workshop:
Connecting People, Plants and Culture di Singapore Botanic Gardens dan LKCNHM
Workshop: Revealing Conservation Narratives through Taxonomy di Lee Kong Chian
Natural History Museum (LKCNHM).<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Acara terakhir ditutup dengan
youth show case yang merupakan presentasi dari proyek-proyek konservasi yang
diprakarsai oleh pemuda di kawasan ASEAN. Adapun penampilan proyek tersebut
berupa pemaparan poster dan Indonesia menampilkan dua proyek yaitu dari Nusa Biodiversitas Indonesia
dan PROGRES Sulawesi yang menampilkan kegiatan pendampingan masyarakat di
Lombok dan Sulawesi. Kami juga menyaksikan presenter poster dari negara lain
seperti Kamboja, Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Acara
ditutup dengan foto bersama seluruh peserta yang mengikuti rangkaian acara. <o:p></o:p></p><p style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Kami merasa sangat beruntung menjadi bagian dari
Simposium pemuda ini. Hal ini karena kami mendapatkan pengetahuan baru yang
disampaikan oleh pengisi seminar dan fasilitator workshop, kami juga dapat
menambah jaringan pertemanan di Asia Tenggara. Bayaknya peserta muda yang hadir
merupakan secercah harapan mengenai regenerasi dan tersambungnya rantai
generasi konservasi biodiversitas di Asia Tenggara. Salam Konservasi</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-54712624682562237482024-02-12T23:35:00.001+07:002024-02-12T23:35:34.431+07:00PERTEMUAN PENGAMAT BURUNG INDONESIA (PPBI)<p class="MsoNoSpacing"><i><span lang="EN-ID" style="font-family: "Calibri Light",sans-serif;"><b>Dari
Natuna belajar dari PPBI XI di Pekalongan</b><o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNoSpacing"><i><span lang="EN-ID" style="font-family: "Calibri Light",sans-serif;">Oleh Ahdiani</span></i></p><p class="MsoNoSpacing"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8j2jMnng5CBTAs7T92KZ1Peucq6bwFMchDNtJx3KENvn1npSMH-HSGJXx5VIJ9jKpR3VZYPx0Gsjkbz7zvkH2ET3IvkSgiW9aa4Fin_DkdDjKuwqJ4SDPUCIjRtshh9BQHGSVhRxaDRwIJQgIi_Be5Ie2oM4MUOB75Jv7mCTu-KiU7gObG5pJuv5ZUlo/s4080/20240121_094424.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3060" data-original-width="4080" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8j2jMnng5CBTAs7T92KZ1Peucq6bwFMchDNtJx3KENvn1npSMH-HSGJXx5VIJ9jKpR3VZYPx0Gsjkbz7zvkH2ET3IvkSgiW9aa4Fin_DkdDjKuwqJ4SDPUCIjRtshh9BQHGSVhRxaDRwIJQgIi_Be5Ie2oM4MUOB75Jv7mCTu-KiU7gObG5pJuv5ZUlo/w400-h300/20240121_094424.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-family: "Calibri Light", sans-serif;">Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI), sebuah acara yang baru bagi saya. Ternyata pertemuan Tingkat Nasional ini sudah dilaksanakan 10 kali dan segera diselenggarakan yang ke 11 di desa Mendolo kecamatan Lebakbarang, Pekalongan. Informasi pertama kali saya dapatkan dari Mas Wawan, founder swaraowa. Swaraowa sendiri merupakan mitra terpenting bagi kami dari komunitas MANTAU KEKAH dalam melakukan Upaya konservasi kekah Natuna,dari beliau kami banyak belajar dan inspirasi akan eksistensi kekah natuna sebagai endemik di pulau bunguran, tempat saya tinggal. </span><p></p><p class="MsoNoSpacing"><span style="font-family: Calibri Light, sans-serif;">11 Januari 2024 sekitar jam 10 pagi, saya menadapat pesan singkat dari Mas Wawan. “Mau berangkat ke sini gak?. Swaraowa sediakan transportnya untuk satu orang dari Natuna.” Begitulah pesan singkat yang disertai dengan poster PPBI XI yang akan diselenggarakan di desa Mendolo, Pekalongan dari tanggal 19 hingga 21 Januari 2024. Tanpa berfikir Panjang, saya langsung mengiyakan dengan harapan bisa belajar banyak dalam pertemuan tersebut. Sebagai pemula dalam Upaya konservasi, tentu saya harus banyak belajar dari kegiatan-kegiatan seperti ini. Saya pun langsung mendaftarkan diri dengan biaya pendaftaran Rp. 250.000,- sesuai dengan dengan arahan dari panitia penyelenggara.</span></p><p class="MsoNoSpacing"><span style="font-family: Calibri Light, sans-serif;">Kami pun mempersiapkan perjalanan menuju Pekalongan. Skenario perjalanan dari Natuna menuju Pekalongan akhirnya kami sepakati menggunakan pesawat Natuna ke Jakarta, dilanjutkan menggunakan kereta api dari Jakarta menuju Pekalongan. Tanggal 18 Januari 2024 saya berangkat seorang diri dari kediaman, desa Mekar Jaya kecamatan Bunguran Barat menuju bandara Ranai. Pukul 15.00 saya berangkat menuju Batam yang merupakan bandara transit pesawat yang saya tumpangi. Barulah pukul 18.40 WIB saya sampai di bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Dari bandara saya harus bergerak lagi ke stasiun Senen untuk melanjutkan perjalanan ke Pekalongan menggunakan kereta api. Saya baru sampai di stasiun Pekalongan pukul 05.00 WIB. Pekalongan untuk pertama kalinya saya sampai, membuat saya sangat terkagum dengan suasananya. Tentu sangat jauh berbeda dengan Natuna. Merupakan kepulauan terluar Indonesia, Natuna dikelilingi oleh laut China Selatan dan berbatasan langsung dengan beberapa negara. </span></p><p class="MsoNoSpacing"><span style="font-family: Calibri Light, sans-serif;">Saya langsung bergabung dengan beberapa peserta lain yang kebetulan tiba disaat yang sama di stasiun. Kami pun langsung bersiap bergerak ke lokasi yang diarahkan oleh panitia. Menggunakan taksi online, kami tiba di Kantor KPH Pekalongan dan bergabung dengan para peserta yang sudah sampai duluan. Sesuai jadwal, pukul 08.00 WIB kegiatan pun dimulai. Seminar Nasional Pengamat Burung Indonesia yang bertemakan “Kendurian Lawan Kepunahan” yang diisi oleh beberapa para narasumber yang sangat luar biasa dan kompeten dan mereka merupakan pelaku lapangan, membuat saya sangat terkagum dan banyak sekali ilmu dan inspirasi baru yang saya dapatkan. Selain ilmu, tentu juga semangat bergerak akan menjadi tambahan modal bagi saya agar bisa memaksimalkan upaya pelestarian satwa-satwa yang ada di Natuna.</span></p><p class="MsoNoSpacing"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAtrpsQ5avAD__xiaUnU888UZYYTAWnOr3G3bGSU80qMeQn8au3RDL-VPd4gzSJrBzoFBKvAkCpmyD9cWilmfaEqQ_4O3N8tEVtuncI-c-J1umutxOfV8relW80enaJ7-m2w5WNrin7Uas0La5PBgV7TaoXOfmbdgA2F_05xpXXkQBwCMtSPBQttY73OY/s1447/Picture1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1081" data-original-width="1447" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAtrpsQ5avAD__xiaUnU888UZYYTAWnOr3G3bGSU80qMeQn8au3RDL-VPd4gzSJrBzoFBKvAkCpmyD9cWilmfaEqQ_4O3N8tEVtuncI-c-J1umutxOfV8relW80enaJ7-m2w5WNrin7Uas0La5PBgV7TaoXOfmbdgA2F_05xpXXkQBwCMtSPBQttY73OY/w400-h299/Picture1.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-family: "Calibri Light", sans-serif;"><p class="MsoNoSpacing">Menggunakan “doplak”, peserta bergerak ke desa Mendolo begitu acara seminar selesai. Sampai di desa, peserta diarahkan ke homestay (rumah warga) yang memang sudah disiapkan oleh panitia. Setelah menyiapkan segala sesuatunya, peserta diarahkan untuk makan malam. Selesai makan malam, semua peserta berkumpul melakukan kegiatan diskusi bersama terkait berbagai potensi kegiatan yang bisa lakukan bersama untuk melawan kepunahan itu sendiri. Yang paling menarik dikegiatan malam pertama ini adalah, peserta disuguhi berbagai macam varian durian yang merupakan hasil petani lokal. Kebetulah dan memang sudah direncanakan sebelumnya oleh PPM Mendolo sebagai panitia untuk menyesuaikan waktu pelaksanaan bertepatan dengan musim durian.</p></span><p></p><p class="MsoNoSpacing"><span style="font-family: Calibri Light, sans-serif;">Hari ke-2 dari rangkaian kegiatan PPBI XI di desa Mendolo ini adalah pengamatan burung yang ada di sekitaran hutan desa. Yang menjadi perhatian saya adalah pagi hari saya dibangunkan oleh nyanyian owa. Mendengar suara nyanyian owa merupakan pengalaman pertama bagi saya. Berikutnya setelah sarapan, peserta dibagi menjadi 2 tim dan bergerak di 2 lokasi yang berbeda. Saya sendiri memilih untuk melakukan pengamatan burung dilokasi dusun tempat kami menginap. Selama pertemuan pengamatan burung di desa Mendolo, kami diajak untuk menjelajahi berbagai habitat burung di sekitar desa. Burung-burung berkicau mengisi udara segar di pagi hari di tengah-tengah hutan durian yang penuh dengan buah durian yang siap untuk dipanen. Sungguh pemandangan yang luar biasa dan mengagumkan.</span></p><p class="MsoNoSpacing"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVurOyWnC3jXWEg8elTbfPW7FRRLO8LM9IoOMi4GOIupbp0vZ8myiyaSSWIP5h1kOWqM-VmHggjW66UaPnF99BbBXWIAd4XVEedsNqa1qwuhAtJQa-pigBUmctTxYtR3aOVV9JPf5oa97x-EaBO7_K60_Nvtj17PA9tBIRHaveIYgWJMgS1NEVfbDwafE/s1533/Picture2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1533" data-original-width="1514" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVurOyWnC3jXWEg8elTbfPW7FRRLO8LM9IoOMi4GOIupbp0vZ8myiyaSSWIP5h1kOWqM-VmHggjW66UaPnF99BbBXWIAd4XVEedsNqa1qwuhAtJQa-pigBUmctTxYtR3aOVV9JPf5oa97x-EaBO7_K60_Nvtj17PA9tBIRHaveIYgWJMgS1NEVfbDwafE/w395-h400/Picture2.jpg" width="395" /></a></div><span style="font-family: "Calibri Light", sans-serif;">Dalam aktifitas hari kedua ini, kami juga diperlihatkan bagaimana kegiatan budidaya lebah yang dilakukan oleh Masyarakat Mendolo. Tentu sangat menarik perhatian saya karena memang sebelumnya juga saya sudah merencanakan melakukan hal yang sama untuk tujuan edukasi dan konservasi di Natuna terkait lebah yang sudah kami temukan berbagai jenis.</span><p></p><p class="MsoNoSpacing"><span style="font-family: Calibri Light, sans-serif;">Selain pengamatan burung, kegiatan ini juga memberi kami, khusunya saya kesempatan untuk bertemu langsung dan belajar dari para ahli serta pengamat burung dari berbagai daerah. Diskusi-diskusi yang kami adakan membahas isu-isu konservasi dan pentingnya melestarikan habitat alam bagi burung. Ini adalah kesempatan langka untuk memperdalam pemahaman kami tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati di seluruh Indonesia.</span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXOM2D7Cqb1GdxYDralb7HUWIJmM0uzd14qMjKSLEbuaELryvXPPnSxUnrAaf_jnYHgfB97aJV_luMT28l51IiZaso7DHfUOOnTie98ACR06MCAElTd_yASVadEIfgamOW43R3ClyJkaP_icHZ_il36m80swn5HUNAbX9BEzUIU4DrhtUgYm7fkuHH3vk/s599/Picture3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="339" data-original-width="599" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXOM2D7Cqb1GdxYDralb7HUWIJmM0uzd14qMjKSLEbuaELryvXPPnSxUnrAaf_jnYHgfB97aJV_luMT28l51IiZaso7DHfUOOnTie98ACR06MCAElTd_yASVadEIfgamOW43R3ClyJkaP_icHZ_il36m80swn5HUNAbX9BEzUIU4DrhtUgYm7fkuHH3vk/w400-h226/Picture3.jpg" width="400" /></a></div><br /><p class="MsoNoSpacing"><span style="font-family: "Calibri Light", sans-serif;">Foto bersama adalah sesi akhir di hari terakhir kegiatan sebelum para peserta kembali ke daerah asalnya masing-masing. Saat akhirnya tiba waktu untuk meninggalkan desa Mendolo, Pekalongan, kami membawa pulang kenangan yang tak terlupakan dari petualangan kami. Dari keindahan alam Natuna hingga keanekaragaman burung di desa Mendolo, setiap langkah diikuti oleh keajaiban alam yang mengagumkan. Kami berharap bahwa pengalaman ini tidak hanya akan menjadi sebuah laporan perjalanan, tetapi juga akan menjadi dorongan untuk melindungi dan memelihara kekayaan alam Indonesia untuk generasi mendatang, khususnya bagi saya pengalaman dari kegiatan ini menjadi nutrisi semangat baru untuk lebih giat bergerak agar semua pihak bisa sadar bersama akan eksistensi dari keberadaan satwa-sata di sekitar kita.</span></p><div><br /></div><p></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-66094908301959021672024-01-27T08:47:00.000+07:002024-01-27T08:47:00.133+07:00Pertemuan Pengamat Burung Indonesia, Desa Mendolo Pekalongan Jawa Tengah<p> Oleh : Kurnia Ahmaddin</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5nUSTgPNpUIPHYvC0RS7b0trHMvlUjWvdPU-EGHpVdDjNfYUGXAx2WauqidWfpgL3kShCsYc-Dko-HFy0KNTAtB6WHb8teSR7x3c-h6ORwhluxaYJYrZpiuqnPloU_oHWsz0YCfJ7rv_rnAlyLRW58tDJN8emweYz54ZwgsdrYaMPmqDOBtfEZxJC6FQ/s6000/DSC04915.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="6000" height="383" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5nUSTgPNpUIPHYvC0RS7b0trHMvlUjWvdPU-EGHpVdDjNfYUGXAx2WauqidWfpgL3kShCsYc-Dko-HFy0KNTAtB6WHb8teSR7x3c-h6ORwhluxaYJYrZpiuqnPloU_oHWsz0YCfJ7rv_rnAlyLRW58tDJN8emweYz54ZwgsdrYaMPmqDOBtfEZxJC6FQ/w576-h383/DSC04915.JPG" width="576" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">burung cekakak batu maskot PPBI XI di pohon durian ds.Mendolo</td></tr></tbody></table><p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;"><span style="text-indent: 0.25in;"><br /><span> </span><span> </span>Pertemuan Pengamat Burung Indonesia atau lebih dikenal
dengan PPBI adalah forum yang mewadahi para pengamat, fotografer dan pegiat
konservasi burung dalam diskusi konservasi burung. Forum ini dilaksanakan
pertama pada tahun 2007 yang mencakup segala kalangan usia.</span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">Pada perjalanannya forum ini sudah
mempublikasikan karya bersama yaitu kode etik pengamat burung Indonesia pada
tahun 2019 dan Atlas Burung Indonesia Volume 1 yang terbit pada Tahun 2021. Dapat
dikatakan event ini merupakan ‘lebaran’ bagi para pengamat burung Indonesia. Berdasarkan
pada kesepakatan PPBI X sebelumnya di Tabanan, Bali, PPBI pada tahun 2024 akan membahas
tentang perburuan burung dan diselenggarakan di Desa Mendolo Lebakbarang,
Pekalongan Jawa Tengah.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;"><o:p> </o:p><span style="text-indent: 0.25in;">Paguyuban Petani Muda Mendolo ( PPM mendolo) bekerjasama
dengan Swaraowa adalah penyelenggara PPBI XI mengambil tema </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">“</span><b style="text-indent: 0.25in;">Kendurian
Lawan Kepunahan</b><span style="text-indent: 0.25in;">” acara dilaksanakan pada tanggal 19-21 Januari 2024. Hari
pertama </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">bertempat di Aula KPH Pekalongan
Timur, 93 peserta pecinta burung liar datang untuk mengikuti rangkaian acara
ini. Peserta hadir dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, dosen, siswa
homeschooling, photographer, Taman Nasional Karimunjawa, BKSDA Jawa Tengah,
dll. Dari asal kota mulai peserta datang</span><span style="text-indent: 0.25in;">
</span><span style="text-indent: 0.25in;">dari Jakarta, Bogor, Jogjakarta, Semarang, Surakarta, Malang dan terjauh
dari kepulauan Natuna. </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">Acara dimulai
dengan pembukaan oleh PPM Mendolo selaku panitia disambut oleh Jajaran pejabat
KPH Pekalongan Timur. Dilanjutkan dengan seminar nasional yang akan diisi oleh </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">Dwi Nugroho Adhiasto dari Yayasan SCENTS </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">yang memperesentasikan perburuan satwaliar
khususnya jenis-jenis burung di Indonesia dan Marison Guciano dari Yayasan
Flight Indonesia </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">mengenai kejahatan
perburuan burung dan perdagannya di Pulau Sumatera.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioVUXVaOHf7rrpcN579trcNhITvtpsfFs3AlavKlwKf_9SSjhrAx7-nl40gxD60qiyo7bx_N_K-Dk77Tt9goiipkavzbcRl8gcy9d2LWoXZeMrtyeC9GnIkqt8d4al5F4r1mhIGxC7M7gE_7DDZtIFER3DgDby_i9Jk3on2lOfzFL0XKdtF2vw81ZJFlA/s5184/20240119090858_IMG_7292.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3888" data-original-width="5184" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioVUXVaOHf7rrpcN579trcNhITvtpsfFs3AlavKlwKf_9SSjhrAx7-nl40gxD60qiyo7bx_N_K-Dk77Tt9goiipkavzbcRl8gcy9d2LWoXZeMrtyeC9GnIkqt8d4al5F4r1mhIGxC7M7gE_7DDZtIFER3DgDby_i9Jk3on2lOfzFL0XKdtF2vw81ZJFlA/w400-h300/20240119090858_IMG_7292.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Presentasi oleh Dwi Adhiyasto</td></tr></tbody></table></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 106.35pt; text-indent: .25in;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Setelah sesi break
makan siang perwakilan dari Cikananga Conservation Breeding Center , <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bertie Fern dan drh. Happy Ferdiansyah dari Yayasan
Planet Indonesia berbagi kisah mengenai proses penangkaran konservasi, <i>breeding</i>
untuk jenis-jenis <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>burung langka di Jawa
dan rehabilitasi burung kicau di Kalimantan. Sesi terakhir untuk seminar
nasional ini diisi kisah dari desa wisata Jatimulyo, Kulonprogo <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yogyakarta, desa ramah burung liar yang aktif
dalam melawan perburuan burung yang dikelola secara aktif oleh warga desa
melalui kegiatan wisata minat khusus pengamatan burung. Materi tersebut dibawakan
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>oleh Andri Suhandri dari KTH Wanapaksi. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Penutup acara hari pertama di KPH Pekalongan
Timur diisi oleh Mutia Hanifah yang merupakan Koordinator pembuatan aplikasi citizen
science perdagangan burung <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di Indonesia
yang sudah di godog sejak PPBI di Bali dan merupakan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pembuka materi untuk diskusi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hari-hari selanjutnya di desa Mendolo.<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPlYuUgHojxccR9DXVPv-9G4r-p5ct8od0_ShlusJX46dAJtVpKaHEfyQBI3whNgfCOBkb4mQRMeJi0ZywPg2dpMqjEpH_n2uF7SbPpAQL5kV-4hovHgctEuN24G_tesGwAz6QVHFP2ROJaNiI1032yMRHmlnt8birzrkyGpc6G1rjJkM3KFuKWFC6iTE/s5184/20240120091108_IMG_7753.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPlYuUgHojxccR9DXVPv-9G4r-p5ct8od0_ShlusJX46dAJtVpKaHEfyQBI3whNgfCOBkb4mQRMeJi0ZywPg2dpMqjEpH_n2uF7SbPpAQL5kV-4hovHgctEuN24G_tesGwAz6QVHFP2ROJaNiI1032yMRHmlnt8birzrkyGpc6G1rjJkM3KFuKWFC6iTE/w400-h266/20240120091108_IMG_7753.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">kegiatan pengamatan burung di sekitar desa Mendolo</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 106.35pt; text-indent: .25in;"><o:p style="text-indent: 0.25in;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgarV8lfFiK2JJh2fLlauTYSFo_s1vRbGq4VY77alzUT_EU2PC94rIiPEHEHlNmqzQkzaGXn-2xYhyVRc-xQ1QXfVz4Cpc0WatMQ0A4wj1cBlTf8htxE9fMn3rcjfcsHAoiKVUGrq8zrYUUu1i9tYEYArw_x1mX8V5fF_Ofx1ISyvkdxZc6-mdjdKpkeLo/s5184/20240120082923_IMG_7718%20(1).JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgarV8lfFiK2JJh2fLlauTYSFo_s1vRbGq4VY77alzUT_EU2PC94rIiPEHEHlNmqzQkzaGXn-2xYhyVRc-xQ1QXfVz4Cpc0WatMQ0A4wj1cBlTf8htxE9fMn3rcjfcsHAoiKVUGrq8zrYUUu1i9tYEYArw_x1mX8V5fF_Ofx1ISyvkdxZc6-mdjdKpkeLo/w400-h266/20240120082923_IMG_7718%20(1).JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">burung Julang emas yang teramati di acara PPBI XI</td></tr></tbody></table><br /></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 106.35pt; text-indent: .25in;"><span style="text-indent: 0.25in;">Pada
sore hari selepas acara seminar nasional, seluruh peserta berpindah menggunakan
‘doplak’ menuju desa Mendolo. Di</span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">desa
Mendolo, peserta diajak untuk berdiskusi kegiatan serempak setahun kedepan,
mengamati burung liar bersama, menikmati sajian makanan lokal dan tentu saja
menikmati buah durian yang merupakan salah satu hasil bumi andalan desa
tersebut. Durian sebagai komoditas musiman telah memeberikan nilai ekonomi
nyata di desa ini, sistem budidaya </span><i style="text-indent: 0.25in;">agro-forest</i><span style="text-indent: 0.25in;"> menjadikan habitat durian
seperti layaknya hutan dengan komposisi vegetasi beragam dan menyediakan
habitat bagi satwaliar, khususnya jenis-jenis burung. Keberadaan burung di Kawasan
hutan-durian Mendolo ini adalah salah satu asset </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">desa yang sangat potensial untuk dikembangkan
sebagai wisata minat khsus pengamatan dan fotografi burung di alam. </span><span style="text-indent: 0.25in;">Selama 2 malam peserta menginap di rumah warga
dukuh sawahan agar kesempatan berinteraksi dengan warga semakin terjaga.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 106.35pt; text-indent: .25in;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPNStR50Thsv5vizukRwt7rgDF1hFP_-qfuwQuh6joboMgICNQ0KSHL07SuegoroaxEqve_MbeWzonfGUv_LdPlX8xJzlap0kjNivvJ-qNfWhCkUnhk5R1dQclIxV3iQluKEqoWQ8oC3VnIs6M7ol4MyeN76EPftP7pamRycSmhns8VR6u45HqRsLSf94/s5184/20240119225922_IMG_7660.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPNStR50Thsv5vizukRwt7rgDF1hFP_-qfuwQuh6joboMgICNQ0KSHL07SuegoroaxEqve_MbeWzonfGUv_LdPlX8xJzlap0kjNivvJ-qNfWhCkUnhk5R1dQclIxV3iQluKEqoWQ8oC3VnIs6M7ol4MyeN76EPftP7pamRycSmhns8VR6u45HqRsLSf94/w400-h266/20240119225922_IMG_7660.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sesi diskusi malam hari, sambil menikmati durian Mendolo</td></tr></tbody></table></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;">Pada
malam pertama sesampainya peserta di dusun sawahan, dengan suguhan durian lokal
dan keripik gadung kami berdiskusi mengenai langkah kecil bersama melawan
kepunahan burung liar. Menyusul kesuksessan aplikasi citizen science Burungnesia,
inisiasi pembuatan applikasi citizen science untuk memantau perdagangan burung
telah dan sedang di kembangkan, dan rencananya akan di launching di tahun 2024,
pemberian nama applikasi menjadi topik diskusi yang serius untuk semua peserta,
dan munculahnama applikasi itu yaitu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>‘AKAR’, amati sangkar. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Aplikasi tersebut merupakan aplikasi untuk
mempermudah pendataan burung yang ada di dalam sangkar atau satwa peliharaan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;">Pada
hari ke-2 rangkaian acara PPBI XI ini dilanjutkan dengan pengamatan burung liar
seharian penuh yang dilaksanakan di dukuh Mendolo Wetan, Kradegan, Mendolo
Kulon dan dukuh Sawahan. Hasil dari pengamatan bersama, beberapa burung liar
yang dapat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>didokumentasikan pada hari
tersebut diantaranya adalah Julang emas (<i>Rhyticeros undulatus</i>) , Pentis Pelangi
(<i>Prionochilus percussus</i>), Merbah corok-corok (<i>Pycnonotus simplex</i>)
, Takur tenggeret (<i>Megalaima australis</i>), Sepah hutan (<i>Pericrocotus
flammeus</i>), Sempur-hujan rimba ( <i>Eurylaimus javanicus</i>) , Elang Jawa (
<i>Nizaetus bartelsi</i>)dan yang menjadi maskot acara PPBI Mendolo yaitu Cekakak
batu (<i>Lacedo pulchella</i>) .<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfXryu7FLzds1D2Raii5EnQjgsF5NV79OYGxIqCxQNpOpVU_NqO8AgfRX8L5GGjplmTjrCKrW4YSHChrQk772b9lOCTczxeCud7MNzmyfIESLlQOo53W2agGoLFzxLXngQkj1Wc3Ip6DEhHvT9HB6iTSXiG3mTIvqpXgznDtQqd-Wuh8vE5RZW7mFC-6Y/s5184/20240121092615_IMG_7836.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3888" data-original-width="5184" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfXryu7FLzds1D2Raii5EnQjgsF5NV79OYGxIqCxQNpOpVU_NqO8AgfRX8L5GGjplmTjrCKrW4YSHChrQk772b9lOCTczxeCud7MNzmyfIESLlQOo53W2agGoLFzxLXngQkj1Wc3Ip6DEhHvT9HB6iTSXiG3mTIvqpXgznDtQqd-Wuh8vE5RZW7mFC-6Y/w400-h300/20240121092615_IMG_7836.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">foto bersama perserta PPBI XI</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;"><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">Selepas makan malam forum diskusi kembali
digelar. Diskusi malam hari kedua mengerucut mengenai rencana rancangan
penyusunan Atlas burung Indonesia volume 2. Seperti pada proses penyusunan
Atlas burung sebelumnya, langkah pendataan jenis burung liar serempak </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">akan diagendakan dalam kegiatan ‘</span><i style="text-indent: 0.25in;">Big years</i><span style="text-indent: 0.25in;">’ </span><span style="text-indent: 0.25in;"> </span><span style="text-indent: 0.25in;">pada tahun ini. Kegiatan ini adalah perlombaan
mengamati dan mencatat burung liar dengan beradu jumlah jenis dalam kurun waktu
6 bulan. Selanjutnya hasil data dari perlombaan ini akan dijadikan buku
mengenai sebaran burung liar terkini yang ada di seluruh Indonesia. Diskusi
kedua pada malam hari ini adalah penunjukkan kota lain penyelenggara PPBI
berikutnya. Diskusi berjalan sangat singkat karena perwakilan dari Bogor dengan
tegas siap untuk menerima ‘lebaran pengamat burung’ di Bogor pada tahun 2025.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 8.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-indent: .25in;">Pada
hari terakhir rangkaian acara PPBI XI 2024 acara ditutup dengan foto bersama
seluruh peserta dan panitia sebelum peserta diantar menuju kota Pekalongan
untuk kembali ke kota masing-masing. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pesan kesan dari salah satu peserta dari
Surabaya yaitu Isca Desmawati menyampaikan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Sangat menyenangkan bertemu dengan pegiat
konservasi burung di Indonesia dan kawan-kawan pengamat burung, makananya enak
dan burungnya bagus-bagus terakhir terima kasih mabok duriannya”. Demikian
rangkaian acara PPBI XI 2024 salam konservasi, sampai jumpa di PPBI XII 2025 di
Bogor. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br />swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-5059707995694647202024-01-20T05:01:00.001+07:002024-01-20T05:04:35.565+07:00Kendurian melawan kepunahan Burung <p> Press release</p><p>"KENDURIAN MELAWAN KEPUNAHAN" Pertemuan Paguyuban Pengamat Burung Indonesia di Desa Mendolo, Kec.Lebakbarang, Pekalongan</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSFl4xRAsFhf5r1Vj5S6NKZ6t2YphF4gbXRQ2R7qJ9yWiKsbR3TBGow7uzNHftFypu_78iao0oYwgGED1O-W7oxgj6LN8fMtuxkz-mmGvQhX43BYnu-3bzOuLyuXdzAZdwBfyUQKhSj26_AEzJS-HBOZI2ReGT30tEJtSBSr1dtBx6lmz6UtT_LpRkNtY/s1080/20240107_195935_0000.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSFl4xRAsFhf5r1Vj5S6NKZ6t2YphF4gbXRQ2R7qJ9yWiKsbR3TBGow7uzNHftFypu_78iao0oYwgGED1O-W7oxgj6LN8fMtuxkz-mmGvQhX43BYnu-3bzOuLyuXdzAZdwBfyUQKhSj26_AEzJS-HBOZI2ReGT30tEJtSBSr1dtBx6lmz6UtT_LpRkNtY/s320/20240107_195935_0000.png" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman burung yang melimpah. Tercatat lebih dari 1700 spesies burung menghuni seluruh pulau di Indonesia. Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-4 sebagai negara dengan jumlah spesies burung terbanyak di dunia. Tidak berhenti pada data tersebut, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan jumlah jenis endemik tertinggi di dunia. Namun, keberadaan burung tersebut bukan tanpa ancaman. Adanya perburuan liar, perdagangan, kerusakan lingkungan dan alih fungsi lahan menjadi ancaman keberadaan burung di habitatnya. Selama 2 dekade kebelakang jenis yang paling terancam adalah jenis burung kicau. Perburuan dan perdagangan jenis burung ini turut mempercepat laju kepunahan. Survei pada tahun 2018 tercatat lebih dari 70 juta burung dipelihara dalam sangkar. Ancaman ini akan menjadi bencana kepunahan jika tidak ditangani lebih serius.
</p><p>Pertemuan Pengamat Burung Indonesia atau lebih dikenal dengan PPBI adalah forum yang mewadahi para pengamat, fotografer dan pegiat konservasi burung dalam diskusi konservasi burung. Forum ini dilaksanakan pertama pada tahun 2007 yang mencakup segala kalangan usia. Pada perjalanannya forum ini sudah mempublikasikan karya bersama yaitu kode etik pengamat burung Indonesia pada tahun 2019 dan Atlas Burung Indonesia Volume 1 pada Tahun 2021. Forum PPBI terakhir di Tabanan, Bali pada bulan Mei tahun 2022 menyepakati pada tahun berikutnya diskusi akan dibawakan adalah upaya penanggulangan perburuan dan perdagangan burung liar yang ada di Indonesia. Besar harapan kami forum ini dapat membawa langkah nyata dalam upaya menjaga kelestarian burung liar di Indonesia.
</p><p>Kabupaten Pekalongan merupakan kawasan dengan kantung hutan yang masih tersisa di Jawa Tengah. Potensi keanekaragaman burung masih relatif tinggi dengan 116 jenis lebih terdapat di kawasan hutan Lebakbarang. Namun, ancaman perburuan masih aktif di seluruh kawasan hutan di Kabupaten Pekalongan. PPBI XI dengan tema “Kendurian Lawan Kepunahan” ini, selaras dengan semangat masyarakat Desa Mendolo dalam mempertahankan potensi Desa untuk kelestarian burung liar. Masyarakat Desa Mendolo sejak tahun 2019 aktif dalam pengumpulan data keanekaragaman burung serta potensi pendukung lain. Tidak berhenti pada pendataan saja masyarakat juga aktif dalam perlawanan terhadap perburuan burung di kawasan Desa, sehingga agenda tahunan PPBI ini sangat cocok dilaksanakan di Desa Mendolo.
</p><p>Pelaksanaan PPBI XI tahun 2024 ini akan dilaksanakan pada tanggal 19-21 Januari 2024 bertempat di Aula KPH Pekalongan Timur dan desa Mendolo. Menyesuaikan dengan tema, PPBI tahun ini akan ada seminar nasional pada hari pertama di KPH Pekalongan Timur yang akan diisi oleh:
</p><p>1. Dwi Nugroho Adhiasto dari yayasan SCENTS
</p><p>2. Marison Guciano dari yayasan Flight Indonesia
</p><p>3. Bern Fertie dari Cikananga Conservation Breeding Center
</p><p>4. Happy Ferdianyah dari yayasan Planet Indonesia
</p><p>5. Andri Suhandri dari KTH Wanapaksi
</p><p>6. Mutia Hanifah sebagai Koordinator pembuatan aplikasi perdagangan burung
</p><p>Pembicara merupakan aktivis dan pelaku konservasi yang erat kaitanya dengan perlawanan perburuan dan perdangangan burung serta penangkaran burung liar untuk konservasi.
</p><p>Pada hari ke-dua peserta akan melakukan pengamatan burung bersama di Desa Mendolo sembari menikmati sumber hasil bumi terbesar di desa tersebut yaitu buah durian. Malam hari akan ada diskusi mengenai kerja bersama apa yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan sebelum berjumpa lagi di PPBI pada tahun berikutnya. Selama di Desa Mendolo peserta akan menginap di rumah warga dan menjadi warga desa Mendolo dalam sehari.
</p><p>Bagi seluruh warga Indonesia yang tertarik untuk mengikuti kegiatan ini dapat mendaftar melalui tautan bit.ly/PPBIXI2024. Untuk informasi lebih lanjut peserta dapat menghubungi narahubung kami yaitu:
</p><p>Feri : 0852 2943 0160 (WA)
</p><p>Ridho : 0823 2786 3548 (WA)
</p><p>Sampai jumpa di PPBI XI 2024 salam lestari.
</p><p><br /></p>Wawan (Arif Setiawan)http://www.blogger.com/profile/13029634390359358060noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-32563497387735152692023-12-27T16:46:00.003+07:002023-12-27T16:50:08.533+07:00Biodiversity Monitoring : Forum Kolaboratif Pengelolaan Hutan Petungkriyono<p> Oleh : Kurnia Ahmaddin</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFVOcwnCbReCl9cHEC89kXlEfEfC8iKmAdgdwLTKF3HQ36re2WH9SKGg1pOk2zcB6n32gVjnZeCGjZKD8_CNPvaMT7SwgpF8tSvEvsi36MheYSaWgSfDUuwKB6yScN-iqRvFAREWTrHB85oSjGjk6gqVp1e5iXUHgP7edWaEw2g_N0jG6DHMN-PoyeQDE/s5184/IMG_7930.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFVOcwnCbReCl9cHEC89kXlEfEfC8iKmAdgdwLTKF3HQ36re2WH9SKGg1pOk2zcB6n32gVjnZeCGjZKD8_CNPvaMT7SwgpF8tSvEvsi36MheYSaWgSfDUuwKB6yScN-iqRvFAREWTrHB85oSjGjk6gqVp1e5iXUHgP7edWaEw2g_N0jG6DHMN-PoyeQDE/w400-h266/IMG_7930.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemasangan plang larangan berburu</td></tr></tbody></table><br /><p>Salah satu kegiatan dalam rangka memperkuat perlindungan kawasan hutan Petungkriyono, melalui sekema pengelolaan kolaboratif, kegiatan monitoring keanekaragaman hayati ini telah dilakukan sepanjang tahun 2023. Kegiatan ini melibatkan pihak-pihak terkait pengelola, dinas terkait dan perwakilan warga sekitar di wilayah Kecamatan petungkriyono. ( <a href="https://swaraowa.blogspot.com/2023/04/monitoring-bersama-keanekaragaman.html" target="_blank">baca disini laporan bulan april 2023</a>) Forum Kolaboratif ini merupakan amanat dari SK Gubernur Jawa Tengah untuk pengelolaan kawasan ekosistem essensial di Petungkriyono. Meskipun usulan KEEnya sepertinya mengalami perubahan dasar hukum, swarowa mengambil peran penting untuk terus mengaktifkan forum kolaborasi yang telah ada untuk memperkuat perlindungan dan komunikasi aktif dengan anggota forum lainnya.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipFDiY9Icck_1Ih1asOVRAVZOENrjTJOws9Jw0DRKoZeFlDU53MCK6Kw04gkjfvNZZm0OH1Zp6r63Cluwo4blgqbYsT2euFY3OLb0INpd6NE4jIB8bQJat11-ILofG1A70xVI7Vjo-EK8YyzfC6iEIyH1to8-tvdp6boA_RUNvk63VBl6wokgWKSa-CB0/s5184/IMG_7885.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipFDiY9Icck_1Ih1asOVRAVZOENrjTJOws9Jw0DRKoZeFlDU53MCK6Kw04gkjfvNZZm0OH1Zp6r63Cluwo4blgqbYsT2euFY3OLb0INpd6NE4jIB8bQJat11-ILofG1A70xVI7Vjo-EK8YyzfC6iEIyH1to8-tvdp6boA_RUNvk63VBl6wokgWKSa-CB0/w400-h266/IMG_7885.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemasangan alat rekam pasif untuk monitoring Owa Jawa</td></tr></tbody></table><br /><p>Kegiatan monitoring keanekaragaman hayati dilakukan dengan survey jalur hutan dan mengundang pihak terkait untuk bersama-sama melakukan survey, patroli hutan. Kegiatan ini bertujuan selain untuk peningkatan kapasitas juga untuk menginventarisasi keanekaragaman hayati penggunaan camera trap dan alat rekam pasif</p><p>Tim monitoring terdiri dari BKSDA, Perhutani dan Warga desa Kayupuring,di dukung oleh tim teknis dan peralatan yang disediakan oleh swaraowa. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan dilakukan selama empat hari berturut-turut. Monitoring Owa jawa dilakukan dengan menggunakan metode vocal-count triangulasi, dengan menempatkan 3 kelompok pengamat di tiga titik yang berbeda di hutan Sokokembang. </p><p>Hasil monitoring selama tahun 2023 di sajikan dalam tabel berikut ini: </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-4lsw9aSMhHfZ1wFgdqesdndwD3SRXQlc2vsuGFgxLPn2tyCQSau9qEohg0j1aFYy4irPM6pO1zrJK12aEMYJx3s2M7V9zDVca_-HSXxht9FM8oeLo51MzlxMIX7cBB1KQPm8uMc8hjE1_2Q_SvowBgRUHs0kPoIOD4iWPshNE0mTkluU9x_PqbfGWaI/s1083/fauna%20petungkriyono.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="536" data-original-width="1083" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-4lsw9aSMhHfZ1wFgdqesdndwD3SRXQlc2vsuGFgxLPn2tyCQSau9qEohg0j1aFYy4irPM6pO1zrJK12aEMYJx3s2M7V9zDVca_-HSXxht9FM8oeLo51MzlxMIX7cBB1KQPm8uMc8hjE1_2Q_SvowBgRUHs0kPoIOD4iWPshNE0mTkluU9x_PqbfGWaI/w489-h242/fauna%20petungkriyono.png" width="489" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i style="text-align: left;"><span style="font-size: x-small;">Keterangan : Status IUCN Redlis ( NT= near threatened; VU = Vulnerable; EN = Endangered; CR = Critically Endangered.</span></i></td></tr></tbody></table><br /><p><i><span style="font-size: x-small;"> </span></i>Pemasangan papan larangan berburu juga dilakukan sebagai bagian di beberapa lokasi yang masih ada rawan perburuan satwa, terutama jenis burung, namun kegiatan patroli untuk pengamanan hutan. Pantauan tim swaraowa, kawasan ini masih perlu ditingkatkan karena pada masa-masa tertentu kegiatan perburuan ini dilakukan pada malam hari. </p><p>Pemetaan lokasi perjumpaan dengan satwa khususnya mammalia, menggunakan GPS dan dipetakan dalam peta google maps berikut ini. </p><p></p><iframe height="470" src="https://www.google.com/maps/d/embed?mid=1CzeK0w_CG5fwrnpAkrpb2yLQHY3NShc&ehbc=2E312F" width="600"></iframe>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-45061491636739496102023-12-16T09:34:00.000+07:002023-12-16T09:34:47.278+07:00Integrasi lebah dalam kebun pangan: program budidaya lebah untuk perempuan Desa Mendolo<div> oleh : <span style="font-family: Calibri;">Sidiq Harjanto</span></div><div><span style="font-family: Calibri;"><br /></span></div><div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAxpZ1RbZ2002A7Yr4zXwBRxRP9AOd8YS9GkHAo1G-SqrLAWAIWR8Ofu2D3o0NrDX7Dvjl1bjB2WOlXQCz7tdB7fNiILlV7PxtPc6F10_rJLGJ4r8lgQZ_FggSHJ8mow9SSAHHWNzFV3fNuetH0G4IAksrqLSdZv0431ekfNmN-YHvcXbjdsDA-yupcJY/s2400/Belajar%20bersama%20tentang%20budidaya_resize.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1800" data-original-width="2400" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAxpZ1RbZ2002A7Yr4zXwBRxRP9AOd8YS9GkHAo1G-SqrLAWAIWR8Ofu2D3o0NrDX7Dvjl1bjB2WOlXQCz7tdB7fNiILlV7PxtPc6F10_rJLGJ4r8lgQZ_FggSHJ8mow9SSAHHWNzFV3fNuetH0G4IAksrqLSdZv0431ekfNmN-YHvcXbjdsDA-yupcJY/w555-h416/Belajar%20bersama%20tentang%20budidaya_resize.JPG" width="555" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ibu-ibu ds Sawahan Mendolo belajar bersama membudidayakan lebah klaneng</td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: Calibri;"><br /></span><span style="font-family: Calibri;">Penguatan peran perempuan dalam setiap sendi pembangunan perlu terus didorong. Demikian pula dalam bidang pelestarian lingkungan. Keterlibatan perempuan, berdasarkan banyak pengalaman di banyak negara, terbukti mendongkrak tingkat keberhasilan upaya-upaya pelestarian alam.<br /></span><span style="font-family: Calibri;">Dalam diskursus gender dan konservasi alam dewasa ini, telah muncul apa yang dikenal sebagai ekofeminisme yang menempatkan perempuan dengan nilai-nilai feminitasnya, sebagai poros utama gerakan. Sayangnya, gerakan ini masih belum begitu populer.<br /></span><span style="font-family: Calibri;">Pada skala komunitas, strategi jangka pendek yang bisa diambil adalah dengan cara mendorong keterlibatan perempuan secara terstruktur dan terorganisir. Misalnya bisa dimulai dengan memberi ruang eksistensi dalam bidang-bidang yang identik gender perempuan seperti kuliner, keuangan, dan gizi keluarga. Selanjutnya, perlu transformasi yang lebih radikal dengan peran-peran yang lebih dominan bagi kaum perempuan.<br /> </span><span style="font-family: Calibri;">Turut mengarusutamakan upaya penguatan peran perempuan dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, Swaraowa didukung oleh <a href="https://www.mandainature.org/en/home.html" target="_blank">Mandai Nature</a> memfasilitasi komunitas perempuan di Desa Mendolo untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan produktif. Salah satu program yang menjadi prioritas kami adalah budidaya lebah yang terintegrasi dengan kebun pangan.</span><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVUmn65uCVV8CXRhLXGYY_bwXzjMl5HIv9c9O7iluBT7ec9T6JAJBN24MtLD9GZShHYara_RhO0z1yN8Kqf68Seh-mvZUYRRqGZ4tSnXdaqvg0F1_6zdTB5Rr6q2pSYePeh7O_NaVaICd_GOUTno7ohffSeibea-wOGH4NUtOfFfpZy5hYnO46K5_6XvM/s2400/Klanceng%20Tetragonula%20laeviceps%20cocok%20untuk%20penyerbuk_resize.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1800" data-original-width="2400" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVUmn65uCVV8CXRhLXGYY_bwXzjMl5HIv9c9O7iluBT7ec9T6JAJBN24MtLD9GZShHYara_RhO0z1yN8Kqf68Seh-mvZUYRRqGZ4tSnXdaqvg0F1_6zdTB5Rr6q2pSYePeh7O_NaVaICd_GOUTno7ohffSeibea-wOGH4NUtOfFfpZy5hYnO46K5_6XvM/w400-h300/Klanceng%20Tetragonula%20laeviceps%20cocok%20untuk%20penyerbuk_resize.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Tetragonula laeviceps </i>cocok untuk penyerbuk tanaman pangan</td></tr></tbody></table></div><p class="MsoNormal"><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0ZSboJ4EbEckEgircsVQkBVAWZu7DM6d8JOgOAS2nQph8w23RfO9z0dKtyeHFPIhc_vj7QzwDzTe-L2dQYiPTZP5e0UErYiSNcIN-IjBKIop5irDQJO2IcRLTL0Ntv2Igt5671gf0LEW0_t5bl6dl2S38c1GpOxpFpZIfsp8fShzVHoefpUc2Q9BCKXE/s2400/Klanceng%20menyerbukkan%20bunga%20cabai_resize.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1800" data-original-width="2400" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0ZSboJ4EbEckEgircsVQkBVAWZu7DM6d8JOgOAS2nQph8w23RfO9z0dKtyeHFPIhc_vj7QzwDzTe-L2dQYiPTZP5e0UErYiSNcIN-IjBKIop5irDQJO2IcRLTL0Ntv2Igt5671gf0LEW0_t5bl6dl2S38c1GpOxpFpZIfsp8fShzVHoefpUc2Q9BCKXE/w400-h300/Klanceng%20menyerbukkan%20bunga%20cabai_resize.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Klanceng menyerbukkan bunga cabai</td></tr></tbody></table><span style="font-family: Calibri;"><br /></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Calibri;">Kegiatan ini sudah diinisiasi kurang lebih setahun yang lalu. Pada tahun ini, muncul inisiatif untuk membuat sebuah kebun pangan kolektif. Di dalam kebun ini ditanam aneka tanaman pangan, terutama jenis-jenis tumbuhan lokal. Fungsi utama kebun pangan ini sebagai tempat koleksi tumbuhan pangan lokal, dan sebagai media edukasi bagi siapa saja.</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Calibri;">Pada 25 November 2023 kami kembali membuat workshop budidaya lebah klanceng bagi kaum perempuan. Selain memperdalam kemampuan teknis budidaya, dalam workshop ini juga bertujuan untuk mencapai pemahaman mengenai nilai tambah dalam integrasi antara kebun pangan dengan budidaya lebah. </span><span style="font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Calibri;">Budidaya lebah klanceng bagi kaum perempuan Mendolo ini dimaksudkan untuk beberapa tujuan:</span><span style="font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><i><span style="font-family: Calibri;"><b>Pertama</b></span></i><span style="font-family: Calibri;">, budidaya lebah sebagai sumber pendapatan alternatif. Madu menjadi produk bernilai ekonomi yang dihasilkan oleh lebah dan pemasarannya relatif mudah.</span><span style="font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><i><span style="font-family: Calibri;"><b>Kedua</b></span></i><span style="font-family: Calibri;">, menghasilkan madu sebagai tambahan gizi keluarga. Tidak hanya menjadi komoditi bernilai ekonomi, madu merupakan nutrisi yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas gizi bagi keluarga petani.</span><span style="font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><i><span style="font-family: Calibri;"><b>Ketiga</b></span></i><span style="font-family: Calibri;">, mengoptimalkan peran lebah sebagai agen penyerbuk. Sebagaimana telah disebutkan di atas, budidaya klanceng oleh para ibu di dukuh Sawahan ini dikombinasi dengan tanaman pangan yang sebagian di antaranya sangat terbantu penyerbukannya oleh lebah.</span><span style="font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><i><span style="font-family: Calibri;"><b>Keempat</b></span></i><span style="font-family: Calibri;">, klanceng sebagai media edukasi. Lebah klanceng memberi banyak inspirasi dalam hal pengaturan atau pembagian kerja, kepemimpinan, dan pengaturan sumber daya. Para ibu bisa menjadikan klanceng sebagai media edukasi bagi putra-putri mereka.</span><span style="font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwWTjMbC_RvARMjvq0OC7IXpU0FNI4iXL2RzqoWvwWzG4h9LVJRPyqX-pB1Z3Fs9skNDJQj7zPDbhg-VoovZalTuS-KUo3EphBZM8V9Ik3k8fvjieryEqUyrJmrYM0M5yl4GVjZjrMG6xBvRqk0LnW7tppWirFlivJ6a30e65jixeGWpio6RiR_KfC6Uc/s2400/Perawatan%20kebun%20pangan%20Brayan%20Urip_resize.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1800" data-original-width="2400" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwWTjMbC_RvARMjvq0OC7IXpU0FNI4iXL2RzqoWvwWzG4h9LVJRPyqX-pB1Z3Fs9skNDJQj7zPDbhg-VoovZalTuS-KUo3EphBZM8V9Ik3k8fvjieryEqUyrJmrYM0M5yl4GVjZjrMG6xBvRqk0LnW7tppWirFlivJ6a30e65jixeGWpio6RiR_KfC6Uc/w400-h300/Perawatan%20kebun%20pangan%20Brayan%20Urip_resize.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perawatan kebun brayan urip ds Sawahan Mendolo</td></tr></tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggiAg_qGeZs5dfsdyXwFhkHX4HlErSEAcCAz5WBQQ8RB20npfH_hMDhcc0cUr5qsh5NOz14RdrFZ2Oh6Ef_Gv5KsKTb8ksY4btNKeUI2NbKUtH7kUeVQ9pocvi-PKjNChF7vLRIGj19NmPliaNn7ik4WwK-rw4SGFr9aoQozeBuMufd9gxMqqoZhwT7yI/s2400/Mak%20Diyah%20dan%20Mak%20Sutri%20panen%20madu_resize.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1800" data-original-width="2400" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggiAg_qGeZs5dfsdyXwFhkHX4HlErSEAcCAz5WBQQ8RB20npfH_hMDhcc0cUr5qsh5NOz14RdrFZ2Oh6Ef_Gv5KsKTb8ksY4btNKeUI2NbKUtH7kUeVQ9pocvi-PKjNChF7vLRIGj19NmPliaNn7ik4WwK-rw4SGFr9aoQozeBuMufd9gxMqqoZhwT7yI/w400-h300/Mak%20Diyah%20dan%20Mak%20Sutri%20panen%20madu_resize.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mak Diyah dan Mak Sutri panen madu klanceng</td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: Calibri;"><br /></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Calibri;">Lebah yang dipelihara disekitar area pertanian memberikan manfaat berupa jasa penyerbukan. Sementara itu di sisi lain, aneka jenis tanaman menyediakan pakan bagi lebah berupa nektar dan serbuk sari. Tentunya, mengombinasikan lebah dan kebun sayur mengharuskan model pertanian yang bebas bahan kimia yang bisa membunuh para lebah.</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Calibri;">Budidaya lebah dan kebun pangan lokal ini harapannya bisa menjadi pintu masuk bagi kaum perempuan Mendolo untuk berpartisipasi aktif dalam gerakan konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang lestari. Desa Mendolo dengan kekayaan hayatinya: lima jenis primata jawa (Lutung, Owa, Rekrekan, Monyet ekorpanjang, dan Kukang), berbagai burung-burung endemik dan langka, anggrek hutan, menuntut keterlibatan semua elemen masyarakat untuk merawat dan mengelolanya secara berkelanjutan.</span></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-39094728916298403242023-12-15T07:57:00.001+07:002023-12-15T08:08:29.822+07:00Rekrekan di Hutan Petungkriyono, Pekalongan<div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: left; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-indent: 42.55pt;"><i>ditulis oleh : Arrayaana Artaka</i></span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-indent: 42.55pt;"><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-1Ij3KiuizJJg3N0qjhBaqUAZsT-yNWxUmQjynyBaj6MT8W9nXvnUs3q1ODc4f7JDT6UDL7usKXR4ahNg9j2iP6oKQvuxIeP1ClHyIuWmxBgrHLPnr_JyEur8v5DlsqesZfpe6q0Hjv1s776phRnMKtGEBk2sGgScf3SoNqYqp5SSFB677xYrxVKr6jU/s6000/Rekrekan_Presbytis%20fredericae.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="6000" height="391" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-1Ij3KiuizJJg3N0qjhBaqUAZsT-yNWxUmQjynyBaj6MT8W9nXvnUs3q1ODc4f7JDT6UDL7usKXR4ahNg9j2iP6oKQvuxIeP1ClHyIuWmxBgrHLPnr_JyEur8v5DlsqesZfpe6q0Hjv1s776phRnMKtGEBk2sGgScf3SoNqYqp5SSFB677xYrxVKr6jU/w587-h391/Rekrekan_Presbytis%20fredericae.JPG" width="587" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rekrekan (<i>Presbytis fredericae</i>)</td></tr></tbody></table><br />Hallo dunia, saya Arra, mahasiswi dari Fakultas Kehutanan di Institut Pertanian Malang, kampus kecil yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, skripsi merupakan hal yang wajib hukumnya untuk dituntaskan. Beruntungnya saya mendapatkan beasiswa dari SwaraOwa yang ditujukan untuk penelitian dengan judul “Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat Rekrekan (</span><i style="text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Presbytis comata fredericae</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-indent: 42.55pt;">, Sody 1930) Menggunakan Analisis MaxEnt di Hutan Petungkriyono, KPH Pekalongan Timur”.</span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span> </span><span> </span><span> </span>Rekrekan adalah nama lokal untuk jenis monyet pemakan daun ( </span><i style="text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">leaf eating monkeys</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">) </span><i style="text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Presbytis fredericae</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">, jenis monyet ini endemik jawa, hanya ada di Pulau Jawa di bagian tengah hingga jawa bagian barat, kalau di jawa barat di kenal dengan nama </span><i style="text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">surili</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">. Jadi terkait penelitian saya, </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> </span><span style="color: #111111; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">“Pemodelan” adalah proses membuat model atau representasi sederhana dari suatu objek atau sistem yang kompleks.</span><span style="color: #111111; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> </span><span style="color: black; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span class="15" style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt;">Pemodelan digunakan untuk memahami dan memprediksi bagaimana suatu sistem bekerja, dan dapat membantu dalam pengembangan sistem baru atau perbaikan sistem yang sudah ada</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt;">.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt;"> </span><span class="15" style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt;">Dalam konteks habitat modelling</span><span class="15" style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt;"> atau kesesesuaian habitat</span><span class="15" style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt;">, pemodelan digunakan untuk memetakan distribusi habitat satwa liar</span></span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">, di penelitian saya Rekrekan monyet lutung endemik jawa yang menjadi object penelitian saya. </span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">Jadi</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> t</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">ujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian habitat Rekrekan dan variabel yang berpengaruh terhadap prediksi keberadaan Rekrekan di Hutan Petungkriyono dengan harapan dapat menjadi pertimbangan perlindungan kawasan yang memiliki kesesuaian habitat tinggi bagi Rekrekan</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">. D</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">a</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">lam istilah yang lebih sederhana, habitat modelling adalah cara untuk memprediksi di mana hewan hidup dan bagaimana mereka menggunakan lingkungan mereka. </span><span class="15" style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">Ilmuwan menggunakan habitat modelling untuk memahami bagaimana spesies yang berbeda berinteraksi dengan lingkungan mereka dan bagaimana mereka mungkin merespons perubahan di habitat mereka</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">.<br /></span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">Sejak tercetusnya judul tersebut, petualangan baru di hidup saya dimulai. Bagi seseorang yang sulit berkomunikasi dengan orang baru sepertiku, hal ini termasuk sebuah tantangan besar, apalagi saya yang bisa dikatakan manja ini kali ini harus melakukanya sendiri, mulai dari penyusunan sekaligus pengantaran proposal ke instansi terkait, sampai melewati berbagai macam jalan berdasarkan panduan GoogleMaps, kurang lebih </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">425 Km</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> atau 13 Jam perjalanan dengan motor Beat</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> <span style="font-family: Arial;">“Pokoloko”</span></span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> milikku. </span></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCRaISAxFSpiS_xQf_8bQOm4i2wEOx6fyIqgFTH6zcJXU9dSPULTy5Y-lWtT8nleDisssjPZ__VBfCsrhpeYxARbJ8PcQv4ot40z_bpF9bczhfTs5xCpNs6ikdRrMvPgC8WiYDLji8QTyGe33w2Yqi8u3vzy5yt_lhps06Cj6WZehWbg1-FNCFuoulE9I/s830/gambar%203.jpg" style="clear: left; display: inline; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center; text-indent: 35.45pt;"><img border="0" data-original-height="412" data-original-width="830" height="292" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCRaISAxFSpiS_xQf_8bQOm4i2wEOx6fyIqgFTH6zcJXU9dSPULTy5Y-lWtT8nleDisssjPZ__VBfCsrhpeYxARbJ8PcQv4ot40z_bpF9bczhfTs5xCpNs6ikdRrMvPgC8WiYDLji8QTyGe33w2Yqi8u3vzy5yt_lhps06Cj6WZehWbg1-FNCFuoulE9I/w587-h292/gambar%203.jpg" width="587" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-fareast-font-family: 宋体; mso-font-kerning: 1.0000pt; mso-spacerun: 'yes';">Sebagian contoh perjumpaan Rekrekan dan lokasi perjumpaannya di hutan Petungkriyono. (1) Perjumpaan Rekrekan (2) Hutan primer (3). Hutan primer di dekat sungai (4) Hutan primer di dekat jalan (5) Bekas makan Rekrekan, daun muda Bendo (</span><i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: 宋体; mso-font-kerning: 1.0000pt; mso-spacerun: 'yes';">Artocarpus elasticus</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-fareast-font-family: 宋体; mso-font-kerning: 1.0000pt; mso-spacerun: 'yes';">) (6) Aktivitas istirahat di pohon Mbulu so</span><i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: 宋体; mso-font-kerning: 1.0000pt; mso-spacerun: 'yes';"> (Ficus depressa)</span></i></p></td></tr></tbody></table><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><br /></span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">Singkat cerita, peneltian saya ini dilakukan kurang lebih selama 3 minggu, terhitung mulai pada tanggal 8 April 2023, bertepatan dengan minggu kedua puasa, kemudian pulang pada tanggal 15 April 2023 dan kembali lagi pada tanggal 7-20 Mei 2023. Ada dua macam data yang saya butuhkan, yaitu data kehadiran </span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Rekrekan </span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">berupa titik koordinat perjumpaan rekrekan dan data variabel lingkungan berupa peta. Data perjumpaan Rekrekan dilakukan dengan cara survei langsung menggunakan metode transek untuk mencatat titik koordinat setiap perjumpaan Rekrekan. Ada 8 jalur yang digunakan dalam penelitian ini,</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"> dengan panjang jalur pengamatan masing-masing 2 Km. Setiap kelompok Rekrekan yang dijumpai akan diamati, kemudian dicatat waktu Rekrekan terlihat, jarak peneliti dengan Rekrekan, koordinat perjumpaan, jumlah individu dan tipe habitat.</span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-indent: 49.6pt;">Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh 25 titik sebaran kelompok Rekrekan dengan jumlah total individu 80 ekor. Jumlah individu dalam kelompok terdapat 2 ekor sampai 7 ekor, bahkan ada yang teramati hanya 1 ekor (sendiri). Perjumpaan kelompok Rekrekan didapatkan menyebar dengan tipe hutan alam primer, sekunder dan hutan tanaman. Pada hutan sekunder, Rekrekan sering terlihat di pinggir jalan, atau perbatasan perkebunan, sedangkan pada hutan tanaman sering terlihat di hutan pinus, sengon, dan durian. Perjumpaan Rekrekan terbanyak didapatkan di jalur sepanjang jalan , yaitu 5 titik perjumpaan dengan total perjumpaan sebanyak 17 ekor. Hal ini dikarenakan jalur sepanjang jalan mudah diakses oleh pengamat, dan terdapat banyak pohon yang menjadi pakan Rekrekan.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: center; text-indent: 49.6pt;"> </span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">Pola persebaran Rekrekan dipengaruhi oleh ketersediaan sumber pakan, kebutuhan sumber air dan faktor gangguan. Rekrekan merupakan satwa </span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Folivorus</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"> yang cenderung menyukai dedaunan, sehingga pada saat pengamatan, perjumpaan kelompok Rekrekan ditemukan berada pada beberapa jenis vegetasi yang menjadi pakan alaminya yaitu: Kayu Afrika (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Meisopsis eminii</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">), Beunying (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Ficus fistulosa</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">), Saninten (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Castanopsistungeureut</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">), Mbulu krandang (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Ficus drupacea</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">), Klepu (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Nauclea orientalis</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">), Bendo (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Artocarpus elasticus</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">), Dao (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Drakontomelon dao</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">) Hantap (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Sterculia oblongata</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">) Kesowo (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Engelhardia serrata</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">) dan Gorang (</span><i style="text-align: justify; text-indent: 49.6pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Trevesia sundaica</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 49.6pt;">).</span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0zZ5qALeQxzFlzAvAh_qIU6FwmdldzGie09ONWSIA0ELqFhtmO15xPMog5vF5oD_sxaDvHUiAYTPaBge_o2YIwiB5_JujGBaThoWDqS3RQrSLcz-x4opxt9I9pMBCO8WYblFOiE05sIc4RFX6r8AysF5kvLukPNH5WTyW0VJBtm7OeesWdGXwYqC_Zwk/s1170/gambar%208.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="827" data-original-width="1170" height="406" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0zZ5qALeQxzFlzAvAh_qIU6FwmdldzGie09ONWSIA0ELqFhtmO15xPMog5vF5oD_sxaDvHUiAYTPaBge_o2YIwiB5_JujGBaThoWDqS3RQrSLcz-x4opxt9I9pMBCO8WYblFOiE05sIc4RFX6r8AysF5kvLukPNH5WTyW0VJBtm7OeesWdGXwYqC_Zwk/w574-h406/gambar%208.jpg" width="574" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peta hasil pemodellan kesesuaian habitat Rekrekan di hutan Petungkriyono</td></tr></tbody></table></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><br /></span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Sedangkan untuk pengambilan dan pengolahan data variabel lingkungan dilakukan dengan cara membuat peta yang mewakili karakter habitat Rekrekan. Variabel yang dipilih yaitu</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"> ketinggian, kelerengan,</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"> Vegetasi, suhu permukaan bumi,</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">. </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">informasinya menggunakan </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">DEMNAS 64 bit yang memiliki resolusi 5-8 m, </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">dan </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">data Citra Landsat-8 TM. </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Data-data ini di kombinasikan dengan data perjumpaan Rekrekan yang di analisis menggunakan applikasi arcGis. </span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">Pada penelitian ini </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">mengklasifikasi kesesuaian habitat Rekrekan dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang dan kesesuaian rendah. Menurut hasil analisa MaxEnt diperoleh bahwa Rekrekan tersebar di </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">Hutan Petungkriyono.</span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">Berdasarkan hasil analisa MaxEnt, kelas kesesuaian habitat Rekrekan di Hutan Petungkriyono, KPH Pekalongan Timur, seluas 2.658 ha (46%) merupakan kategori rendah, seluas 1.562 ha (27%) merupakan kategori sedang dan seluas 1.554 ha (26%) termasuk kategori tinggi.<br /></span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Dengan adanyya penelitian ini, saya berharap Rekrekan, Hutan petungkriyono beserta ekosistemnya tetap lestari. Penelitian ini juga menghasilkan deliniasi daerah yang dianggap sesuai bagi Rekrekan. Dimana dengan adanya deliniasi tersebut maka dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola untuk melakukan perlindungan dan pengamanan terhadap lokasi tersebut, sehingga pengelolaan habitat Rekrekan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Adanya deliniasi juga dapat membantu pengelola kawasan Hutan petungkriyono dalam melakukan survei dan monitoring terhadap Rekrekan sehingga jumlah populasi satwa liar tersebut dapat diketahui dengan baik juga untuk upaya peningkatan populasinya.</span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih kepada SwaraOwa atas </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">saran-masukan dan supportnya baik moral maupun material selama penelitian. </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Semoga semua makhluk hidup berbahagia menjalani petualangan gilanya masing-masing. Untuk membaca secara lengkap hasil penelitian saya, dapat <a href="https://drive.google.com/file/d/11xzY9KK1W8XSIbbS0lNRKCYkCZrgo0kO/view?usp=drive_link" target="_blank">di unduh di sini</a>.<br /></span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';"> <br /></span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-spacerun: 'yes';">Salam Lestari!</span></div>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-84485535370687357372023-12-03T19:52:00.005+07:002023-12-04T14:07:18.688+07:00Kesan dan pesan mereka tentang MSP X<p><span style="font-family: arial;"> <span style="text-align: center;">Oleh : Nawang Wulan, Nur Aini, Jeffy Imannuel , KP3 Primata Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada</span></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;"> </span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR"><span style="font-family: arial;">Berakhirnya MSP X membawa kesan tersendiri bagi peserta yang terlibat didalamnya, berikut ini kesan dan pesan mereka tentang Pelatihan Metode Survei Primata X</span></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR"></span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoKupobzon2u3I3LPPmQnSGxajOtdgOXSxJ1HuIE1uoVPLf4y2Qtw-WY16CrHlXUiYh4FqVVXsJDk7Ak_jz9eF6aWHUQRrK1PdiuML1-ut6PPZPRyI0IsSIQxM37OigJ9pf3F6KAO12OEDT-dDSieONisG7nAWcd-5fJzsWMWZdUX9DzRPIY9-OicRVbU/s1600/WhatsApp%20Image%202023-11-26%20at%2021.03.33_60f32e1b.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoKupobzon2u3I3LPPmQnSGxajOtdgOXSxJ1HuIE1uoVPLf4y2Qtw-WY16CrHlXUiYh4FqVVXsJDk7Ak_jz9eF6aWHUQRrK1PdiuML1-ut6PPZPRyI0IsSIQxM37OigJ9pf3F6KAO12OEDT-dDSieONisG7nAWcd-5fJzsWMWZdUX9DzRPIY9-OicRVbU/w400-h300/WhatsApp%20Image%202023-11-26%20at%2021.03.33_60f32e1b.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ms. Yan Lu-, sebagai pembicara tamu, mendapat bingkisan <br />Owa Coffee dari mas Arif Setiawan</td></tr></tbody></table><span dir="LTR"><span dir="LTR" style="font-family: arial; text-indent: 0pt;"><br /></span></span><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR"><span dir="LTR" style="font-family: arial; text-indent: 0pt;">Diawali kesan oleh salah satu pemateri MSP X dari Cloud Mountain Conservation Faoundation-China dan Peneliti dan penggiat konservasi Owa Jambul Hitam (Black crested gibbon), </span><i style="font-family: arial; text-indent: 0pt;"><span dir="LTR">Nom</span></i><i style="font-family: arial; text-indent: 0pt;"><span dir="LTR">ascus hainanus</span></i><span dir="LTR" style="font-family: arial; text-indent: 0pt;">, Ms Yan Lu, beliau menyampaikan bahwa memiliki merupakan suatu yang sangat disyukuri dapat mengikuti kegiatan lapangan bersama Swaraowa, apalagi memiliki lokasi stasiun riset yang dikelola sendiri merupakan mimpi bagi Ms Yan Lu kedepannya, menjadi pembicara merupakan pengalaman yang menyenangkan. Bahkan beliau berharap kedepannya akan ada pertemuan-pertemuan selanjutnya mungkin di lokasi pengamatan yang berbeda. Kesan Ms Yan Lu terhadap peserta MSP X ini beliau menyampaikan bahwa mereka memiliki tekad dan kemauan untuk belajar mengenai primata khususnya Owa. Pesan dan harapan juga disampaikan untuk MSP selanjutnya yaitu agar dapat diadakan pelatihan ke China sebagai bentuk pembelajaran culture dan habitat owa selain di Indonesia.</span></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR"></span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4tIEr9Iet9E7ltiJYwtBNtEL1K_B0Gz8Xiq5wRz8blkjkF9DIgzCnDDELuH8bSYrwuv8PrspdR-V8x0FOIKOSlRRV3K6xMCrxeP_vh0ddPnVmedeAiSNGTg09Xv0sfO6sZEkn55e-vjqmVWDL4NUU3kh9ZzJiQ-LJCmnM7YRU0OXTuZ0_NwG7PYm1-qA/s417/Mas%20tutus.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="280" data-original-width="417" height="269" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4tIEr9Iet9E7ltiJYwtBNtEL1K_B0Gz8Xiq5wRz8blkjkF9DIgzCnDDELuH8bSYrwuv8PrspdR-V8x0FOIKOSlRRV3K6xMCrxeP_vh0ddPnVmedeAiSNGTg09Xv0sfO6sZEkn55e-vjqmVWDL4NUU3kh9ZzJiQ-LJCmnM7YRU0OXTuZ0_NwG7PYm1-qA/w400-h269/Mas%20tutus.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mas Tutus, dari FFI Kalimantan Barat</td></tr></tbody></table><span dir="LTR"><br /><span dir="LTR" style="font-family: arial; text-indent: 0pt;"><br /></span></span><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: arial;">Kesan berikutnya disampaikan oleh Tutus Ageng Dwi P. perwakilan dari Flora & Fauna /FFI Kalimantan Barat, yang kerap disapa Om Tutus selama di MSP X “Sangat menyenangkan sekali, dapat banyak pengalaman yang belum pernah diperoleh sebelumnya, banyak hal-hal yang baru seperti mengenal owa lebih dalam dan teknik survei tentang owa jawa itu sendiri”</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglp83D9jyvmoXEnAuWWzgvaboi22mbHfzcnEJ18XM_0CO6CY0SBe4xKu4b8FKQ3VKZoZebu6nvAOZa-kehovZ-Q1wUfvPsfn5VCXl_F2fJhvwYwqMI6029oZtEc_46E6beNbgOKfSRKWR3mvgd3Hg9GEY3Dplnx5vozuv4HhGLFGOh8tUGhw8q5D_FudE/s414/Risdo.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="276" data-original-width="414" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglp83D9jyvmoXEnAuWWzgvaboi22mbHfzcnEJ18XM_0CO6CY0SBe4xKu4b8FKQ3VKZoZebu6nvAOZa-kehovZ-Q1wUfvPsfn5VCXl_F2fJhvwYwqMI6029oZtEc_46E6beNbgOKfSRKWR3mvgd3Hg9GEY3Dplnx5vozuv4HhGLFGOh8tUGhw8q5D_FudE/w400-h266/Risdo.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Risdo, dari Universitas Palangkaraya</td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: arial;"><br /></span><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="text-indent: 0pt;"><span style="font-family: arial;">Hal tersebut dibenarkan oleh perwakilan dari Universitas Palangka Raya, Erisdo Ariweis katanya “Menambah wawasan, belajar lebih dalam, menambah teman, bisa lapangan bareng-barenf, tertawa bareng-bareng, mengerjakan tugas akhir bareng-bareng. Semoga msp kedepannya makin maju dan pelestarian tentang owa lebih dikedepankan lagi, terutama di petungkriyono, di Swaraowa”</span></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="text-indent: 0pt;"></span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzsQZpruQQ49XtlQZP8uAuedYJjmFU1ThGzGmJxowQQ-7KJXqP1vqw42wuJqG3NwSxjEZCRrziW61jVL0YXe_EYgwzRdRxyqixHNFq5Z28Fc7mCwOiB_HTZLWxHkDFHOm5aHZloe8X4FPqPNFtuVWevTYTT8hhJY7vj1fsjXGSkNeM3r7qVis2rQQr_RA/s447/Vidia.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="294" data-original-width="447" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzsQZpruQQ49XtlQZP8uAuedYJjmFU1ThGzGmJxowQQ-7KJXqP1vqw42wuJqG3NwSxjEZCRrziW61jVL0YXe_EYgwzRdRxyqixHNFq5Z28Fc7mCwOiB_HTZLWxHkDFHOm5aHZloe8X4FPqPNFtuVWevTYTT8hhJY7vj1fsjXGSkNeM3r7qVis2rQQr_RA/w400-h263/Vidia.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Vidia dari Biolaska-UIN Yogyakarta</td></tr></tbody></table><span style="font-family: arial; text-indent: 0pt;"><br /></span><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: arial; text-indent: 0pt;">Kesan dan pesan berikutnya disampikan oleh Vidia Fadilah Rosyid dari Biolaska “Sangat menarik karena pelatihan yang pembelajarannya sangat efektif dimana di awal diberikan pemateri terlebih dahulu kemudian praktik dan melanjutkan untuk melakukan analisis data. Menurut saya ga akan mendapat pengalaman ini di tempat praktik owa lain/ konservasi owa lain. Harapannya kegiatan ini akan tetap ada dan semoga lebih baik lagi, ditingkatkan, pembaruan analisis data dan teknik bisa ada. Mungkin ada teknik/ metode lain yang dapat diterapkan di konservasi owa. Harapannya ada pembaruan di kegiatan ini”</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJExzkyl4745VIvAoFhr1md2P3Uq6aoJJgLRPGVkq4jEj43K_PeNjt9fdp0LPp8EJR0BCyF6sMa0kLU3oj_K1wMT9zKynuJikrRLDpd-Ma2Dqpuis7zd7BjeU4LQOZHYUUTf5cTqPmbVo1DG5il4JctVxWbsYBFFEJe2ifQCqTkvaIljxqdsLN23XOat0/s424/Kang%20eman.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="310" data-original-width="424" height="293" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJExzkyl4745VIvAoFhr1md2P3Uq6aoJJgLRPGVkq4jEj43K_PeNjt9fdp0LPp8EJR0BCyF6sMa0kLU3oj_K1wMT9zKynuJikrRLDpd-Ma2Dqpuis7zd7BjeU4LQOZHYUUTf5cTqPmbVo1DG5il4JctVxWbsYBFFEJe2ifQCqTkvaIljxqdsLN23XOat0/w400-h293/Kang%20eman.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kang Eman- Baraya Sanggabuana</td></tr></tbody></table><span style="font-family: arial; text-indent: 0pt;"><br /></span><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: arial; text-indent: 0pt;">Kesan selanjutnya disampaikan oleh Kang Eman (begitu beliau akrab disapa) perwakilan dari Baraya Sanggabuana “Sangat senang terutama cuaca disini masih asri sekali dari di tempat saya tinggal, suhunya dingin. Untuk materi cukup puas dengan yang disampaikan. Menambah pengalaman, sharing bersama dengan peneliti-peneliti dari luar Jawa. Mendapatkan teman baru dari Aceh, Sumatera, Kalimantan. Itu menjadi referensi untuk saya mendapatkan banyak ilmu baru. Sebelumnya belum mengerti bagaimana teknik mengamati owa jawa, setelah pelaksanaan kegiatan ini bisa kemudian diterapkan pada agenda kegiatan saya di sekitar tempat tinggal"</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGoodMhjd5y-_Ber2G5xfFW00NDcohHiVRnviaeciEbLhasTguRXK-RJijX5UqQgC5NziQM5RQu5f5AJsvso7idbzKAK-bBV6xqfz_RSrRXUET2yMEFhDlC9aDVEJtrYBFCu4KEDBxgUj_iXIo1xOykS9uhw73rWGKxuQasXjhnOXx9rnYzrSVor7cTEM/s445/Muslim.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="298" data-original-width="445" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGoodMhjd5y-_Ber2G5xfFW00NDcohHiVRnviaeciEbLhasTguRXK-RJijX5UqQgC5NziQM5RQu5f5AJsvso7idbzKAK-bBV6xqfz_RSrRXUET2yMEFhDlC9aDVEJtrYBFCu4KEDBxgUj_iXIo1xOykS9uhw73rWGKxuQasXjhnOXx9rnYzrSVor7cTEM/w400-h268/Muslim.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hidayatullah -Universitas Global Mandiri-Palembang</td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: arial; text-indent: 0pt;"><br /></span><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="text-indent: 0pt;"><span style="font-family: arial;">Kesan lain disampaikan oleh Hidayatullah perwakilan dari Universitas Indo Global Mandiri - Palembang, bahwa ini adalah pengalaman pertama kalinya mengikuti pelatihan survei owa, bahkan Hidayatullah sendiri sebelumnya belum mengetahui tentang owa jawa sehingga selesai kegiatan MSP X semakin menguatkan keinginannya untuk mempelajari owa jawa bahkan primata lainnya.</span></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="text-indent: 0pt;"></span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd6hrpKtxKGzKNa0H2p-DaAk7kyJqjv-c5Vwgud29_aJIdQDpHguQnGSgJFtXmaPKerWNMBMoekYRhm0eSh7mphXtHYoy7uQgHIc0_a5617ssgcKqPkfIcPJSf92KlPLp4VObSOsAI0SkQoAbjzLPwOOM2XMwg0wmFU-YWGXNq_M2Qtul2m2xqz-PETLw/s454/Sepri.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="279" data-original-width="454" height="246" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd6hrpKtxKGzKNa0H2p-DaAk7kyJqjv-c5Vwgud29_aJIdQDpHguQnGSgJFtXmaPKerWNMBMoekYRhm0eSh7mphXtHYoy7uQgHIc0_a5617ssgcKqPkfIcPJSf92KlPLp4VObSOsAI0SkQoAbjzLPwOOM2XMwg0wmFU-YWGXNq_M2Qtul2m2xqz-PETLw/w400-h246/Sepri.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Seprianus dari Mentawai</td></tr></tbody></table><span style="text-indent: 0pt;"><br /><span style="font-family: arial;"><br /></span></span><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: arial;">Begitu juga bagi Seprianus perwakilan peserta dari Mentawai “Semoga kedepannya MSP bisa dijalankan setiap tahun. Sangat berterima kasih. Sangat bersemangat mengikuti MSP dan sangat hepiii”</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmbhLEFBYrUcCpY2mgvO2HhLTEr89wX4tIPLID7V2BPynmvR_2wipx51sPieZjl5akCOzAOq8HEj02z3cJ9gObjoa4Ain4dZRhJKrYvZZrVsEgsprBSvQBbRNzHKSX7yJ5RJ9ghjhCRAKQH4odF00EPD-3bVEIKN4G4mHxTZ_5oWlJJ9taQE-lTtF_TL8/s445/Mbk%20Fatimah.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="297" data-original-width="445" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmbhLEFBYrUcCpY2mgvO2HhLTEr89wX4tIPLID7V2BPynmvR_2wipx51sPieZjl5akCOzAOq8HEj02z3cJ9gObjoa4Ain4dZRhJKrYvZZrVsEgsprBSvQBbRNzHKSX7yJ5RJ9ghjhCRAKQH4odF00EPD-3bVEIKN4G4mHxTZ_5oWlJJ9taQE-lTtF_TL8/w400-h268/Mbk%20Fatimah.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fatimah -Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat</td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: arial;"><br /></span><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: justify; text-indent: 0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: arial;">Pesan lain disampaikan oleh Fatimah dari Museum Zoologi, Universitas Andalas “Bersyukur bergabung dalam pelatihan MSP X. Bisa bertemu teman dari berbagai wilayah habitat owa, Aceh, Medan, Jambi, Palembang, dan berkumpul disini bisa sharing dari berbagai habitat owa lainnya. Kita disini belajar tentang pelatihan, metode, dan analisis terbaru seperti <i>bioakustik </i>dan triangulasi menggunakan Google maps pro, arcgis. </span></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 0pt; text-align: center; text-indent: 0pt;"><span style="font-family: arial;"><b><i>"MSP X , LESTARI ALAMKU, LESTARI OWAKU “</i></b></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: arial;"><span dir="LTR">Masing-masing peserta memiliki kesan dan pesannya masing-masing. Kami saling bertukar cerita tentang owa, mengenal satu sama lain dari berbagai wilayah yang berbeda, bekerja sama dalam tim yang luar biasa, serta bersama-sama dalam petualangan yang hebat!</span><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: arial;"> </span></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-59300134787276508122023-12-02T13:24:00.000+07:002023-12-02T13:24:00.802+07:00Pelatihan Metode Survei Primata ke 10 Tahun 2023 : Representasi 9 Spesies Owa Di Indonesia<p> <span style="text-align: center;">Oleh : Nawang Wulan, Nur Aini, dan Jeffy Immanuel, KP3 Primata Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada</span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicR7E7tP765wz9IwDFS19wtBNwoC2UAQRiuDasEKmiSrNgKK2Zk80E8B7ijbfKSpqqu_f2ftRQQJazwSPbFCoS6-7BJ1TQO75WEVAbx96afaRlBEOaMoNspzErowglaRp-atMpN0zd9QSW_2xoQNibvj_mKju2ZfAXiZCCSBrG_PwBm64SSuJuCVlaoWI/s1500/WhatsApp%20Image%202023-11-27%20at%2017.20.56_2c2c935c.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="1500" height="379" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicR7E7tP765wz9IwDFS19wtBNwoC2UAQRiuDasEKmiSrNgKK2Zk80E8B7ijbfKSpqqu_f2ftRQQJazwSPbFCoS6-7BJ1TQO75WEVAbx96afaRlBEOaMoNspzErowglaRp-atMpN0zd9QSW_2xoQNibvj_mKju2ZfAXiZCCSBrG_PwBm64SSuJuCVlaoWI/w569-h379/WhatsApp%20Image%202023-11-27%20at%2017.20.56_2c2c935c.jpg" width="569" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Bersama pelatihan MSP X tahun 2023</td></tr></tbody></table><br /><br /></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR">Pada tanggal 23-26 November 2023 rangkaian Pelatihan Metode Survei Primata (MSP) X Tahun 2023 telah terlaksana, berlokasi di Hutan Sokokembang, Petungkriyono, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah. MSP merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Swaraowa bekerja sama dengan Kelompok Pengaman, Peneliti, dan Pemerhati Primata Universitas Gadjah Mada. MSP X kali menghadirkan peserta dari hampir dari seluruh penjuru Indonesia berjumlah 15 orang dari berbagai Universitas, Organisasi/Komunitas, dan BKSDA, mulai dari Pulau Sumatera (Jambi, Palembang, Mentawai, Aceh, Jambi, Padang, dan Palembang), Jawa dan Kalimantan, hal ini sebagai bentuk perwakilan dari kehadiran 9 spesies Owa yang ada di Indonesia. Kesuksesan MSP X di dukung oleh <a href="https://www.arcusfoundation.org/" target="_blank">Arcus Foundation</a>, <a href="https://chancesfornature.org/?lang=en" target="_blank">Chances for Nature</a>, <a href="https://kidszoo.org/" target="_blank">Fort Wayne Children’s Zoo</a>, <a href="https://www.zoo-ostrava.cz/en/" target="_blank">Ostrava Zoo</a>, serta <a href="https://www.instagram.com/owacoffee/?hl=en" target="_blank">Owa Coffee</a>.</span><o:p></o:p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR">Sebelum berangkat ke lokasi penelitian, untuk mengecek kesiapan dan alur keberangkatan peserta dilakukan </span><i><span dir="LTR">Technical Meeting via Zoom Meeting</span></i><span dir="LTR"> pada tanggal 19 November 2023, dalam meeting dijabarkan rundown acara, barang bawaan, dan alur keberangkatan. Pada tanggal 21 November 2023 peserta berangkat secara serentak dari asal daerah masing-masing yang kemudian di lakukan penjemputan di Pasar Doro oleh tim MSP yang terbagi dalam 2 kloter. </span><o:p></o:p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR">Hari pertama pada tanggal 22 November kegiatan diawali dengan registrasi dari perwakilan Universitas yaitu Universitas Indo Global Mandiri Palembang, Universitas Riau, Universitas Palangka Raya, Universitas Mulawarman, Universitas Gadjah Mada, ST. Ilmu Kehutanan Pantekulu, Universitas Andalas, perwakilan lembaga Baraya Sanggabuana, Fauna & Flora, PT. Restorasi Ekosistem Indonesia, Biolaska, OIC, Mentawai, Biologi Society Purwokerto, dan BKSDA bersamaan dengan pembagian </span><i><span dir="LTR">merchandise </span></i><span dir="LTR">kegiatan kepada peserta. Malam harinya, peserta dan panitia kegiatan saling memperkenalkan diri satu per satu sambil berbagi tentang kisah owa dari daerahnya masing-masing serta kegiatan konservasi pelestarian owa atau primata lain yang dilakukan. Malam ini menambahkan kesan keakraban dan kedekatan.</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9uVf9cRGbx4sZlfakmKabkq8U4wqVt0fawjHP4DLbqYj9UzE8o5esIhENeZd_j9kclSewxAADG2TviuP7rOj5xqIM2iJtAvlEmIaN3wS8U-42eJKzC0LlARZbscbaj45RGUpqaOqXnb_s-ct3tKCdanzqShNQkILnLextH8solgTeaiJ5HgZvQTwTyxw/s5184/IMG_5012.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="372" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9uVf9cRGbx4sZlfakmKabkq8U4wqVt0fawjHP4DLbqYj9UzE8o5esIhENeZd_j9kclSewxAADG2TviuP7rOj5xqIM2iJtAvlEmIaN3wS8U-42eJKzC0LlARZbscbaj45RGUpqaOqXnb_s-ct3tKCdanzqShNQkILnLextH8solgTeaiJ5HgZvQTwTyxw/w559-h372/IMG_5012.JPG" width="559" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i style="text-indent: 48px;"><span dir="LTR" style="font-size: 11pt;">Pengenalan Program konservasi Owa di Petungkriyono oleh ketua Yayasan Swaraowa, Arif Setiawan</span></i></td></tr></tbody></table><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">Keesokan paginya, dimulai dari pembukaan oleh ketua acara MSP X dari Swaraowa Kurnia Ahmaddin yang langsung disambung dengan materi tentang sejarah kegiatan Metode Survey Primata dan pengenalan tentang Yayasan Swaraowa yang menjadi pionir konservasi owa jawa di Hutan Sokokembang, Petungkriyono, oleh ketua Yayasan Swaraowa, Arif Setiawan, dilanjutkan pematerian tentang pengambilan data menggunakan metode </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">vocal count triangulation </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"> dan kesesuaian habitat owa jawa di Pegunungan Dieng yang dibawakan oleh Salmah Widyastuti, seorang kandidat doktor dari IPB University yang baru saja menyelesaikan sidang promosi doktornya. Metode </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">vocal count triangulation</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"> adalah menghitung survei kepadatan ukuran populasi spesies yang mempunyai suara khas. Metode digunakan untuk mengetahui kehadiran dari spesies, koordinat, estimasi area jelajah dan estimasi populasi. </span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihuLqE3paaho6P-bY03QR2Uacv3xRjmA22zQG3cqqWaztcaoDU_N5kHeXS6o597Q4TA5og55zLG8p19Adv_B6dqgR0ZUFhO35ouU3IUETSj81bGmP7VFPY96Ra82Nms0OAhA55sSH9xgWJ84kk_OfjAByo5uRWFX1xSOGol7VUirzUQQAgEZlEUX5lRuw/s5184/IMG_5088.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="374" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihuLqE3paaho6P-bY03QR2Uacv3xRjmA22zQG3cqqWaztcaoDU_N5kHeXS6o597Q4TA5og55zLG8p19Adv_B6dqgR0ZUFhO35ouU3IUETSj81bGmP7VFPY96Ra82Nms0OAhA55sSH9xgWJ84kk_OfjAByo5uRWFX1xSOGol7VUirzUQQAgEZlEUX5lRuw/w561-h374/IMG_5088.JPG" width="561" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i style="text-indent: 48px;"><span dir="LTR" style="font-size: 11pt;">Pematerian </span></i><span dir="LTR" style="font-size: 11pt; text-indent: 48px;">metode </span><i style="text-indent: 48px;"><span dir="LTR" style="font-size: 11pt;">vocal count triangulation oleh Salmah Widyastuti</span></i></td></tr></tbody></table></p><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhouTxGyfyYFXiQRRxxBTitdOK3CQXWMcgu_EBgrLMXTMg3dh6AQ5ac7WyA9Hrml95Q17-pkxkjFmjZFx8OxgtOUPa-KIUeQzfLWDBxON6dYHEQvnIM652j91illYg027xtSZr-WyQ__cj5Yz3M5Ay49vh6k9dzZpvk_LweFlx-Jn4sulaBv-MdNhtulIM/s5184/IMG_5160.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="374" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhouTxGyfyYFXiQRRxxBTitdOK3CQXWMcgu_EBgrLMXTMg3dh6AQ5ac7WyA9Hrml95Q17-pkxkjFmjZFx8OxgtOUPa-KIUeQzfLWDBxON6dYHEQvnIM652j91illYg027xtSZr-WyQ__cj5Yz3M5Ay49vh6k9dzZpvk_LweFlx-Jn4sulaBv-MdNhtulIM/w562-h374/IMG_5160.JPG" width="562" /></a></td></tr></tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i style="text-indent: 48px;"><span dir="LTR" style="font-size: 11pt;">Pematerian bioakustik dan pengenalan suara dari owa jawa oleh Nur Aoliya</span></i></td></tr></tbody></table><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">Setelah istirahat makan siang, peserta kegiatan kembali diperhadapkan dengan materi kedua yaitu bioakustik dan pengenalan suara dari owa jawa yang dipaparkan oleh Nur Aoliya, </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">awardee</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"> beasiswa Swaraowa yang sedang menempuh pendidikan magister di IPB University dengan tesis yang membahas tentang topik yang sama, yaitu bioakustik owa jawa. Hawa serius masih memenuhi seisi ruangan karena materi yang diberikan tergolong baru bagi peserta kegiatan walaupun pematerian telah usai, namun panitia kegiatan, Mas Tariyo dan Mas Apen, masuk dan memberikan </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">ice breaking </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">kepada peserta yang juga ditujukan untuk membentuk tiga kelompok untuk kegiatan lapangan esok hari dan lusa. Malamnya, peserta yang telah terbagi menjadi tiga kelompok kembali dikumpulkan untuk mendengarkan pematerian terakhir di hari ini tentang pengambilan data suara dengan alat </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">passive voice recorder </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">SM4 yang akan dipraktikkan esok hari oleh Kurnia Ahmaddin dari Swaraowa. Analisis data kehadiran owa jawa dilakukan dengan menggunakan suara </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">great call </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">dari owa jawa betina dengan menggunakan aplikasi Raven Pro. Hari yang panjang ini ditutup dengan pengarahan peserta untuk kegiatan lapangan oleh panitia kegiatan.</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl9CPWn0aBfMzkOIgzJ0tZabpvntGZIs_2MrC_H12Zuqq-fFVdRczDcNwAcj0xUEGb5koPXel49KWfFAGlYcBKXtOzK2q8exD1nmdsV3mFYMSF7e4UQtZLvdnC9WcijUicSo4zXoJ6ye3LRwEcUbc5vqh3taPg4GLXAi2yCOMG_y7OabQXU2HBwL2RL6A/s1616/DSC05150.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1616" height="368" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl9CPWn0aBfMzkOIgzJ0tZabpvntGZIs_2MrC_H12Zuqq-fFVdRczDcNwAcj0xUEGb5koPXel49KWfFAGlYcBKXtOzK2q8exD1nmdsV3mFYMSF7e4UQtZLvdnC9WcijUicSo4zXoJ6ye3LRwEcUbc5vqh3taPg4GLXAi2yCOMG_y7OabQXU2HBwL2RL6A/w551-h368/DSC05150.JPG" width="551" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemateri tamu Yan Lu, Cloud Mountain Conservation Foundation-China, tentang konservasi owa jambul hitam</td></tr></tbody></table><br /><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"><br /></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><o:p></o:p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"> <span style="text-indent: 36pt;"> </span><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">Pada hari ketiga sebagai implementasi dari pengajaran hari sebelumya, dilakukan kegiatan lapangan yang terbagi menjadi 3 </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">Listening Post</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"> (LP) yaitu Sawah Cilik dan dua lokasi Penggung. Perjalanan menuju titik</span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"> listening post</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"> dimulai serentak pukul 06.30 WIB dan dilakukan pemasangan </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">passive voice recorder </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">SM4 serta praktek metode </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">vocal count triangulation </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">hingga pukul 10.00 WIB, dalam hal ini dibutuhkan ketenangan serta kefokusan agar dapat mendeteksi kehadiran dari suara owa jawa. Kegiatan hari itu dilanjutkan dengan analisis data populasi dengan google maps pro dari metode </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">vocal count triangulation </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">yang disambung oleh pematerian dari Cloud Mountain Consevation Faoundation-China dan Peneliti dan penggiat konservasi Owa Jambul Hitam (<i>Black crested gibbon</i>), </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">Nomascus hainanus</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">, Ms Yan Lu yang bertemakan Konservasi Owa di China.</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho6vkVfIB61rFTsMk4BGAB5xVfp5P9alOWdR9HrTfxyAXrzeIOP-HfutL_Eoc0qk0WEeoxtjJSF2IgqgDht1vcnMY_rRBVcitHa1wKl3ehgckh0865YcqnqHRnIVm21nG9Q_NS1rRZ1UPsp6cfhoOVmDUlFxEW_xx4h-Q1NvHbQsiniNjR2q0QR79FJUQ/s4080/20231124_070159.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4080" data-original-width="3060" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho6vkVfIB61rFTsMk4BGAB5xVfp5P9alOWdR9HrTfxyAXrzeIOP-HfutL_Eoc0qk0WEeoxtjJSF2IgqgDht1vcnMY_rRBVcitHa1wKl3ehgckh0865YcqnqHRnIVm21nG9Q_NS1rRZ1UPsp6cfhoOVmDUlFxEW_xx4h-Q1NvHbQsiniNjR2q0QR79FJUQ/w480-h640/20231124_070159.jpg" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pengenalan alat rekam pasive untuk monitoring owa</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5bstIUWKhU9hvyB2A3sl0JaH79T3loRF1Sr_JK_a72RH00OpVVmtk4EKZSIbhyphenhyphenlzNScjTZMVQv-b10i6ud1v55MLVpaH6Z4svuZpuS3XXugB_nfGstsNWxkjiiPmQTjZ42zMNdG9Llos4yXQmIKyikK7vKb0BN5uOcucUmAZR0fKpjum0Yyb8Ya-zygY/s4080/20231124_064330.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3060" data-original-width="4080" height="441" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5bstIUWKhU9hvyB2A3sl0JaH79T3loRF1Sr_JK_a72RH00OpVVmtk4EKZSIbhyphenhyphenlzNScjTZMVQv-b10i6ud1v55MLVpaH6Z4svuZpuS3XXugB_nfGstsNWxkjiiPmQTjZ42zMNdG9Llos4yXQmIKyikK7vKb0BN5uOcucUmAZR0fKpjum0Yyb8Ya-zygY/w588-h441/20231124_064330.jpg" width="588" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ms. Yan Lu, ikut bersama mendampingi peserta di Listening post</td></tr></tbody></table></p><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0000pt; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">Pada kegiatan lapangan hari kedua dilakukan kembali pengamatan dengan metode </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">vocal count triangulation </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">dan pelepasan alat </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">passive voice recorder </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">SM4 yang dilanjutkan dengan analisis populasi dan data vocal owa jawa yang didapat pada hari itu. Untuk mengetahui hasil analisis setiap kelompok, dilakukan pembuatan laporan yang kemudian dipresentasikan ke esokan harinya dalam bentuk Power Point. Hari itu kegiatan cukup padat tetapi peserta dapat melaluinya dengan baik dan penuh canda tawa.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">Tibalah peserta pada hari terakhir kegiatan MSP X ini. Hari ini peserta diajak untuk bersenang-senang dengan berkeliling melakukan </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">primate watching</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;"> dan kunjungan ke tempat budidaya lebah madu yang dibina oleh Swaraowa. Untuk menuju lokasi pengamatan primata peserta menggunakan kendaraan khusus Petungkriyono yaitu Doplak. Dalam </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">primate watching </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">peserta tidak hanya dapat melihat owa jawa namun hari itu terlihat pula lutung jawa (</span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">Rachypithecus auratus</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">), rekrekan (</span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">Presbytis comata</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">) dan monyet ekor panjang (</span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">Macaca fascicularis</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">). Perjalanan dilanjutkan menuju tempat budidaya lebah madu Hoyo Madu milik Berkah Farm Pak Cahyono, tempat budidaya lebah madu ini merupakan binaan dari yayasan Swaraowa yang berlokasi dihabitat owa jawa di Desa Petungkriyono, dalam kunjungan ini dikenalkan berbagai produk madu murni dan koleksi madu dari masa kemasa. Setibanya di stasiun riset kegiatan dilanjutkan dengan presentasi masing-masing kelompok </span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR">listening post</span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">, dan sesuai tradisi MSP sebagai bentuk apresiasi akan disematkan mahkota yang terbuat dari kumpulan snack yang dirancang sedemikian rupa menjadi bentuk mahkota. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="6000" height="390" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQuaeIlZdGIShoO-kqoKkQmwtH5jMLW5ZUoMIb_xV1ZDo-VguEKSQQK6X34-OYcaYsDnL3DhQidnMOGTjQz0P123seNFajbnFYskphrwOHO9DGqkKfBzqTMe2o7yfRgGkSKPyUqbobwJzRl7SanPPi_3UWMUM3P8Q9cL4KDDDY_vHBdbjjOqWQFmFBpkM/w586-h390/IMG_1155.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="586" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kunjungan ke pusat budidaya lebah Hoyo Madu Berkah Farm, ds Setipis</td></tr></tbody></table><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKCx7e7UNim6X-jfbgvhyphenhyphen5w2SUKN8kddAuyaOFO-uv_wwld5Sfvijyff615mK-iL6XmVZHozawd-N7bvmX9dWq5FXtEyFcrtN-OA0WAQf-82ECcokHSidvZlPj4nWZVhFPTDEO-SJLbJu6nf0qmiNh7cMPgbi0hyphenhyphen6PWCyUU5DMDNzUP7K_EEsqUd4AK8k/s6000/IMG_1124.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="6000" height="387" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKCx7e7UNim6X-jfbgvhyphenhyphen5w2SUKN8kddAuyaOFO-uv_wwld5Sfvijyff615mK-iL6XmVZHozawd-N7bvmX9dWq5FXtEyFcrtN-OA0WAQf-82ECcokHSidvZlPj4nWZVhFPTDEO-SJLbJu6nf0qmiNh7cMPgbi0hyphenhyphen6PWCyUU5DMDNzUP7K_EEsqUd4AK8k/w582-h387/IMG_1124.jpg" width="582" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Primate watching</i><br /><br /></td></tr></tbody></table></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">Penutupan MSP disampaikan oleh ketua Yayasan Swaraowa, Arif Setiawan. Harapannya selesai dari terlaksananya MSP X tahun 2023 ini dapat mengenalkan teknik dasar survei populasi Owa dengan metode</span><i style="text-indent: 36pt;"><span dir="LTR"> Vocal Count Triangulation </span></i><span dir="LTR" style="text-indent: 36pt;">dan teknologi bioakustik untuk penelitian dan monitoring Owa, serta membangun dan memperkuat jaringan peneliti dan penggiat di bidang konservasi.</span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36.0000pt;"> </p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 107%; margin-bottom: 8.0000pt; margin-left: 0.0000pt; margin-right: 0.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; padding: 0pt 0pt 0pt 0pt; text-align: center; text-indent: 36.0000pt;"><b><span dir="LTR">Lestari Alamku, Lestari Owaku</span></b><span dir="LTR">!</span><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-32179818075831608032023-11-25T21:50:00.005+07:002023-12-24T05:31:31.683+07:00Asian Bird Fair 2023 : Promosi wisata minat khusus pengamatan burung dan primata<p> Oleh : Imam Taufiqurrahman</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu5W_VDnZV48jeo14mCEu6ia4ipZa-w6W0HifsqFg_I_LlB69Vc5IQ4WQbStFXg289_fGoYBeIATwIKThI11zIh6N5HaJzotkFXvDN5iQPVYf62Ehf_r-shLStVSgbHC7o1-lR4e7YcA27mjKl8d-qSK3WEvOAEQ-cgchel9pSfUaBeDzouDys3263Wwc/s1332/Picture1.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1332" data-original-width="1000" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu5W_VDnZV48jeo14mCEu6ia4ipZa-w6W0HifsqFg_I_LlB69Vc5IQ4WQbStFXg289_fGoYBeIATwIKThI11zIh6N5HaJzotkFXvDN5iQPVYf62Ehf_r-shLStVSgbHC7o1-lR4e7YcA27mjKl8d-qSK3WEvOAEQ-cgchel9pSfUaBeDzouDys3263Wwc/w300-h400/Picture1.png" width="300" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">booth Primavest di ABF 2023</td></tr></tbody></table><br /><p><b><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-ansi-font-weight: bold; mso-bidi-font-family: 'Segoe UI'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Uraian kegiatan</span></b></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Asian Bird Fair (ABF) 2023 telah terlaksana di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, pada 13-17 Oktober. Ajang tahunan yang berlangsung selama lima hari ini mengusung kegiatan utama berupa pameran bagi pelaku ekowisata burung se-Asia pada 14-15 Oktober. </span><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Di gelaran ABF ke-12 ini, penyelenggara mengusung tema “Burung dan Anak-anak: Bergandengan Tangan”. Datuk Christina Liew, Menteri Wisata, Budaya dan Lingkungan Sabah, hadir dan membuka pameran secara resmi.</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Total terdapat 42 stan yang memeriahkan acara di Sabah International Convention Center tersebut. Stan terutama diisi oleh berbagai agen wisata perburungan dari negara-negara di Asia, juga beberapa perwakilan dari Amerika Selatan dan Australia. Selain itu, terdapat pula stan dari produk-produk pendukung dalam industri perburungan, seperti peralatan optik dan kamera.</span><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';"><a href="https://primavestour.com/" target="_blank">Primavest</a> turut mengambil bagian dalam pameran dan menjadi satu-satunya stan perwakilan Indonesia. Misi yang dibawa adalah memperkenalkan <a href="https://www.instagram.com/primavestour/" target="_blank">Primavest</a> sebagai agensi dari SwaraOwa yang menawarkan berbagai produk paket wisata primata dan burung, serta produk-produk dari SwaraOwa dan Owa Coffee. </span><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl2jZPdC1QKtaCSenw7kFk0gZPxLPfdgcY6aK6qGB9B7ZZVHs0h6inEIEz601Zq8nX1RwndZXrmTbGgPY71MADfqmSqdGhs0dxYhL6oi0gNzzA4kKS4AONjkpif0UgnkA2g7JBz-7Cv3WRWg4MKXgowniHKzMT5srItP5q6bGNBVlXc8mXlvS0aiaNdK8/s4624/IMG_20231014_114115.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4624" data-original-width="3472" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl2jZPdC1QKtaCSenw7kFk0gZPxLPfdgcY6aK6qGB9B7ZZVHs0h6inEIEz601Zq8nX1RwndZXrmTbGgPY71MADfqmSqdGhs0dxYhL6oi0gNzzA4kKS4AONjkpif0UgnkA2g7JBz-7Cv3WRWg4MKXgowniHKzMT5srItP5q6bGNBVlXc8mXlvS0aiaNdK8/w300-h400/IMG_20231014_114115.jpg" width="300" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">conservation products at ABF 2023</td></tr></tbody></table><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt;">Stan mendapat apresiasi yang cukup baik dari para pengunjung. Beberapa agensi berminat untuk menjajaki produk paket wisata yang ditawarkan, meski belum sampai pada tahap pemesanan atau kerjasama lebih lanjut.</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Dalam pameran, berbagai forum dan diskusi, serta aktivitas untuk anak-anak memeriahkan acara. Pembicara kunci yang dihadirkan, yaitu Noah Strycker, penulis buku “Birding Without Borders”. Noah pun membagikan pengalamannya berkeliling dunia untuk melihat sebanyak mungkin jenis burung dalam satu tahun. Ia menjalani ‘big year’, istilah yang lazimnya digunakan untuk kegiatan itu, pada 2015. Dalam perjalanan 365 harinya tersebut, pria asal Amerika itu mampu mencatatkan perjumpaan lebih dari 6.000 jenis burung di 41 negara. Jumlah yang mencakup 58,3% dari total burung dunia saat itu.</span><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwqiZrg_qc7B1PvaPwzkLI92nNlC310OCoo7Vu6pNQqu1Bq740XEQSKDOgNKRMBqGKcbf8S3uvVJWGYAESizFJyxrg-SktGHMpmfHwt9Fy6fmp_f-R6HFTSdaMYCoiDLFWq3YVVwSzoN57V2rzueBiFoYlUzfzRKeeluI5sLpuV3OJ4GNpJDT5pi1ZNsg/s940/Picture3.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="706" data-original-width="940" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwqiZrg_qc7B1PvaPwzkLI92nNlC310OCoo7Vu6pNQqu1Bq740XEQSKDOgNKRMBqGKcbf8S3uvVJWGYAESizFJyxrg-SktGHMpmfHwt9Fy6fmp_f-R6HFTSdaMYCoiDLFWq3YVVwSzoN57V2rzueBiFoYlUzfzRKeeluI5sLpuV3OJ4GNpJDT5pi1ZNsg/w400-h300/Picture3.png" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">field trip ke Kinabalu Park-ABF 2023</td></tr></tbody></table><b style="text-align: left;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-ansi-font-weight: bold; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Field Trip</span></b><p></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Sebagai penghujung di rangkaian acara, panitia menyelenggarakan trip pengamatan burung pada 16 Oktober. Trip diawali dari Kinabalu Park, taman nasional yang terletak di kaki G. Kinabalu. Peserta mampu mengamati berbagai jenis burung menarik, seperti luntur kalimantan dan madi-hijau whitehead. Dua jenis endemik Kalimantan tersebut menjadi </span><i><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-ansi-font-style: italic; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">highlight</span></i><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';"> dan relatif mudah dijumpai.</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Lokasi ke-2 berlangsung di komplek resor Shangri-la Rasa Ria. Di lokasi, terdapat berbagai kawasan yang menjadi habitat beragam satwa, mulai dari hutan, pantai, hingga padang rumput. Kawasan tersebut mampu dikelola dengan baik sebagai tempat pengamatan satwa. Manajemen Shangri-la Rasa Ria juga mengelola satu area sebagai museum dan pusat informasi mengenai satwa liar di lokasi.</span><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';">Banyak manfaat yang diperoleh dari keterlibatan dalam ABF ini. Pertama, ajang se-Asia ini membuka lebih luas kesempatan dalam memperkenalkan satwa liar Indonesia lewat produk paket wisata yang menjadi tawaran. Kedua, lewat ABF terbuka jejaring yang lebih luas untuk mengembangkan bisnis ekowisata satwa liar. Harapan ke depan, kesempatan dan peluang tersebut perlu dilanjutkan dengan menghadiri ajang-ajang serupa, seperti Asian Bird Fair 2024, yang rencana akan diselenggarakan di Filipina.</span><span style="font-family: Cambria; font-size: 11pt; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: 'MS 明朝'; mso-spacerun: 'yes';"><o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9iztlGgpG94IyIRkVWLNgSaApKrl30PAXOPp3a_xRFC1bzezqjqsfQWAqYyMc0VdMhyphenhyphenmGwwgH8r1ZZXAdPYKbGuEPzGUaQJdsHFwS9LdVfIh0AoAUswurWH7FKJ4HTGocdGOj_jCWR1KxGPLJv3mm9aJlWLoMA2gFeFNsla4noU_yUmDlppSWxuUuZFo/s4624/IMG_20231015_115213.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4624" data-original-width="3472" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9iztlGgpG94IyIRkVWLNgSaApKrl30PAXOPp3a_xRFC1bzezqjqsfQWAqYyMc0VdMhyphenhyphenmGwwgH8r1ZZXAdPYKbGuEPzGUaQJdsHFwS9LdVfIh0AoAUswurWH7FKJ4HTGocdGOj_jCWR1KxGPLJv3mm9aJlWLoMA2gFeFNsla4noU_yUmDlppSWxuUuZFo/s320/IMG_20231015_115213.jpg" width="240" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6za0leJviYCDoyDKqfQPF85Metk6mCL8MgVUtdSRuC2SYRnlwP3Rt3Ys-xlKQFq2xguG9O0Mf0IGfNqGwjzccRPSA-TdF4XQ32uQQBk84WJEGb1vodz1XvaSwUo-H2N9E5HHkFyYZJeOEAOUs22xCIHP82D7kge10VeZMDeNCrhvp2qky9_tvNIZ7kqA/s4624/IMG_20231016_074936.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3472" data-original-width="4624" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6za0leJviYCDoyDKqfQPF85Metk6mCL8MgVUtdSRuC2SYRnlwP3Rt3Ys-xlKQFq2xguG9O0Mf0IGfNqGwjzccRPSA-TdF4XQ32uQQBk84WJEGb1vodz1XvaSwUo-H2N9E5HHkFyYZJeOEAOUs22xCIHP82D7kge10VeZMDeNCrhvp2qky9_tvNIZ7kqA/s320/IMG_20231016_074936.jpg" width="320" /></a></div><br />swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-64995789781737696832023-11-03T21:30:00.004+07:002023-11-03T21:30:59.043+07:00Perayaan Hari Pangan Sedunia 2023: Kebun brayan urip dan Pentas kethoprak sayur <p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;">Oleh: Cashudi (Koordinator Paguyuban Petani Muda Mendolo)<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipGBsNJwa51Ec3LDZiWxEunfAF4q0TdqPNR_DM22nYozJrHWpA5i7jWsMAisyUG4loish0Xtqj_GlyRznbF6f0KX93STShlz-N1Gbn5vwL14QMLI-Y0Q1D7daD8TLwDh0Yza_LEcKiQ3XZPoG05stDVRbrnm9qIDFBP9CclMR46Qvujko3UklsN8NHX74/s4608/DSCN3171.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="437" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipGBsNJwa51Ec3LDZiWxEunfAF4q0TdqPNR_DM22nYozJrHWpA5i7jWsMAisyUG4loish0Xtqj_GlyRznbF6f0KX93STShlz-N1Gbn5vwL14QMLI-Y0Q1D7daD8TLwDh0Yza_LEcKiQ3XZPoG05stDVRbrnm9qIDFBP9CclMR46Qvujko3UklsN8NHX74/w582-h437/DSCN3171.JPG" width="582" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pentas Kethoprak " Suara Sayur"</td></tr></tbody></table><span style="font-family: helvetica;">Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo pada tahun ini, untuk
kedua kalinya, mengorganisir perayaan Hari Pangan Sedunia. Perayaan ini
bertujuan untuk mengenalkan pangan lokal yang ada di sekitar hutan Desa Mendolo
terutama bagi generasi muda. Untuk pelaksanaannya, kami memilih tanggal 28-29 Oktober
2023. Perayaan kali ini memang tidak bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia pada
16 Oktober 2023 dengan berbagai pertimbangan, seperti mengakomodir hari libur bagi
adik-adik yang masih bersekolah agar mereka bisa berpartisipasi.</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;">Desa kami kaya akan potensi pangan lokal. Sampai saat ini,
kami sudah berhasil mendata lebih dari 85 jenis pangan lokal yang terdiri dari
jamur, buah hutan, umbi-umbian, dan sayuran hutan. Kami dibantu Kelompok
Mahasiswa Pecinta Alam Biolaska UIN Sunan Kalijaga, Indonesia Dragonfly
Society, dan Yayasan Swaraowa telah memproduksi booklet katalog pangan lokal.
Booklet ini meskipun belum mencakup semua jenis, harapannya bisa dibaca semua
kalangan, terutama generasi muda di desa kami sendiri yang mungkin pengetahuan
tentang pangan lokal masih kurang.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;">Kebetulan, tahun ini tema Hari Pangan Sedunia adalah “air
adalah pangan, air adalah kehidupan”. Kami sekalian mengisi perayaan tahun ini
dengan acara launching “Kebun Brayan Urip”. Kebun ini nantinya difungsikan sebagai
fasilitas pembibitan tanaman hutan untuk konservasi air dan satwa liar, serta
sebagai pusat belajar masyarakat mengenai pertanian dan kehutanan. Brayan Urip
sendiri adalah sebuah bentuk kearifan lokal dalam penghargaan kepada semua
makhluk. Kami ingin menggali lebih dalam lagi pesan-pesan yang terkandung dalam
kearifan Brayan Urip ini. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUBfSs0IuLXqoT8X16HJXoWOTdZMoCyrTS5Z_tFWGuQW8FBySW3y4e1E7LAgpQP7YNA5xCeHPSA_MfCuwAHB-3lr8Y1xBe2tlzusFiqGs-K9vCstZ8WPRQORflHH7JB6U4vW8r2tLy6MuWmDhKw8ppOUMSIX5ZdfVeVOfrUBQNuVqj-bk9cpasthKvjhY/s4608/DSCN2728.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="422" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUBfSs0IuLXqoT8X16HJXoWOTdZMoCyrTS5Z_tFWGuQW8FBySW3y4e1E7LAgpQP7YNA5xCeHPSA_MfCuwAHB-3lr8Y1xBe2tlzusFiqGs-K9vCstZ8WPRQORflHH7JB6U4vW8r2tLy6MuWmDhKw8ppOUMSIX5ZdfVeVOfrUBQNuVqj-bk9cpasthKvjhY/w562-h422/DSCN2728.JPG" width="562" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">meramban sayur liar di hutan Mendolo<br /><br /></td></tr></tbody></table><span style="font-family: helvetica;">Beberapa rangkaian acara mengisi perayaan hari pangan
sedunia tahun ini. Pada hari pertama (28 Oktober 2023), kami mengajak segenap
warga Mendolo, mahasiswa dari Biolaska UIN Sunan Kalijaga, teman-teman mahasiswa
KKN UIN Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan beberapa tamu yang ikut trip untuk “meramban”
bersama. Istilah meramban ini maksudnya adalah mencari dan mengumpulkan sayur
dan makanan yang biasa dikonsumsi warga dukuh Sawahan yang tumbuh liar di
hutan, kebun, maupun area persawahan.</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;">Peserta meramban dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing menuju
arah yang berbeda. Kelompok pertama dipimpin oleh saya sendiri, sedangkan kelompok
kedua dipimpin oleh mas Diran. Selesai kegiatan, kami mengumpulkan hasil
meramban di rumah Bapak Kasdani. Sayur, jamur, dan buah-buahan dipilih sesuai
jenisnya masing-masing. Kami juga mendokumentasikan jenis-jenis tumbuhan yang
tahun kemarin belum masuk dalam data kami.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnxTy-93Dsi2hT_VLCqzSINiZuQvxD1VgN__sRnPT0JRnpn7FSbCQw4Ft9GJWlA8OFSsuK8oy3P3gphPccTZb3Z0k9OscP2T6fVJqEFRElMYGGB7u3xto1ObrqIvbDO28B5aGnu_k3_aQtNhB4gsf2g0V4CRtOB68MjwNDRQtclS3vTaZobOYdzkGchVM/s4608/DSCN3130.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="429" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnxTy-93Dsi2hT_VLCqzSINiZuQvxD1VgN__sRnPT0JRnpn7FSbCQw4Ft9GJWlA8OFSsuK8oy3P3gphPccTZb3Z0k9OscP2T6fVJqEFRElMYGGB7u3xto1ObrqIvbDO28B5aGnu_k3_aQtNhB4gsf2g0V4CRtOB68MjwNDRQtclS3vTaZobOYdzkGchVM/w572-h429/DSCN3130.JPG" width="572" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">salah satu adegan kethoprak suara sayur</td></tr></tbody></table><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;">Di sore harinya, kami mengisi acara dengan workshop daun
pisang sebagai kemasan pangan. Kami mengumpulkan ibu-ibu dan anak-anak beserta
teman-teman mahasiswa untuk pelatihan atau belajar membuat takir atau wadah
makanan yang terbuat dari daun pisang. Dengan adanya workshop ini kami berharap
agar warga mau kembali menggunakan kemasan dari daun yang jelas ramah
lingkungan, sehingga bisa mengurangi produksi sampah plastik.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVXsDrujHhT0jiAuFJtg0FemCJnSurBb6YCnnAWt6bB65XKqECyPEGkaP_8BDIlZjOmVB9Be36fpEHqRUlsBCBPmqFGDVahulFrAYpnz9oxVnZE7evxk7cpzQVsLbfr2m97VSlvuDJzDyzMwsuRukuy9wFJfeaQTJkJc_D1ILol39z7hpv5sv-1OAooeU/s1616/DSC04724.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1616" height="391" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVXsDrujHhT0jiAuFJtg0FemCJnSurBb6YCnnAWt6bB65XKqECyPEGkaP_8BDIlZjOmVB9Be36fpEHqRUlsBCBPmqFGDVahulFrAYpnz9oxVnZE7evxk7cpzQVsLbfr2m97VSlvuDJzDyzMwsuRukuy9wFJfeaQTJkJc_D1ILol39z7hpv5sv-1OAooeU/w584-h391/DSC04724.JPG" width="584" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">penonton ketoprak suara sayur</td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;">Pada malam harinya, kami memberi kesempatan para peserta dan
mahasiswa untuk ikut pengamatan satwa nokturnal. Hewan target yang kami cari
pada malam itu antara lain: kukang jawa, landak, burung celepuk, dan burung
paruh kodok. Alhamdulillah, pada malam itu kami berhasil menjumpai burung paruh
kodok dalam jarak yang sangat dekat. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;">Pada acara puncak atau pada hari kedua, kami isi dengan
acara <i>launching</i> kebun Brayan Urip. Kami
mengundang berbagai pihak untuk ikut menjadi saksi <i>launching</i> kebun Raya Urip ini. Pada acara ini, kami menampilkan
hiburan ketoprak sayur dengan lakon “suara sayur”. Setelah persiapan yang cukup
panjang, kurang lebih dua bulan, pertunjukkan yang dimainkan para anggota PPM Mendolo
dibantu mas Adin dari Swaraowa berhasil memeriahkan perayaan hari pangan tahun
ini. Tentu saja tidak hanya kemeriahan yang kami harapkan, namun juga pesan atau
kampanye pangan lokal dan konservasi hutan yang hendak disampaikan melalui pertunjukan
tersebut semoga bisa diterima dengan baik.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO-vYkKroe8-_vtjnoPxOlvxemAnjynHDGfCZ67HJS_sl8DOo6wqj2L_e-29yktq6xhACCdTxY5KK3vOYPhY5ve1JAxcpKJMGtX9SJYn4iO_oiYJZf2wXFFIr57LxbWRbbDtiios6eDtMc-AKM5g1WqCzJ3gJ8zm0RHc_3Y__dCxll2iiE-6OvZU2rCLI/s4080/20231029_111715.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3060" data-original-width="4080" height="449" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO-vYkKroe8-_vtjnoPxOlvxemAnjynHDGfCZ67HJS_sl8DOo6wqj2L_e-29yktq6xhACCdTxY5KK3vOYPhY5ve1JAxcpKJMGtX9SJYn4iO_oiYJZf2wXFFIr57LxbWRbbDtiios6eDtMc-AKM5g1WqCzJ3gJ8zm0RHc_3Y__dCxll2iiE-6OvZU2rCLI/w599-h449/20231029_111715.jpg" width="599" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">foto bersama seluruh pemain, warga mendolo dan perwakilan pemerintah desa dan dinas terkait</td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: helvetica;">Selesai acara launching, semua peserta dan tamu undangan serta
warga Dusun Sawahan diarahkan ke kampung untuk makan bersama dengan menu hasil
meramban pada hari pertama. Menunya cukup banyak, ada <i>urap</i> daun <i>pakis</i>, sayur
bening daun <i>ketupuk</i>, lodeh <i>lompong</i>, oseng daun <i>slempat</i>, dan aneka sambal seperti <i>kecombrang</i>, <i>klanting</i>, <i>kluwek</i>, dan <i>ukel</i>. Buah durian sumbangan warga masyarakat Sawahan menjadi
hidangan penutup bagi para tamu.<o:p></o:p></span></p><p>
<span style="font-size: 11pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: helvetica;">Saya mewakili PPM Mendolo mengucapkan banyak
terima kasih kepada segenap tamu undangan, antara lain: CDK IV Dinas Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Perum Perhutani yang diwakili BKPH
Karanganyar, Camat beserta Muspika Lebakbarang, Kepala Desa Mendolo berikut
perangkatnya. Tak lupa kepada Yayasan Swaraowa, Indonesia Dragonfly Society
(IDS), Biolaska UIN Sunan Kalijaga, mahasiswa KKN UIN Gusdur unit Mendolo,
serta semua warga masyarakat yang sangat antusias ikut membantu dan meramaikan
acara kami ini. Ke depannya, kami berharap perayaan hari pangan bisa menjadi
agenda rutin di Desa Mendolo, dan bisa mengundang para wisatawan datang ke desa
kami. </span></span></p><p><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: helvetica;">Salam.</span></span></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-54810798388725478082023-11-01T17:31:00.002+07:002023-11-01T17:31:42.463+07:00Hari Owa 2023 : Camping Owa di Siregol, Kramat, Purbalingga<div class="separator">oleh : Arif Setiawan</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV8V5IAnJkww7IB-HwPcw_-JaOnDpQYf5cQfab8XVvjpqWHPalajenlRF7FDrRBxQlsMZ79jXzsNyXz5QpHtONLSH1x319GGB1PvKVJtaaLXwNl2gs83LAPjqhyCuUJQpeLPtnPzfEYqNKbxr7Y09B-jtjCg9qKa4xVsTielP3Yci_Ahs0xeQSvemKW20/s2576/20231025_121150.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1932" data-original-width="2576" height="450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV8V5IAnJkww7IB-HwPcw_-JaOnDpQYf5cQfab8XVvjpqWHPalajenlRF7FDrRBxQlsMZ79jXzsNyXz5QpHtONLSH1x319GGB1PvKVJtaaLXwNl2gs83LAPjqhyCuUJQpeLPtnPzfEYqNKbxr7Y09B-jtjCg9qKa4xVsTielP3Yci_Ahs0xeQSvemKW20/w600-h450/20231025_121150.jpg" width="600" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">camping ground Ds. Kramat</td></tr></tbody></table><br /><p>Tanggal 24 October setiap tahun diperingati sebagai hari owa
internasional, sebagai bentuk campanye untuk pelestarian Owa di Indonesia. Swaraowa
sejak 3 tahun yang lalu menggunakan momentum hari owa sedunia ini untuk mempromosikan
kegiatan yang fun untuk mengenal owa, dan habitat aslinya melalui pengamatan owa “gibbon watching” atau “gibbonning”.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Seperti kegiatan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2023 ini SwaraOwa berkolaborasi dengan KP3 Primata, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada mengadakan perayaan Hari owa ini dengan tema “gibbon camp”. Kamping untuk
Owa, kurang lebih seperti itu tujuan acara ini. Konsep acara yang di kemas
secara santai namun juga untuk mengumpulkan informasi terkait owa dan habitat aslinya,
dan Masyarakat yang terlibat langsung dalam upaya pelestariannya. Tujuan kami
Gibbon camp 2023 ini adalah Desa Kramat, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga.
Lokasi ini pernah kami survey pertamakali ke wilayah ini pada expedisi owa jawa
tahun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>2013. Waktu itu kami
mengidentifikasi populasi di pegunungan Siregol -Kramat-Ardilawet ini sup
populasi yang terpisah dari 2 populasi owa jawa di jawa Tengah yaitu, Gunung
Slamet dan landskap pegunungan Dieng.<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjsoAMzFoFCOh5RK2eY8FGAllonknn0vYo07nflgwdBJ30EM8ElwUx_RUi38Bn3zYb0ujSFsMWUXBqLPsQTJkImKGuq2x-t13gDJhdaFsJpXFbzvjjXIk3QVrjJBlFXFgN42R43T3W-7mbrTcnQOFwSp4uKLswI47uK1LjxeI4p6f1dm-lV8llQH90srI/s4080/20231025_080357.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3060" data-original-width="4080" height="443" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjsoAMzFoFCOh5RK2eY8FGAllonknn0vYo07nflgwdBJ30EM8ElwUx_RUi38Bn3zYb0ujSFsMWUXBqLPsQTJkImKGuq2x-t13gDJhdaFsJpXFbzvjjXIk3QVrjJBlFXFgN42R43T3W-7mbrTcnQOFwSp4uKLswI47uK1LjxeI4p6f1dm-lV8llQH90srI/w591-h443/20231025_080357.jpg" width="591" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">foto bersama KP3 Primata, Sigotak dan SwaraOwa</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDpHGfCPQ3rDWkhN9lCnqVgn-CEyVu7OK9VupP52ovCNdov6x8YB0penPKkDyDm9W4HGsjTOFradQick84G48sovoCe2mhjseoUrBzxYBAg_kwXWQQhNaM_2vnHhBSMKrxz3nfTTQAcft8DKkQKIazhDL-NAnPlGhmHJ6h69fCrVFfLbtqkt0xzdjcqpQ/s4288/DSC04571.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3216" data-original-width="4288" height="441" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDpHGfCPQ3rDWkhN9lCnqVgn-CEyVu7OK9VupP52ovCNdov6x8YB0penPKkDyDm9W4HGsjTOFradQick84G48sovoCe2mhjseoUrBzxYBAg_kwXWQQhNaM_2vnHhBSMKrxz3nfTTQAcft8DKkQKIazhDL-NAnPlGhmHJ6h69fCrVFfLbtqkt0xzdjcqpQ/w588-h441/DSC04571.JPG" width="588" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Owa jawa siregol Kramat</td></tr></tbody></table><p class="MsoNormal">Kemudian pada tahun 2016-2017, mas Faiz ada salah satu warga dari desa Kramat ini,
entah darimana bisa nyambung dengan kegiatan swaraowa waktu itu, yaitu ikut acara
Pelatihan Metode Survey Primata di Sokokembang, darisinilah terus berkomunikasi
dengan mas Faiz dan teman-teman nya di Kramat untuk konservasi owa Jawa, sampai
saat ini Sigotak Narasi Konservasi menjadi nama sekaligus branding konservasi
untuk desa Kramat.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pada tahun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebelumnya
swaraowa juga pernah mendukung kegiatan Siregol Primate Watching, dan
antusiasme warga terutama pegiat lingkungan di Purbalingga waktu itu cukup positif.
Mas Faiz juga mereplikasi keberhasilan kopi owa di Kramat, untuk mempromosikan
konservasi owa dan juga kegiatan ekonomi, dengan kopi sigotaknya, tentu saja
karakter owa brakiasi ada di kemasannya.<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMYq4O72mz6gf7iQiWlMuSVQw0FCUxIfoRKQeJDNnJv2gKoW5C5jHJpq86q4m8Wdq9mH_wmbXxBBbwKP2Kh61YZECMqp-VdWFAnpGmcrbngGxcjvDLEZYTj97oJh9qvBx5vnoqtQbLm9bXZVXO3s-jX4LVyaumVkWeekHQKEDvkzm1i8nzYQ2xezbwE7M/s4080/20231025_114550.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4080" data-original-width="3060" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMYq4O72mz6gf7iQiWlMuSVQw0FCUxIfoRKQeJDNnJv2gKoW5C5jHJpq86q4m8Wdq9mH_wmbXxBBbwKP2Kh61YZECMqp-VdWFAnpGmcrbngGxcjvDLEZYTj97oJh9qvBx5vnoqtQbLm9bXZVXO3s-jX4LVyaumVkWeekHQKEDvkzm1i8nzYQ2xezbwE7M/w300-h400/20231025_114550.jpg" width="300" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kopi Owa Sigotak</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoNormal">Acara gibbon day 2023 tanggal 24-25 October kembali swaraowa mengunjungi Kramat Siregol
untuk setidaknya menguatkan saling mendukung dan mempromosikan konservasi Owa. Teman-teman
KP3 primata sebanyak 16 orang ikut bersama memeriahkan acara ini, dan camping 1
malam dan pengamatan ke esokan harinya menjadi acara inti dari gibbon day kali
ini. Didampingi oleh tim Sigotak, camping ground yang tersedia di halaman taman
Bumdes sKramat sangat nyaman, dengan latar belakang pegununganBeser- Siregol-Kramat-cupu-simembut-ardilawet.
Camping ground ini sudah lengkap fasilitasnya, listrik air, masjid, toilet dan
ada kantor penjaganya, yang bawa mobil camper/ camper van bisa langsung parkir
dan mendirikan tenda. Teman-teman KP3 primata juga membawa tenda masing-masing,
makan bisa sekaligus di pesan atau mau masak sendiri juga bisa.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Malam hari tanggal 24 kita sampai di Kramat, langsung kami
di sambut oleh mas Faiz di kafe nya, dan dilanjuktan mendirikan tenda saat itu
juga kemudian makan malam dan disaambung dengan diskusi tentang persiapan pengamatan
besok paginya.</p><p class="MsoNormal">Jam 4.30, suara adzan dari masjid di camping ground membangunkan
kami semua, pas sekali sekaligus persiapan pengamatan , dan jam 5.30 oleh teman-teman
sigotak, “Coak” mobil pick up sudah stanby membawa kami ke lokasi pengamatan.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Jarak camping ground dan lokasi pengamatan kurang lebih 10 menit
naik mobil, ada tanjakan yang cukup curam dan sempit menuju lokasi pengamatan,
sangat disarankan menggunakan kendaraan dan driver setempat untuk naik ke lokasi
pengamatan Owa, yang berada di tepi tebing curam Sungai Tambra. Jalan ini juga
jalan utama menuju desa Sirau, dan kita pernah menyusuri jalan ini hingga ke Watukumpul,
dimana ada sub-populasi owa juga di hutan-hutan yang sudah terfragmentasi di
pegunungan Tengah antara gunung slamet dan pekalongan ini.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tebing batu curam dan rapatnya vegetasi di bagian bawah
jurang menjadi habitat istimewa pagi owa dan primata lainnya di siregol Kramat,
karena tidak ada kemungkinan akses manusia masuk dan mengganggu atau merusak hutan
disini. Untuk menemukan Owa atau me motret owa disini disarankan menggunakan alat
bantu binokuler atau monokuler, karena jaraknya yang cukup jauh, dan camera
dengan tele setidaaknya 600-900 mm, akan sangat membantu mengabadikan gerakan
primata atau owa.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kelompok lutung teramati yang pertama kali, kemudian kelompok
Owa. Jarak yang jauh dari pengamat, menjadikan pengamatan disini tidak membuat
owa menjadi takut, atau pergi, jadi kalau kita menyiapkan alat pantau jarak
jauh sepert camera dengan tele dan tripod sangat menyenangkan melihat perilaku
owa disini.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX4o9IANLoyAJFpXPKYOoySupk1HckqojUVRfeVaOFGC7eFLd_93aqdNlcTMW9vTAXSWo-G3h35Lnr79lz3Z10Nq9f0sMbqsgpMQbV7sJWmX1TbHLD91d4R96MW0DWtOayrIIJ3yocXAToGdPdVi0jnraOE2cXGlnkNHQ9wWXUmvZEvSoxi4iODtuhdGg/s4080/20231025_055327.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3060" data-original-width="4080" height="448" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX4o9IANLoyAJFpXPKYOoySupk1HckqojUVRfeVaOFGC7eFLd_93aqdNlcTMW9vTAXSWo-G3h35Lnr79lz3Z10Nq9f0sMbqsgpMQbV7sJWmX1TbHLD91d4R96MW0DWtOayrIIJ3yocXAToGdPdVi0jnraOE2cXGlnkNHQ9wWXUmvZEvSoxi4iODtuhdGg/w597-h448/20231025_055327.jpg" width="597" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4IlQfL1_3yZ4gqpLHxr10aFbsNAwCNfoNHJ8tCUbwf3qH4bjV_1CEFok_s-BqegQ9Wbu2UypapDGjQ-M0euk3hSPPzwUMTcCa-d_p-Mpy75h8PA1mrlaLalS2ESebc8svnfsfgCakNcWZ8iOBPOC1J4RezTpjUbfrngYyksKnTkCFeUW0SLTWML_y__Q/s5333/DSC04596.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="5333" height="447" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4IlQfL1_3yZ4gqpLHxr10aFbsNAwCNfoNHJ8tCUbwf3qH4bjV_1CEFok_s-BqegQ9Wbu2UypapDGjQ-M0euk3hSPPzwUMTcCa-d_p-Mpy75h8PA1mrlaLalS2ESebc8svnfsfgCakNcWZ8iOBPOC1J4RezTpjUbfrngYyksKnTkCFeUW0SLTWML_y__Q/w596-h447/DSC04596.JPG" width="596" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Owa Jawa ( <i>Hylobates moloch</i>) individu yang teramati di siregol</td></tr></tbody></table><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Kemudian kami berjalan mendaki menyusuri jalan siregol ini, kelompo
owa yang terlihat sangat jauh, hingga teman-teman yang kurang biasa dengan
pengamatan jarak jauh agak kesulitan menemukan owa yang bergerak, ayunan cabang
pohon menjadi pemandu untuk menemukan Owa. Satu kelompok yang kami temui
terdiri 4 individu dan terlihat menggendong bayi. Agak susah melihat detail apa
yang dimakan oleh owa ini, namun setidaknya kami mengidentifikasi jenis-jenis
ficus atau beringin buahnya yang dimakan.</span></div><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sambil pengamatan tentusaja mendiskusikan apa yang kita
lihat bersama,penelitian atau apapun terkait owa disini sangat mungkin di kaji
untuk penelitian tugas akhir atau skripsi. Membangun hipotesis-hipotesis
pertanyaan-pertanyaan ilimiah, akan lebih mudah jika kita melihat langsung
kondisi dilapangan daripada hanya berdasarkan teori-teori di kelas. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Gibbon watching atau gibboning ini juga menjadi sarana
promosi wisata minat khusus, dari antusiasme di sosial media story di IG swaraowa
mendapatkan impression 5.024, dimana 44% merupakan non followers. Mengenalkan daerah
dan juga memperkuat branding konservasi yang sudah di inisiasi oleh Sigotak
Narasi Konservasi bahwa kawasan ini merupakan kawasan penting untuk konservasi
Owa di Jawa Tengah.</p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br />swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-47466272866400794012023-10-17T10:24:00.003+07:002023-10-17T10:24:40.241+07:00LUTUNG JAWA, PRIMATA ENDEMIK DI RIMBA SOKOKEMBANG<p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="text-align: justify;">oleh : </span></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">Intan Rachmadanti Al-Huda</span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8K52F426lmH7YOojzb2PXFThIYfCJTwOXO0rodXnl1Mp6mVwIqG5LNc_U5Uq9pEErO27WSRtANTKS8b3Un1KpCc5Qewuxo_2EQLDX-fw8qMjS7P2o-oZP3qbskETWJcz2RZsMYbueZrHNhifaZ3OmuQKJJBGXnu-3Colr6PP0o3lpqu9tEPWbIhk_Uu4/s4608/DSCN0147.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="452" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8K52F426lmH7YOojzb2PXFThIYfCJTwOXO0rodXnl1Mp6mVwIqG5LNc_U5Uq9pEErO27WSRtANTKS8b3Un1KpCc5Qewuxo_2EQLDX-fw8qMjS7P2o-oZP3qbskETWJcz2RZsMYbueZrHNhifaZ3OmuQKJJBGXnu-3Colr6PP0o3lpqu9tEPWbIhk_Uu4/w602-h452/DSCN0147.JPG" width="602" /></a></div><span style="font-family: georgia;"><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;">Saya mahasiswi program studi Kehutanan, Unversitas Sebelas Maret Surakarta, salah satu
penerima beasiswa swaraowa, untuk tujuan penelitian Lutung Jawa. Pengamatan lapangan telah dilakukan pada Bulan Mei hingga
Bulan Juni 2023, Kami mengamati populasi dan persebaran lutung jawa di hutan
Sokokembang, Petungkriyono, Pekalongan. Lutung jawa (<i>Trachypithecus auratus</i>) merupakan satwa endemik Pulau Jawa dan Bali
yang populasinya semakin menurun dalam 36 tahun terakhir. </p></span><p></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="text-align: justify;">Lutung jawa termasuk
dalam primata dilindungi yang hidup secara berkelompok. Berdasarkan </span><i style="text-align: justify;">International</i><span style="text-align: justify;"> </span><i style="text-align: justify;">Unioun for Corservation of Nature and Natural Resources </i><span style="text-align: justify;">(IUCN)</span><i style="text-align: justify;"> Red List</i><span style="text-align: justify;"> 2021 lutung jawa termasuk dalam
kategori </span><i style="text-align: justify;">Vulnerable </i><span style="text-align: justify;">atau rentan. Sedangkan
menurut CITES (</span><i style="text-align: justify;">Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora</i><span style="text-align: justify;">), lutung
jawa termasuk kategori Appendix II. </span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkuFaUcIu5PiJSuf5bJkvAITPFWk2H-aQ97sAJm5YPbdOGg7RaSkpJEgDN92pRPx5MoVcrpVmHbBSGDXqPSR7cXBP7owaq9UulV_2B7SLs3Mgpn2Bvyj75Y_MaP4prpRWfz8bUObHEEMVj4M4SAx5CY_CPG6dpFP52R0fDfnE0UcfIlNwQkdeENrQiKkk/s4608/DSCN9846.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="445" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkuFaUcIu5PiJSuf5bJkvAITPFWk2H-aQ97sAJm5YPbdOGg7RaSkpJEgDN92pRPx5MoVcrpVmHbBSGDXqPSR7cXBP7owaq9UulV_2B7SLs3Mgpn2Bvyj75Y_MaP4prpRWfz8bUObHEEMVj4M4SAx5CY_CPG6dpFP52R0fDfnE0UcfIlNwQkdeENrQiKkk/w593-h445/DSCN9846.JPG" width="593" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;">Kami melakukan pengamatan pada pagi dan
sore hari pada jam aktif lutung jawa. Selama pengamatan, kami mengamati
sebanyak 11 kelompok lutung jawa dengan jumlah individu sebanyak kurang lebih 100
individu lutung jawa yang tersebar di hutan Sokokembang. Tidak hanya lutung
jawa, kami juga bertemu berbagai jenis satwa lainnya selama pengamatan. Surili
(<i>Presbitys fredericae</i>), owa jawa (<i>Hylobates moloch</i>), dan Monyet ekor
panjang (<i>Macaca fascicularis</i>) adalah
jenis primata selain lutung jawa yang kami temukan di hutan Sokokembang. Selain
primata terdapat pula beberapa jenis satwa lain yang seperti elang jawa (<i>Nisaetus bartelsi</i>), julang emas (<i>Rhyticros undulatus</i>), babi hutan (<i>Sus scrofa</i>), dan kijang (<i>Muntiacus muntjak</i>). Pada saat pengamatan
lutung jawa, kami juga menemukan jejak kaki mamalia yang diduga merupakan macan
tutul jawa (<i>Panthera pardus melas</i>). </p></span><p></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="text-align: justify;">Setiap
kelompok lutung jawa umumnya terdiri atas individu dewasa, remaja, dan anak.
Individu anak lutung jawa yang baru lahir memiliki rambut berwarna </span><i style="text-align: justify;">orange </i><span style="text-align: justify;">yang sangat berbeda dengan lutung
jawa dewasa yang memiliki warna rambut hitam. Pada saat pengamatan, terdapat
beberapa individu lutung jawa berwarna </span><i style="text-align: justify;">orange
</i><span style="text-align: justify;">yang sedang dalam gendongan induknya. selain itu juga terdapat individu
anak yang telah berubah warna menjadi hitam yang juga teramati sedang bersama
induknya. Warna orange ini pada bayi lutung terkait dengan pola asuh <i>allomothering, </i>dimana semua individu dewasa berperan sebagai induk pengasuh dan penjaga untuk bayi yang masih rentan, warna yang mencolok akan menarik perhatian individu lutung dewasa lainnya dalam satu kelompok untuk menaruh perhatian kepada bayi lutung. Pada pengamatan kali ini diketahui bahwa jumlah individu dewasa
mendominasi struktur umur lutung jawa di hutan Sokokembang.</span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_NlgGFs_cVZlqZKKQp-3tQ2eRctuWmShUGM3E3B1OA7bS9mZGuHMncXOhPMJ2e5r5a-S7DqU762JhMEtKdwZK6rD8QX3RrF7QpcXthy8mWCABGAiHipz9xEkfTPn55EkhKpRi4swyWBwOxAtB_eJ2YNLJSMQoRD-A68kTbxpTPmEPWku9vdcIWpnnbJo/s4608/DSCN9868.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="442" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_NlgGFs_cVZlqZKKQp-3tQ2eRctuWmShUGM3E3B1OA7bS9mZGuHMncXOhPMJ2e5r5a-S7DqU762JhMEtKdwZK6rD8QX3RrF7QpcXthy8mWCABGAiHipz9xEkfTPn55EkhKpRi4swyWBwOxAtB_eJ2YNLJSMQoRD-A68kTbxpTPmEPWku9vdcIWpnnbJo/w589-h442/DSCN9868.JPG" width="589" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><br /><span style="text-align: justify;"><br /></span></span><p></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="line-height: 150%;">Kelompok
lutung jawa bersifat <i>uni-grup </i>(<i>one male and multi female</i>) yaitu hanya
terdapat satu individu jantan dewasa yang mendominasi dan memiliki tugas
sebagai pemimpin kelompok dimana harus mengawasi, melindungi, dan memastikan
anggota kelompoknya dalam keadaan aman. Oleh karena itu, lutung jawa termasuk
satwa poligami karena jumlah betina lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
jantan dalam satu kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan kami, lutung jawa di
hutan Sokokembang terdiri atas 3 hingga 23 individu dalam setiap kelompok. Hal itu
terjadi karena perbedaan kemampuan regenerasi setiap individu dan keberadaan
predator yang berbeda pada setiap wilayah jelajah lutung jawa di hutan
Sokokembang. </span></span></p><p style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Lutung jawa merupakan primata arboreal yang menghabiskan hampir
seluruh hidupnya dengan beraktivitas diatas pohon. Mulai dari aktivitas makan
hingga aktivitas istirahat juga dilakukan diatas pohon.. Kami juga mengamati
lutung jawa sedang melakukan aktivitas </span><i style="font-family: georgia;">grooming
</i><span style="font-family: georgia;">diatas pohon</span><i style="font-family: georgia;">. Grooming</i><span style="font-family: georgia;"> merupakan kegiatan
mencari dan mengambil kotoran atau parasit dari permukaan kulit dan rambut.</span></p>
swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-40053132452899626632023-10-15T11:39:00.004+07:002023-12-31T11:51:34.683+07:00Gibbon goes to school : kegiatan edukasi konservasi untuk anak-anak sekolah disekitar habitat Owa<p> oleh : Kurnia Ahmaddin</p><p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYdaMukdWgQnoniKUxbrzQWhcxvq2fMsgSzi72DGgaFIIRPsyCF602ba1f57ttKPl54ouv6ibzPyGfG-kjlrCDWlL4JQeMWku1zsDhMg7ZLmUH-Kv5Cc9QudvQa2i9xGdUEqtayreXF7JUW6C0-Aogf7_JIg_DKp8zSNz5MbvghlDg9igmDzkij6gwAo8/s5184/Basic%20Conservation%20sharing%20sesion%20with%20Studen%20from%20SMA%201%20Batang.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3888" data-original-width="5184" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYdaMukdWgQnoniKUxbrzQWhcxvq2fMsgSzi72DGgaFIIRPsyCF602ba1f57ttKPl54ouv6ibzPyGfG-kjlrCDWlL4JQeMWku1zsDhMg7ZLmUH-Kv5Cc9QudvQa2i9xGdUEqtayreXF7JUW6C0-Aogf7_JIg_DKp8zSNz5MbvghlDg9igmDzkij6gwAo8/w400-h300/Basic%20Conservation%20sharing%20sesion%20with%20Studen%20from%20SMA%201%20Batang.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">camping dan pengamatan bersama kelompok pecinta alam SMA 1 Batang </td></tr></tbody></table><br /></p><p class="MsoNormal">Rangkaian kegiatan kunjungan ke sekolah dan desa-desa sekitar habitat owa, telah dilakukan tim swaraowa, selama periode bulan Mei hingga Oktober 2023, yaitu :</p><p class="MsoNormal">SMA 1 Maarif Doro</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tanggal 30 Mei 2023, swaraowa berkunjung ke SMA 1 Maarif Kecamatan
Doro, bersama guru pembimbing dan kurang lebih 50 an siswa, kami mengenalkan primata
dan satwaliar lainnya khususnya burung-burung liar, di hutan Sokokembang yang hanya
berjarak kurang lebih 25 km dari sekolah ini. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kegiatan ini di kemas dalam suasana kelas dan
praktek lapangan untuk pengamtan jenis-jenis burung di sekitar sekolah. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Anak-Anak ds. Sokokembang<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pada tanggal 27 Agustus 2023, SwaraOwa bersama mahasiswi
Biologi pascasarjana Universitas Gadjah Mada mengadakan sebuah kegiatan
eksplorasi yang bertajuk “Belajar lebih dekat dengan alam”. Kegiatan ini
ditujukan untuk adik-adik sekolah dasar yang ada di Dusun Sokokembang,
Desa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kayupuring, Sokokembang,
Petungkriyono. Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kepedulian adik-adik
terhadap hutan dan lingkungan sekitar. Ada tiga objek utama yang menjadi tujuan
eksplorasi yaitu burung, kupu-kupu, dan capung.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Laporan lengkap kegiatan ini dapat di baca di sini : <a href="https://swaraowa.blogspot.com/2023/09/sekolah-eksplorasi-ke-1.html">https://swaraowa.blogspot.com/2023/09/sekolah-eksplorasi-ke-1.html</a><o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEGtgLa0SRmfDoQxZaImCsAHjGHvsxai0dF8N6BHl7x4Eppql_LOsfptQONXZB1v7p6tOd8tSNvEmvVv9IwSAIgmWsEwTSlfd9xtnlnGAYu_owQmKYrRd6pv1Aqlt9NovJdFdR63BS9JZChEiZNJytx-bwBlbsvL29A_RQ1i4t5u8KgM_RQBQMMcFj4lA/s5184/School%20visiting%20with%20sokokembang%20children.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEGtgLa0SRmfDoQxZaImCsAHjGHvsxai0dF8N6BHl7x4Eppql_LOsfptQONXZB1v7p6tOd8tSNvEmvVv9IwSAIgmWsEwTSlfd9xtnlnGAYu_owQmKYrRd6pv1Aqlt9NovJdFdR63BS9JZChEiZNJytx-bwBlbsvL29A_RQ1i4t5u8KgM_RQBQMMcFj4lA/w400-h266/School%20visiting%20with%20sokokembang%20children.JPG" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">mendampingi anak-anak pengamatan burung di sekitar kampung</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoNormal">SMA 1 Batang</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tanggal 30 September dan 1 Oktober, tim swaraOwa melakukan kegiatan
edukasi konservasi untuk kelompok pecinta alam Gasmapala SMA 1 Batang.
Berlokasi di Welo Asri, desa Kayupuring ada 33 siswa yang didampingi oleh 4
guru. Tujuan kegiatan ini adalah mengenalkan satwaliar dan memberikan
dasar-dasar Teknik pengamatan satwaliar khususnya primate dan burung.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Acara di hari pertama dengan pematerian kelas, dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diiskusi ,kemudian siswa semakin penasaran
dengan satwa liar di hutan Petungkriyono.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Menjawab rasa penarasan siswa di hari kedua mulai pukul 7.30 hingga
11.00 kami beserta siswa melakukan pengamatan satwa liar di sekitar Welo Asri.
Kami membagi tim menjadi 4 dengan dibantu oleh kawan-kawan Welo Asri kami
dampingi mereka selama melakukan observasi di lapangan. Pada akhir sesi seperti
biasa siswa di beri tugas untuk presentasi kepada masing-masing kelompok. Hasil
presentasi siswa cukup baik dalam menjelaskan ciri fisik satwa yang mereka
jumpai mulai dari Lutung jawa ( <i>Trachypithecus auratus</i>) dan beberapa
jenis burung yaitu Pentis Pelangi (<i>Prionochilus percussus</i>) , Cabai
bunga-api (<i>Dicaeum trigonostigma</i> )dan Cucak kutilang (<i>Pycnonotus
aurigaster</i>)<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Penutup dari guru SMA 1 Batang besar harapan
mereka agar tiap semester ada kegiatan bersama dengan Swaraowa. <o:p></o:p></p>Kegiatan kunjungan ke sekolah ini selain merupakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan konservasi kepada anak-anak usia sekolah juga menjadi sarana peningkatan kapasitas tim dan peningkatan pengalaman mengkomunikasikan kegiatan konservasi kepada anak-anak sekolah. untuk tim kami juga melibatkan warga sekitar yang biasanya ikut dalam kegiatan penelitian atau monitoring, mereka menjadi pendamping langsung dari anak-anak yang sebagian besar juga tetangganya sendiri. mengurangi rasa sungkan anak-anak yang biasanya malu berinteraksi langsung dengan orang yang belum mereka kenal, bagi tim warga lokal setidaknya hal ini memotivasi mereka untuk berbuat sesuatu untuk desa dan orang-orang terdekat mereka di lingkungan sekolah.<p></p><p><br /></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-91752597568499074912023-09-20T17:16:00.000+07:002023-09-20T17:16:05.836+07:00Sekolah Eksplorasi ke 1<p> <b><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 200%;"><span style="font-size: x-small;">Oleh
Fanny Sukma Sundari</span></span></b></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_Rr4AuoG3j_8zBevVWT6JlCyyIAZRb7kLCTXcJa7m3ehlv4rJBxudVWQNHQCR8kwfcZ34VxfWb_XOFRxaq7V39C1iAWABfLA1dTWSeYwfPIAXwbpJ9JqjV5oshpeuCl4QFCMZOO9V27TygqVZBPYirb4XePHXByWMScqV02xFZAPlKIJrSv7HMd9EgAk/s4032/IMG_3847.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2268" data-original-width="4032" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_Rr4AuoG3j_8zBevVWT6JlCyyIAZRb7kLCTXcJa7m3ehlv4rJBxudVWQNHQCR8kwfcZ34VxfWb_XOFRxaq7V39C1iAWABfLA1dTWSeYwfPIAXwbpJ9JqjV5oshpeuCl4QFCMZOO9V27TygqVZBPYirb4XePHXByWMScqV02xFZAPlKIJrSv7HMd9EgAk/w569-h320/IMG_3847.jpg" width="569" /></a></div><br /><p></p><p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Pada tanggal 27
Agustus 2023, SwaraOwa bersama mahasiswi Biologi pascasarjana Universitas Gadjah Mada mengadakan
sebuah kegiatan eksplorasi yang bertajuk “</span><i style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Belajar lebih dekat dengan alam</i><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">”.
Kegiatan ini ditujukan untuk adik-adik sekolah dasar yang ada di Dusun Sokokembang,
Desa </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Kayupuring, Sokokembang,
Petungkriyono. Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kepedulian adik-adik
terhadap hutan dan lingkungan sekitar. Ada tiga objek utama yang menjadi tujuan
eksplorasi yaitu burung, kupu-kupu, dan capung.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kegiatan ini
dimulai dengan senam bersama dan pembagian kelompok. Setiap kelompok dibimbing
oleh dua orang pendamping. Adik-adik dan pendamping diberi waktu sekitar satu
jam untuk menemukan ketiga objek ekplorasi dengan alat tangkap berupa <i>sweepnet</i>
(kupu-kupu dan capung), dan binokuler (pengamatan burung). Setelah berhasil
menemukan objek ekplorasi, selanjutnya digambar dan dideskripsikan. Saat
adik-adik menggambar, pendamping menjelaskan fungsi dari burung, capung dan
kupu-kupu di alam. Objek yang telah ditangkap dilepas kembali. Sambil menunggu
kegiatan eksplorasi, kita juga mengadakan lomba mewarnai bagi adik-adik usia
dini yang turut serta dalam kegiatan sekolah eksplorasi ini.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5anMgVPgDWi82-MkFw8YJqMdvk6XwgQ79t9LRTG3rqKpV2TiPBBu8ThSc1RT7eseHADTXMBaVWB9r3q2f_x9TopV8f292vrEgPkUofX6LVqEC0CG9819W6obTqEJ7SWpAS2HZciAgnG3gMjjTzGEDR6arM6KcMEDSrTwVeeKgqmxci9ivpHYokjSFmmM/s4032/IMG_3716.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2268" data-original-width="4032" height="322" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5anMgVPgDWi82-MkFw8YJqMdvk6XwgQ79t9LRTG3rqKpV2TiPBBu8ThSc1RT7eseHADTXMBaVWB9r3q2f_x9TopV8f292vrEgPkUofX6LVqEC0CG9819W6obTqEJ7SWpAS2HZciAgnG3gMjjTzGEDR6arM6KcMEDSrTwVeeKgqmxci9ivpHYokjSFmmM/w573-h322/IMG_3716.jpg" width="573" /></a></div><br /><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selain bertajuk
alam, sekolah ekplorasi juga diselingi dengan kegiatan pengenalan permainan
tradisional dengan tujuan agar adik-adik mampu mengenal permainan tradisional
dan meningkatkan <i>bonding</i> di antara mereka. Permainan tradisional yang
dikenalkan diantaranya engkleng, dan boyi-boyian. Seluruh peserta bermain
dengan antusias. Para orang tua dari adik-adik juga turut memeriahkan acara
dengan memberikan semangat dan tepuk tangan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmCzrZyMI23gYCOSM2KjOSocuTXOgzn4ggR6b71gpLl27yA4buuSUTlXnmSO-ouDX96trVrA-964rHsnbFMkgVQvACntVoz0u-Vxwg8LvR2z3iP8r2u0xomgqg2c-2BuLatzufUmxEGWSzX787N4haYnfCapGU9tgmq1ZnxOMMNlDa52oQsVODa0zNGJk/s4032/IMG_3674.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="2268" height="368" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmCzrZyMI23gYCOSM2KjOSocuTXOgzn4ggR6b71gpLl27yA4buuSUTlXnmSO-ouDX96trVrA-964rHsnbFMkgVQvACntVoz0u-Vxwg8LvR2z3iP8r2u0xomgqg2c-2BuLatzufUmxEGWSzX787N4haYnfCapGU9tgmq1ZnxOMMNlDa52oQsVODa0zNGJk/w206-h368/IMG_3674.jpg" width="206" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZF9x_E9dbK6YOOi0kaQlZ51XRr305li-k_Bm6WUlAMZWrlkXp7i1ytxUHgeKZJPYRrglTzO_tlFfQUEegFZw9mcW8QeWbKW2aBPX-kjZg0BpbanGB8B6hF_9N9dybshNGZ6vibh8yRtYzR3tG_xC9KH2_XCIfFKetBltyks03JXcnYm3ELs_7C7PGqyY/s4032/IMG_3826.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="369" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZF9x_E9dbK6YOOi0kaQlZ51XRr305li-k_Bm6WUlAMZWrlkXp7i1ytxUHgeKZJPYRrglTzO_tlFfQUEegFZw9mcW8QeWbKW2aBPX-kjZg0BpbanGB8B6hF_9N9dybshNGZ6vibh8yRtYzR3tG_xC9KH2_XCIfFKetBltyks03JXcnYm3ELs_7C7PGqyY/w277-h369/IMG_3826.jpg" width="277" /></a></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Setelah kegiatan
ekplorasi di alam berakhir, setiap kelompok dikumpulkan dan dilanjutkan dengan
kegiatan tanya-jawab dan pembagian hadiah. Peserta dibimbing untuk berani
tampil ke depan dan menceritakan hasil eksplorasi kepada kelompok lain.
Adik-adik yang dapat menjawab pertanyaan seputar kegiatan eksplorasi yang telah
dilalui, diberi hadiah berupa buku dan alat tulis lainnya. Kegiatan eksplorasi
ditutup dengan foto bersama.</span></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-19703478588399569222023-09-19T17:47:00.003+07:002023-09-19T17:54:16.618+07:00 SWARAOWA di Kongres Primata Dunia 2023<p><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Oleh : Arif Setiawan</span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMtHt9YLNkOlXuo-27zOxiV8rWWO0PWZTNwmPXljEfvdrFOPZxE-QxuOxFxSWceEuhFODhEZK1Kls3lBgLe4bYwKm1l-eKQFlfvGH8-VZxmGk5XRN454xDjTFIWIq-Nm-rzQZIhrQgjPrAL61QgUn1e0GYbqhom1Wve4AZLBItjjV7fdV32tTcF1_CNXc/s1600/IMG-20230824-WA0000.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: arial;"><img border="0" data-original-height="901" data-original-width="1600" height="336" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMtHt9YLNkOlXuo-27zOxiV8rWWO0PWZTNwmPXljEfvdrFOPZxE-QxuOxFxSWceEuhFODhEZK1Kls3lBgLe4bYwKm1l-eKQFlfvGH8-VZxmGk5XRN454xDjTFIWIq-Nm-rzQZIhrQgjPrAL61QgUn1e0GYbqhom1Wve4AZLBItjjV7fdV32tTcF1_CNXc/w597-h336/IMG-20230824-WA0000.jpg" width="597" /></span></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;">berbagi pengalaman dalam sesi diskusi Primate Watching</span></td></tr></tbody></table><p><span style="font-family: arial;">Tanggal 19-24 Agustus
2023, menjadi moment bersejarah untuk kami tim swaraOwa, berkumpul dengan komunitas primata dan pegiat konservasi global untuk meng-update
pengetahuan tentang primatologi dan
konservasi, membangun jejaring , berbagi pengalaman dan
diskusi terkait dengan penelitian dan kegiatan konservasi primata dalam acara
kongres dan simposium primata dunia yang ke19. Bertempat di Borneo Convention
Center Kuching (BCCK) , Sarawak Malaysia, acara ini dikelola oleh International
Primatological Society dan Malaysian Primatological society, menurut laporan
panitia terdapat 500 orang yang hadir
dari 60 negara. Tema congress dan
symposium kali ini <a href="https://ipskuching.com/">“ Primate and People : a
new horizon</a>”</span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0s26aB33CrkBCyRtH2Xl8yOVfJyAiCLi-7oHIYuXsQGabL9XywwtCn4XcpMvycxUiPnlVNMe6hvyq6QZl0ItMyDpgXs5qxuBVhjPLdX_z1dyCtmbNAlAgvIcnNpkfQp8QG6czcva9j8AMyPg57i1GMgyxaniFnZzg4JMI1jP1CDTgxS2Ycu6J5MFtTpw/s1600/WhatsApp%20Image%202023-08-21%20at%204.08.45%20PM.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: arial;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="454" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0s26aB33CrkBCyRtH2Xl8yOVfJyAiCLi-7oHIYuXsQGabL9XywwtCn4XcpMvycxUiPnlVNMe6hvyq6QZl0ItMyDpgXs5qxuBVhjPLdX_z1dyCtmbNAlAgvIcnNpkfQp8QG6czcva9j8AMyPg57i1GMgyxaniFnZzg4JMI1jP1CDTgxS2Ycu6J5MFtTpw/w605-h454/WhatsApp%20Image%202023-08-21%20at%204.08.45%20PM.jpeg" width="605" /></span></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;">foto bersama delegasi dari Indonesia di IPS 2023</span></td></tr></tbody></table><p><span style="font-family: arial;">SwaraOwa, memberangkatkan 3 delegasi ke acara ini </span><span style="font-family: arial;"> </span><span style="font-family: arial;">saya </span><span style="font-family: arial;"> </span><span style="font-family: arial;">,
Nur</span><span style="font-family: arial;"> </span><span style="font-family: arial;">Aoliya dan Sidiq Harjanto. Kongres ini yang
ke-6 kalinya bagi saya, dan yang pertamakalinya untuk Aoliya dan Sidiq. Menurut
panitia dalam laporannya ada sekitar 600 Abstract (oral presentasi dan poster)
dan yang hadir ada kurang lebih 500 orang dari 60 negara, ini merupakan</span><span style="font-family: arial;"> </span><span style="font-family: arial;">pertemuan tiap dua tahunan, </span><span style="font-family: arial;"> </span><span style="font-family: arial;">para peneliti dan ahli primata dari seluruh
dunia.</span><span style="font-family: arial;"> </span><span style="font-family: arial;">Konsep acara dibagi menjadi
symposium dan roundtable diskusi, selama 5 hari peserta bebas memilih symposium
mana dan roundtable diskusi yang diminati dan juga forum pertemuan ini memberikan
kesempatan kita untuk bertemu dengan siapapun peneliti, donor, pegiat
konservasi primata dari seluruh dunia, untuk saling kenal dan berjejaring.</span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSojKOm4Js2g0x_Q92gFLHrqHxkMcMkh2G44fUrZj9HxdXpXWQu0ruOR3BCXD7V_LyY6pKgZSyLIhFZ9nwGaUS7W83yVdg6-b2HDbUKXZ6Y4zz9ZYZypW99E9MzSTQeed8wfQfNyylQFYqk1RXaZ7bO4plg-bKeTNy8fEqQnJtoecFZi9tSsAqEV0vrq4/s1280/WhatsApp%20Image%202023-08-29%20_1at%204.49.35%20PM.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: arial;"><img border="0" data-original-height="719" data-original-width="1280" height="323" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSojKOm4Js2g0x_Q92gFLHrqHxkMcMkh2G44fUrZj9HxdXpXWQu0ruOR3BCXD7V_LyY6pKgZSyLIhFZ9nwGaUS7W83yVdg6-b2HDbUKXZ6Y4zz9ZYZypW99E9MzSTQeed8wfQfNyylQFYqk1RXaZ7bO4plg-bKeTNy8fEqQnJtoecFZi9tSsAqEV0vrq4/w575-h323/WhatsApp%20Image%202023-08-29%20_1at%204.49.35%20PM.jpeg" width="575" /></span></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;">Aoliya, membawakan presentasi di IPS 2023</span></td></tr></tbody></table><span style="font-family: arial;"><br /></span><p class="MsoNormal"><span style="font-family: arial;">Hari pertama presentasi saya mempresentasikan kegiatan di
Mentawai yang selama ini kami laksanakan dengan Malinggai Uma Mentawai, untuk
pelatihan kepada guru-guru dan menggunakan kartu permainan Quartet game sebagai
media edukasi. Kartu Quartet game yang kami bawa juga mendapat appresiasi dalam
lelang untuk konservasi primata, silent auction yang di organize oleh panitia.</span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="434" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHsV99mHFW4VVJ01jCq7TwfZ2ik6QVZkRNW3BzFGLCIDRhvtIT-Jq5DOscyjoqium8uMk2eXgsl6k3RwBa-0MkNF8bhAuVInEUXMVENO22ZLTHWJPpOTckp3XpL0ZKFxQ7CAwas7OVQDNYtcanZh8y8XlkFdKT-JJEfB88SsoyD2TSC7-ZFLlb6JUxE2A/w579-h434/IMG-20230821-WA0002.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="579" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Presentasi tentang quartet game untuk edukasi konservasi primata mentawai di IPS 2023</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHsV99mHFW4VVJ01jCq7TwfZ2ik6QVZkRNW3BzFGLCIDRhvtIT-Jq5DOscyjoqium8uMk2eXgsl6k3RwBa-0MkNF8bhAuVInEUXMVENO22ZLTHWJPpOTckp3XpL0ZKFxQ7CAwas7OVQDNYtcanZh8y8XlkFdKT-JJEfB88SsoyD2TSC7-ZFLlb6JUxE2A/s2048/IMG-20230821-WA0002.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: arial;"></span></a></div><p class="MsoNormal"><span style="font-family: arial;">Tanggal 21 Agusutus, 2023, saya memimpin sebuah roundtable diskusi
berjudul “ </span><span style="background: white; color: #333333; font-family: arial; font-size: 11.5pt; line-height: 107%;">Sustainable
business models that drive primate conservation: Success stories from around
the world</span><span style="font-family: arial;">” dengan konsep presentasi dan diskusi intensive, roundtable
ini mendapat atensi dari kurang lebih 45 orang, dari berbagai negara, dengan
menghadirkan narasumber utama dari Peru, Singapore, dan Indonesia. </span><span style="font-family: arial;"> </span><span style="font-family: arial;">Sidiq Harjanto dari tim swaraowa juga bergabung
dalam roundatable diskusi kali ini dengan presentasi tentang kegiatan budidaya
lebah untuk konservasi Owa Jawa.</span></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheewGOli-MlZW0PPxwjexHoResSDhF9H-GLlrZ4lIR0PoJYMVPYvCCKTgUyoRjOsPZCKzzJh3wTP3kyvaAY7Zx1fgYqK8drk_o0uBulJyUDZovqAxKmyFgidt2u2aG074h4uufLWSzG8xvlx8LQNBGJ33f6f9qANYGzz4mYcDs6gej_Ti3zfnRDoNHp2c/s4080/20230821_114128.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3060" data-original-width="4080" height="432" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheewGOli-MlZW0PPxwjexHoResSDhF9H-GLlrZ4lIR0PoJYMVPYvCCKTgUyoRjOsPZCKzzJh3wTP3kyvaAY7Zx1fgYqK8drk_o0uBulJyUDZovqAxKmyFgidt2u2aG074h4uufLWSzG8xvlx8LQNBGJ33f6f9qANYGzz4mYcDs6gej_Ti3zfnRDoNHp2c/w575-h432/20230821_114128.jpg" width="575" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sidiq, memberikan presetasi tentang Beekeeping di habitat Owa jawa</td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: arial;"><br /></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: arial;">Sore hari tanggal 21 Agustus 2023, presentasi kedua, dalam
symposium owa yang di organize oleh IUCN Section on Small Apes masih tentang
program kegiatan di Mentawai “ berjudul Siripok Bilou” grass root initiative
for Mentawai Kloss’s gibbon. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: arial;">Nur Aoliya, mewakili swaraowa mempresentasikan kegiatan
pelatihan metode survey primata yang dilakukan sejak tahun 2013, bergabung
dalam roundtable diskusi bertema <span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #333333; font-size: 11.5pt; line-height: 107%;">Capacity
building programs for habitat country primatologists: Gaps, challenges, and
successes</span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="background: white; color: #333333; font-size: 11.5pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: arial;">Acara kongres dan symposium
kali ini memberikan kesempatan kepada tim swaraowa untuk lebih percaya diri
berinteraksi dalam komunitas global, mengenalkan kegiatan-kegiatan swaraowa
yang telah lakukan untuk melestarikan primata Indonesia, khususnya jenis-jenis
owa. </span></span></p>
<p class="MsoNormal"><o:p><span style="font-family: arial;"> </span></o:p><span style="font-family: arial;"> </span></p>
<p class="MsoNormal"><o:p><span style="font-family: arial;"> </span></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><o:p><span style="font-family: arial;"> </span></o:p></p>Wawan (Arif Setiawan)http://www.blogger.com/profile/13029634390359358060noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-15128835227455476322023-08-10T12:38:00.001+07:002023-08-10T12:38:18.337+07:00"Satu Dekade Owa Jawa di lanskap Pegunungan Dieng, Jawa Tengah"<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOOyAaeXau8ZC63LIrjyzeLAqr4HIMtTxChxRF6hxELFWiwg3VZiD1cNvLFXWrYA3dg1OYsd3io2AsgWVkhnbBNWgw-HVqe-woHHL-xuBUmz-XMKjMgOfkGAqo7AUHO3JfZMlWJlGI4hXgmA_AYo5vofbrd78-3L8wmBU_0UveSIMxXoukWs948ZAHlYw/s1478/Flyer%20Diskusi%20Konservasi_Aug23.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1478" data-original-width="1182" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOOyAaeXau8ZC63LIrjyzeLAqr4HIMtTxChxRF6hxELFWiwg3VZiD1cNvLFXWrYA3dg1OYsd3io2AsgWVkhnbBNWgw-HVqe-woHHL-xuBUmz-XMKjMgOfkGAqo7AUHO3JfZMlWJlGI4hXgmA_AYo5vofbrd78-3L8wmBU_0UveSIMxXoukWs948ZAHlYw/w320-h400/Flyer%20Diskusi%20Konservasi_Aug23.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center;">Press release<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="mso-spacerun: yes;"></span>"Satu Dekade Owa Jawa di lanskap Pegunungan Dieng, Jawa
Tengah"<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Yogyakarta, 10 Agustus 2023. Owa jawa ( Hylobates moloch)
sebagai satu-satunya kera yang ada di Pulau Jawa, dapat dikatakan sebagai
indentitas global, karena negara kita Indonesia juga dikenal dari keberadaan
jenis-jenis endemik seperti Owa yang tidak dapat di jumpai secara alami di
negara-negara lain. Memastikan populasi dan habitat alamnya tetap ada adalah
penting untuk Indonesia.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Populasi dan distribusi owa di Pulau jawa, hanya terdapat di
Jawa Barat dan di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah ada dua populasi besar saat ini
yaitu di Gunung slamet dan komplek kawasan hutan yang membentang di bebera
kabupaten ( Kendal, Batang, Wonosobo, Banjarnegara dan Pekalongan), yang
selanjutknya disebut lanskap pegunungan Dieng. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tahun 2012 Setiawan, dkk,
(<a href="https://smujo.id/biodiv/article/view/208">https://smujo.id/biodiv/article/view/208</a>)<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>melakukan penelitian populasi dan distribusi Owa di Jawa Tengah. Metode
jalur transek pengamatan langsung digunakan dalam penelitian ini, dan hasil
estimasinya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>saat ini kurang lebih ada
881 individu di lanskap pegunungan Dieng dan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>175 individu di gunung Slamet.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Hasil penelitian ini selanjutnya juga menjadi dasar dari rangkaian
kegiatan swaraOwa di jawa Tengah. Setelah penelitian ini Swaraowa memfokuskan kegiatan
konservasi di salah satu lokasi yang disebutkan dalam penelitian itu memiliki
kerapatan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sekaligus ancaman tertinggi di
hutan Sokokembang, Kecamatan Petungkriyono, Kab.Pekalongan. Dari hutan
Sokokembang inilah saat ini kegiatan-kegiatan konservasi Owa di Lanskap dieng
ini di kembangkan hingga saat ini, melalui Proyek Kopi dan Konservasi Primata.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tahun 2023, setelah<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>satu dekade tersebut, bagaimana populasi Owa di Jawa Tengah, khususnya
di lanskap dieng ini? <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Salmah Widyastuti, dan tim kemudian memimpin penelitian di
tahun 2021-2022 untuk memperbaharui informasi terkait populasi dan distribusi
Owa Jawa di lanskap Dieng<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan sudah di
publikasi di <a href="https://bdj.pensoft.net/article/100805/">https://bdj.pensoft.net/article/100805/</a> . Dengan menggunakan teknik
survey berdasarkan suara ( vocal count-triangulasi) dan juga analisis
kesesuaian habitat, hasil penelitian mendapatkan estimasi populasi setelah satu
dekade ada 1092 individu di landscape pegunungan Dieng. Artinya ada kenaikan
populasi sebesar 23% di banding 10 tahun lalu. Peningkatan populasi ini dapat
mengindikasikan keberhasilan upaya konservasi dari banyak pihak di lanskap
Dieng . Namun, lebih banyak upaya dan kolaborasi harus dilakukan untuk
memastikan masa depan jangka panjang dari Owa di bagian tengah Pulau Jawa.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">SWARAOWA <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Arif Setiawan – Direktur Proyek Kopi dan Konservasi Primata
, e-mail : swaraowa@gmail.com (WA 081329061732)<o:p></o:p></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-17613404659287077972023-07-14T12:47:00.003+07:002023-07-14T12:47:55.575+07:00SwaraOwa: Membangun kerjasama Global untuk pelestarian Owa <p><span style="font-size: x-small;"> oleh : Arif Setiawan</span></p><p><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLgoR12vrPtu9lz8AgPT_86lOnUjhevxB2fRm2KyqKwRV3ZX9ucLG-HnDwVvkuMrQuiOXq5KVpdEUr9zgNd7rHSUg_DQztuv3FIjxu5FDXOfcvW2v_rslBlay1CAiY1Nn1xjpBkBUT5ptyJWMtBU0WJTcGDYfgKBv7iEv2mLcDI6q70i3tvOXHvBIqt7o/s5472/3D0A1384.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3648" data-original-width="5472" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLgoR12vrPtu9lz8AgPT_86lOnUjhevxB2fRm2KyqKwRV3ZX9ucLG-HnDwVvkuMrQuiOXq5KVpdEUr9zgNd7rHSUg_DQztuv3FIjxu5FDXOfcvW2v_rslBlay1CAiY1Nn1xjpBkBUT5ptyJWMtBU0WJTcGDYfgKBv7iEv2mLcDI6q70i3tvOXHvBIqt7o/w503-h334/3D0A1384.JPG" width="503" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">foto bersama mitra pendiri GGN</td></tr></tbody></table><br /></p><p>Tanggal 7-9 Juli 2023, Haikou, Hainan China, swaraowa membuat sejarah di tingkat internasional
dengan bergabung dalam aliasi konservasi jenis-jenis Owa di Dunia, yang bernama
<a href="http://www.globalgibbonnetwork.org/" target="_blank">Global Gibbon Network ( GGN). </a>Latar belakang terbentuknya kerjasama ini adalah
karena keberadaan 20 jesni Owa di dunia, sebagai salah satu elemen penting di
Asia tropis, yang tersebar di 11 negara endemik asia, dimana keberadaan owa di
habitat aslinya sangat penting karena juga merupakan pusat keanekaragaman
hayati yang terus mengalami ancaman. Seperti jenis kera lainnya, Owa sangat
unik,dengan perilaku dan ke khasan habitat yang digunakannya,memiliki ikatan keluarga
yang kuat. Sayangnya sejak tahun 1900 an distribusi dan populasi telah turun drastic,
dengan populasi-populasi yang kecil di semua hutan tropis asia.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Indonesia sebagai negara terbesar dalam jumlah jenis owa, 45
% owa dunia ( 9 jenis) ada di Indonesia, dan kondisinya sebagian ada yang
terlindungi dalam kawasan konservasi namun masih bayak sebagaian lainnya
habitatnya belum terlindungi sepenuhnya diluar kawasan konservasi, bahkan 2
jenis owa di Indonesia di Kalimantan barat , <i>Hylobates abbotti</i> dan <i>Hylobates
funnerreus </i>di kalimatan utara belum masuk dalam daftar jenis satwa dilindungi
undang-undang. Ancaman terus terjadi karena hilangnya habitat hutan dan perdagangan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Global Gibbon Network pertama kali diinisiasi pada tahun 2020
(selama pandemic) dan di motori dua Lembaga di China melalui Ecofoundation Global dan Hainan Institute
of National Park. Seri pertemuan selanjutnya
dilakukan secara online dan mengundang secara resmi Lembaga-lembaga lainnya di
habitat owa untuk bergabung bersama sebagai mitra pendiri dan di umumkan di
acara hari owa sedunia tanggal 24 october 2022, bersama dengan <a href="https://gibbons.asia/" target="_blank">IUCN Section onSmall Ape</a>. Keikut sertaan swaraowa dalam
hal ini adalah karena kesamaan visi dan misi dalam melestarikan owa.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pertemuan tanggal 7-9 Juli 2023, adalah pertemuan offline
pertama yang dilakukan GGN sebagai sebuah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>organisasi dengan mitra-mitra pendirinya. Acara
ini disponsori oleh Eco Foundation Global dan Hainan institute of National Park
yang mengundang secara resmi untuk kedatangan perwakilan mitra pendiri di
Haikou, Hainan Island. Hainan Island dipilih juga karena merupakan habitat owa paling
langka di dunia Hainan Gibbon ( Nomascus hainanus) yang saat ini populasinya
hanya tersisa 37 individu.<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBiGWEUMoMNMdNSlqtTWbRCSs7w3KvXeQtTGMBAREVwnNTF8VK6UKo1z6kgnc0ct7T74cMht_TzFZOpNTrHsomFmXE2xDIJQH58-5DovYu5fXWMA0HGgX_glI52LYhUyB55RGG1BkcUUtNczRPo3fy11Z_vu99GmLw6ux5i0UcPzE6xUsxrXCgkEHB_fs/s5472/GGN.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3648" data-original-width="5472" height="354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBiGWEUMoMNMdNSlqtTWbRCSs7w3KvXeQtTGMBAREVwnNTF8VK6UKo1z6kgnc0ct7T74cMht_TzFZOpNTrHsomFmXE2xDIJQH58-5DovYu5fXWMA0HGgX_glI52LYhUyB55RGG1BkcUUtNczRPo3fy11Z_vu99GmLw6ux5i0UcPzE6xUsxrXCgkEHB_fs/w532-h354/GGN.JPG" width="532" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">presentasi tentang konservasi Owajawa di hadapan peserta GGN meeting</td></tr></tbody></table><p class="MsoNormal">Bertempat di Pullman Hotel Haikou, ibu kota provinsi Hainan,
hampir 120 pakar dan peneiti dan pegiata konservasi Owa dari sepuluh negara dan
wilayah serta perwakilan dari lima belas organisasi dan yayasan internasional sebagai mitra pendiri GGN berkumpul untuk
membahas pembuatan mekanisme konservasi jangka panjang untuk owa.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Saya mewakili swaraowa dalam pertemuan ini sebagai salah
satau keynote speaker menyampaikan pengalaman kegiatan swaraowa untuk Owajawa <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(<i>Hylobates moloch</i>) di Pekalongan melalui
pendekatan <i>entrepreneur</i> dan konservasi yang telah dilakukan swaraowa
selama kurang lebih 10 tahun, sebagai contoh inisiasi konservasi yang berkelanjutan
untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi produk hasil hutan sekitar habitat owa,
dengan pelibatan masyarakat lokal dan sekaligus untuk perlindungan habitat owa
di luar kawasan konservasi.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Proyek Kopi
Owa yang dibangun dari tingkat grassroot hingga pasar global menjadi contoh
untuk sekema pendanaan mandiri untuk konservasi Owa di jawa tengah. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Selain itu saya juga menyampaikan kegiatan working group owa
Indonesia yang sedang menyusun road map untuk konservasi 9 jenis Owa di
Indonesia, dimana roadmap ini disusun oleh praktis dan peneliti untuk tujuan menyediakan panduan bagi pihak-pihak terkait yang mempunyi konsern untuk konservasi owa dengan berbagai rencana pembangunan, perubahan iklim, komoditas dan kebijakan ditingkat nasional dan daerah.<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmbIO_AQBAGe9snatfkHi1IDn_DtQ8aIBXweeELqCn6d2krqYeIm0hRlbttbxfLmHM_Lkkyl-sDSgHbDRzWllg3ZKLvOm9WCZ0MYG-JW6l38XgioBKjW2RW5pGpVx8GJO4ax4nwvwWXs4gGwxhB5psiFvt_Nk5eKfdldErm2I565mWA2b6QPvhryKkqvE/s6360/NS2A3211.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4240" data-original-width="6360" height="317" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmbIO_AQBAGe9snatfkHi1IDn_DtQ8aIBXweeELqCn6d2krqYeIm0hRlbttbxfLmHM_Lkkyl-sDSgHbDRzWllg3ZKLvOm9WCZ0MYG-JW6l38XgioBKjW2RW5pGpVx8GJO4ax4nwvwWXs4gGwxhB5psiFvt_Nk5eKfdldErm2I565mWA2b6QPvhryKkqvE/w476-h317/NS2A3211.JPG" width="476" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">perwakilan organisasi pendiri GGN berfoto di kantor sekertariat GGN</td></tr></tbody></table><br /><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pertemuan ini juga sekaligus meresmikan secretariat GGN yang
berada di Gedung di Hainan Institute of National Park. Selanjutnya tim secretariat
akan di bentuk dan di koordinasikan dari sini untuk operasional kegaitan GGN
selanjutnya.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Acara pertemuan mitra pendukung ini, ditutup dengan kunjungan
ke Bawangling Nature reserve yang menjadi habitat Owa Hainan, selama 70 tahun
terakhir populasi owa di pulau ini yang awalnya tersebar di seluruh bagian hutan
di pulau, turun drastis hingga 99.9 %, dan pada tahun 1950 an tercatat hanya
ada 7-8 individu saja.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hilangnya hutan
menjadi alasan utama untuk kepunahan owa Hainan. Namun berkat upaya berbagai pihak
dan pemerintah china, populasinya saat ini meningkat menjadi 37 individu, yang
tersebar dalam 5 kelompok.<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Uzq4PghwXZFGCmUbQ7-dplTQ63tyqvZhdo9f9l0eD6R8yZwOq3ccod1FdUMP4rlCQ7FAg_9duFIgsjmogW9jIL1OGAL0PZyIc4b4HvMmVE-a59ztOxNQiJfsm-reYJj5hLsyMWss10P9iV8UkUEBw5IBa1CwRwp0xjXt5z3l5s8sf4jrIYfPv_kWUZA/s4080/20230709_130622.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4080" data-original-width="3060" height="528" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Uzq4PghwXZFGCmUbQ7-dplTQ63tyqvZhdo9f9l0eD6R8yZwOq3ccod1FdUMP4rlCQ7FAg_9duFIgsjmogW9jIL1OGAL0PZyIc4b4HvMmVE-a59ztOxNQiJfsm-reYJj5hLsyMWss10P9iV8UkUEBw5IBa1CwRwp0xjXt5z3l5s8sf4jrIYfPv_kWUZA/w396-h528/20230709_130622.jpg" width="396" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sudut kota Hainan dengan mural owa hainan yang langka</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoNormal">Waktu yang cukup singkat hanya setengah hari, tidak
memungkinkan untuk melihat langsung owa Hainan, kami di ajak melihat pusat
informasi dan sebagian lokasi di Bawangling yang menjadi kunjungan wisata. Kami
diajak berdiskusi dengan perwakilan tim lapangan dan yang sangat mencengangkan
adalah peralatan monitoring real time yang di gunakan untuk memantau Hainan gibbon.
Command control room ini terhubung dengan kamera-kamera yang bekerja secara
otomasi memantu pergerakan Hainan gibbon. Dukungan sumberdaya yang sangat
canggih untuk membantu kegiatan pelestarian Owa Hainan.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-89072611796916579532023-06-17T16:42:00.000+07:002023-06-17T16:42:08.302+07:00Menjalin persaudaraan untuk gerakan pelestarian alam : Mendolo dan JatimulyoOleh : Sidiq Harjanto<br /><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw37snvLC0a5OzA1Hb9-t0J-Xs96f5_5PfoTGO8IXBCXVyiEMktSzr47chdICfhlEDeUVzE374jm_wWVJ8searco6ArE3DieDCwGu1AnctdZ0wYqI2KsDDU-M1LsC7r9A5PAF5aBxBKCLNeVxMSH4ZNRusEQTyR-LqBPtfAOIHAzBCEj_OfW3oQYvo/s4080/Berfoto%20bersama%20Wanapaksi%20dan%20Biolaska%20(Foto%20Mas%20Kir).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3060" data-original-width="4080" height="368" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw37snvLC0a5OzA1Hb9-t0J-Xs96f5_5PfoTGO8IXBCXVyiEMktSzr47chdICfhlEDeUVzE374jm_wWVJ8searco6ArE3DieDCwGu1AnctdZ0wYqI2KsDDU-M1LsC7r9A5PAF5aBxBKCLNeVxMSH4ZNRusEQTyR-LqBPtfAOIHAzBCEj_OfW3oQYvo/w491-h368/Berfoto%20bersama%20Wanapaksi%20dan%20Biolaska%20(Foto%20Mas%20Kir).jpg" width="491" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Berfoto bersama PPM Mendolo, KTH Wanapaksi dan Biolaska (Foto Mas Kir)</td></tr></tbody></table><br /><p>Desa Mendolo, yang terletak di tengah hutan Kabupaten Pekalongan menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Jenis primata di desa ini lengkap: owa jawa, lutung jawa, rek-rekan,
monyet ekor panjang, dan primata nokturnal kukang jawa. Lebih dari seratus
jenis burung, lebih dari seratus jenis kupu-kupu, lebih dari enam puluh spesies
anggrek liar bisa dijumpai di Mendolo. Dengan keanekaragaman hayati yang
tinggi, tentunya diperlukan upaya pelestarian dan pengelolaan yang baik.</p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Strategi
yang bisa diambil dalam pengelolaan keanekaragaman hayati desa adalah melalui
konservasi berbasis komunitas (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">community
based conservation</i>/CBC), yaitu upaya pelestarian dan pengelolaan
keanekaragaman hayati yang mengajak sebanyak mungkin anggota masyarakat untuk berpartisipasi
aktif. CBC sendiri telah menyeruak menjadi wacana global di bidang konservasi pada
forum World National Parks Congress pada Oktober 1982, di Bali. Kemunculannya sejalan
dengan perubahan konseptual ilmu ekologi: pergeseran dari paradigma mekanistis-reduksionistis
ke pandangan holistik-sistemis, dari ekologi berbasis kepakaran beralih ke
bentuk partisipatif, dan dimasukkannya manusia dalam ekosistem.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Dalam
rangka mengarusutamakan CBC di Mendolo, SwaraOwa berkolaborasi dengan Indonesia
Dragonfly Society (IDS) dan Pecinta Alam Biologi UIN Sunan Kalijaga (Biolaska)
memfasilitasi Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo untuk berkunjung ke Yogyakarta.
PPM Mendolo, sebagai kelompok masyarakat yang memotori gerakan konservasi di
lingkungan desanya, perlu mendapatkan input berupa pengetahuan dan pengalaman
baru guna memperkuat perannya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Agenda
kunjungan PPM Mendolo ke Yogyakarta dimulai dengan mengikuti Seminar Hasil <a href="https://biolaska.wordpress.com/2023/02/08/biolaska-adakan-ekspedisi-canting-sambung-silaturahmi-melalui-kerja-sama-dengan-para-pemerhati-biodiversitas/" target="_blank">EkspedisiCanting</a>, sebuah ekspedisi ilmiah yang digelar Biolaska pada bulan Januari
kemarin, sebagai upaya menginventarisasi dan menganalisis potensi
keanekaragaman hayati Desa Mendolo dan sekitarnya. Melalui presentasi yang
dipaparkan langsung oleh perwakilan tim ekspeditor, terungkap bahwa Mendolo
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan temuan beberapa spesies
endemik Jawa maupun dilindungi. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Di akhir
sesi, beberapa anggota PPM Mendolo diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman
mereka saat terlibat dalam Ekspedisi Canting Biolaska. Mereka juga menyampaikan
harapan agar kegiatan-kegiatan sejenis bisa terus dilakukan supaya kesadaran
para generasi muda di desa mengenai nilai penting keanekaragaman hayati bisa
terus meningkat dari waktu ke waktu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis1aBdqzaaAx0OEODxegBkG3YGtd57eewmTnm6HK6Ve00xYtzh2DTwe4qW6v64n_cqx7S9EWNIfI_1owpeMydPRHmNrXKoEYjtuqKXL86FTTIt0fIYITJ2F--P3hy7xSecE85eNYJxEmLUYddI4gXqvMPpzk_-4aJTix8hZ51hz_4Wnh7K2KzrrfkC/s2393/Belajar%20menjadi%20interpreter.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1693" data-original-width="2393" height="342" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis1aBdqzaaAx0OEODxegBkG3YGtd57eewmTnm6HK6Ve00xYtzh2DTwe4qW6v64n_cqx7S9EWNIfI_1owpeMydPRHmNrXKoEYjtuqKXL86FTTIt0fIYITJ2F--P3hy7xSecE85eNYJxEmLUYddI4gXqvMPpzk_-4aJTix8hZ51hz_4Wnh7K2KzrrfkC/w483-h342/Belajar%20menjadi%20interpreter.JPG" width="483" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Belajar menjadi pemandu pengamat burung</td></tr></tbody></table><br /><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></b></p><p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Kunjungi “Desa Ramah Burung”<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Agenda
selanjutnya adalah mengunjungi Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi di
Jatimulyo, Kulonprogo yang telah melakukan praktik-praktik konservasi berbasis
masyarakat/CBC. Kelompok ini didirikan oleh para mantan pemburu burung. Didukung
oleh kebijakan pemerintah desa yang telah menerbitkan Peraturan Desa, dan
pendampingan dari beberapa NGO; Wanapaksi memopulerkan Jatimulyo sebagai “Desa
Ramah Burung”. Implementasi konsep desa ramah burung sendiri meliputi
pelaksanaan aturan hukum (perdes), riset secara partisipatif, pemanfaatan
burung tanpa menangkap (misalnya melalui ekowisata), hingga berbagai gerakan edukasi
dan kampanye.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Telah berdiri
sejak 2018, program unggulan kelompok yang beranggotakan lima puluhan orang ini
adalah Adopsi Sarang. Program ini merupakan sebentuk penggalangan dana untuk
penjagaan sarang dari ancaman perburuan. Tujuannya untuk mengembalikan populasi
burung, terutama jenis-jenis terancam punah seperti burung sulingan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Cyornis banyumas</i>), cucak jenggot (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Alophoixus bres</i>), cucak kuning (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pycnonotus melanicterus</i>), dll. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Dana yang masuk
dari pendonor digunakan untuk operasional penjagaan sarang. Tak sekadar menjaga
sarang, tim pengamanan juga melakukan pendataan aktivitas burung selama
bersarang. Sarang yang sedang dijaga ini juga “dijual” sebagai atraksi wisata. Puluhan
hingga ratusan fotografer satwa liar memburu momen ini. Kedatangan mereka turut
berkontribusi secara ekonomi bagi masyarakat. Manfaat ekonomi dari program
adopsi maupun wisata ini disalurkan kepada penemu/pelapor sarang, pemilik lahan
tempat bersarang, tim piket/penjaga sarang, kas kelompok, dan kas lingkungan (RT
atau RW).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Pertemuan
PPM Mendolo dengan KTH Wanapaksi membuahkan diskusi yang seru. Banyak
pertanyaan dari peserta mengenai bagaimana cara Wanapaksi mengelola organisasi
dan kegiatan mulai dari eko-eduwisata, homestay, adopsi sarang, maupun kegiatan
kampanye dan edukasinya. Bagaimana strategi Wanapaksi untuk mengatur banyak
anggota, sedangkan di tempat lain untuk sekadar mengumpulkan orang saja tidak
mudah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Para anggota
PPM Mendolo diajak untuk melihat berbagai kegiatan seperti adopsi sarang
burung, ekoeduwisata, dan pengelolaan hutan rakyat. Mereka belajar mengenai
teknik menjadi interpreter, membuat hide untuk pengamatan dan fotografi satwa
liar, dan pengelolaan homestay untuk kebutuhan wisata minat khusus.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Pembelajaran
mengenai keberlanjutan konservasi berbasis masyarakat (CBC) di Jatimulyo, antara
lain: Pertama, CBC harus mampu mengubah paradigma dan perilaku komunitas
masyarakat dari kebiasaan tidak berkelanjutan menjadi berkelanjutan. Proses
penyadaran ini dilakukan secara dialogis sehingga dengan sendirinya para
anggota masyarakat mendapatkan kesadaran mereka sendiri. Perubahan paradigma
dan perilaku menjadi modal bagi terciptanya transformasi sosial dan budaya
masyarakat ke arah berkelanjutan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Kedua, pentingnya
pengorganisasian masyarakat karena CBC pada prinsipnya mengajak sebanyak
mungkin anggota sebuah komunitas masyarakat. Dalam penggorganisasian ada pembagian
tugas atau peran. Keterlibatan anggota komunitas berdasarkan pada kelompok umur
(<i style="mso-bidi-font-style: normal;">boomers</i>, gen x, gen y, gen z, gen a),
maupun partisipasi gender. Menurut Sujarwo, Ketua KTH Wanapaksi, setiap
kelompok umur maupun gender perlu diberikan ruang untuk berpartisipasi. Dengan
demikian lembaga atau kelompok benar-benar menjadi milik semua kalangan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Ketiga, ada
sistem yang dibangun sebagai mekanisme pemecahan masalah, hingga jaminan akan
adanya distribusi manfaat yang berkeadilan. Dalam konteks Wanapaksi misalnya, keberlanjutan
kelompok bisa dicapai dengan adanya pertemuan rutin, iuran anggota, dan seleksi
anggota yang ketat. Manfaat ekonomi dari kegiatan-kegiatan usaha seperti
adopsi, wisata, dan kuliner didistribusikan kepada semua pihak yang terlibat
sesuai dengan kontribusi yang diberikan. Berlaku juga sistem penggiliran untuk
penjualan jasa homestay dan jasa kelompok kuliner. Dengan demikian, sistem yang
telah berjalan bisa menekan munculnya permasalahan di kemudian hari.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Keempat, komunitas
perlu giat melakukan riset dalam berbagai bidang. Riset menjadi penopang utama
gerakan konservasi yang diusung. Melalui adanya riset, kelompok atau komunitas
masyarakat bisa terus memunculkan inovasi baru baik dalam praktik konservasi,
pengembangan peluang ekonomi, maupun budayanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Kelima, komunitas
perlu melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Kolaborasi menjadi kunci penting
agar gerakan yang diusung oleh komunitas menjadi kekuatan yang terus tumbuh
membesar. Pihak-pihak yang perlu diajak bekerja sama meliputi instansi
pemerintahan, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dunia usaha, organisasi
non-pemerintahan, dan media.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Di ujung
pertemuan, sebagai dua komunitas yang sama-sama memperjuangkan pelestarian
alam, PPM Mendolo dan KTH Wanapaksi sepakat untuk membangun kemitraan,
barangkali bisa diistilahkan “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">sister
community</i>”. Bentuk kerjasama seperti apa yang bakal dibangun tentu
membutuhkan diskusi yang lebih lanjut. Pada titik sekarang ini, pembelajaran
dari Jatimulyo diharapkan cukup untuk memberikan inspirasi bagi PPM Mendolo
agar terus meningkatkan perannya dalam mengorganisir masyarakat untuk
berpartisipasi dalam konservasi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Apresiasi
setinggi-tingginya untuk: KTH Wanapaksi, Indonesia Dragonfly Society, Biolaska<o:p></o:p></span></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-5449206686540178392023-06-05T12:24:00.001+07:002023-06-05T12:24:25.692+07:00Pelatihan Sambung Pucuk Durian Mendolo<p> <span style="font-size: x-small;">Oleh : Sidiq Harjanto</span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6mtzvQqjJe0yLPClh0WC0UlkL_9-GtRjsQRTZTD6JOvfxErA08_WVYhYMzmcA0Fjs7Gdm6IVzpCnq15JRojAB4Uk48zefGm4wTMaoAJAo2rGy5vR-uMMLRGE7zQKZ_weBknVSROfOkduyvmM-mYgyPLt2zb67FmUJkEGheCzzPEslfUDB4LOBmoT4/s2304/Belajar%20bersama%20(Foto%20Silo%20PPM%20Mendolo)_resize.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1728" data-original-width="2304" height="379" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6mtzvQqjJe0yLPClh0WC0UlkL_9-GtRjsQRTZTD6JOvfxErA08_WVYhYMzmcA0Fjs7Gdm6IVzpCnq15JRojAB4Uk48zefGm4wTMaoAJAo2rGy5vR-uMMLRGE7zQKZ_weBknVSROfOkduyvmM-mYgyPLt2zb67FmUJkEGheCzzPEslfUDB4LOBmoT4/w505-h379/Belajar%20bersama%20(Foto%20Silo%20PPM%20Mendolo)_resize.JPG" width="505" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pratik sambung pucuk, durian. foto leh Silo PPM Mendolo<br /><br /></td></tr></tbody></table><p>Wanatani,
atau dikenal juga dengan istilah <i>agroforestry</i>, adalah sistem pengelolaan lahan
yang mengombinasikan berbagai jenis tegakan hutan dengan tanaman budidaya.
Sistem ini dalam praktiknya sudah dilakukan oleh para petani perdesaan di
Indonesia sejak lama. Umumnya, sistem ini muncul dari adaptasi terhadap
keterbatasan luasan lahan.</p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Bergantung
pada satu komoditi menjadi pilihan yang risikonya tinggi. Untuk itulah, para
petani menanam banyak komoditi. Di mata kaum petani, lahan wanatani sifatnya
multifungsi. Lahan ini dipandang sebagai modal produksi, tabungan masa depan,
maupun warung dan apotek hidup. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Desa
Mendolo sebagai salah satu desa penyangga habitat owa jawa di Kabupaten
Pekalongan, masyarakatnya telah mempraktikkan wanatani. Lahan yang dikelola warga
ditanami dengan aneka jenis tanaman komoditi seperti durian, kopi, cengkeh,
keluwak/kepayang, jengkol, vanili, kemukus, dan lain sebagainya. Pada lahan agroforest
masih bisa dijumpai pula pepohonan asli hutan seperti: pohon babi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Crypteronia</i> sp.), sarangan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Castanopsis</i> sp.), jenitri, aren, dan
masih banyak lagi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Sebagai
komoditi yang memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi, durian menjadi salah
satu prioritas tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat Mendolo. Bibit-bibit
durian varietas unggul dari luar mulai didatangkan masyarakat tani dengan
maksud untuk meningkatkan produktivitas maupun harga jual. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Jika
serbuan varietas unggul terus-terusan masuk, bukan tidak mungkin semakin
memarjinalkan varietas durian lokal. Padahal, durian lokal pun menyimpan
potensi untuk dikembangkan. Hal ini bisa dilihat dari hasil karakterisasi cita
rasa yang telah dilakukan pada musim panen, awal tahun kemarin. Tak sedikit
varian durian yang memiliki cita rasa yang unggul dengan daging buah yang tebal
dan buah yang besar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir2gVkadntpF7EgGHYCyY-_24YqOElP5Y_idvnnKwafXI7ec3aSAPeWNiV9jdKE5I3nFqoZ4hD6GvUR1HavtAzDJGFVz9EC6d4S4Pwj4D7nDxUj-O0x9CF7sKoi-BSarz6BcBQTxfGlCJJo_HEXAnbSe_LZCoydmyKqwytzzM0wvLu3BxCyy3tYRI1/s4000/Praktik%20grafting%20warga%20tani%20Mendolo_resize.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3000" data-original-width="4000" height="389" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir2gVkadntpF7EgGHYCyY-_24YqOElP5Y_idvnnKwafXI7ec3aSAPeWNiV9jdKE5I3nFqoZ4hD6GvUR1HavtAzDJGFVz9EC6d4S4Pwj4D7nDxUj-O0x9CF7sKoi-BSarz6BcBQTxfGlCJJo_HEXAnbSe_LZCoydmyKqwytzzM0wvLu3BxCyy3tYRI1/w520-h389/Praktik%20grafting%20warga%20tani%20Mendolo_resize.jpg" width="520" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bibit durian yang siap untuk di sambung/ grafting</td></tr></tbody></table>Melihat
potensi durian unggul di Mendolo, pada tanggal 28 Mei 2023 Swaraowa memfasilitasi
workshop <i>grafting</i>. Istilah grafting
atau sambung pucuk sediri merupakan salah satu metode perbanyakan vegetatif
untuk mendapatkan sifat tanaman yang baik. Melalui kegiatan ini, para petani
durian Mendolo diharapkan memiliki keterampilan dalam teknik grafting sebagai
modal dalam pengembangan durian unggulnya sendiri.</p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Acara yang
digelar di ‘kebun belajar’ warga dusun Sawahan ini diikuti oleh sekitar 16
orang petani dari berbagai usia. Antuasiasme para peserta telah tampak sejak
awal. Mereka mendapatkan materi pengenalan dari praktisi lokal yang telah
memiliki pengalaman melakukan grafting. Mereka juga diberikan kesempatan untuk
melakukan praktik langsung. Tingkat keberhasilannya akan dipantau sampai satu
bulan ke depan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Semua
entres (batang atas) yang digunakan dalam praktik sambung pucuk bersama warga tani
Mendolo ini merupakan varian durian lokal yang dianggap unggul. Penentuannya
diambil dari data karakterisasi buah durian lokal Mendolo yang telah dilakukan beberapa
waktu yang lalu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Melalui teknik-teknik
pertanian yang terus berkembang seperti grafting ini, diharapkan akan muncul
varietas durian yang memiliki karakter unggul sehingga meningkatkan produksi
panen. Dengan meningkatnya hasil panen, maka perputaran ekonomi juga meningkat.
Pada gilirannya, bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan
hutan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Tentu saja,
peningkatan hasil panen tidak hanya bergantung kepada varietas-varietas durian
yang diupayakan, namun juga dipengaruhi banyak faktor lainnya seperti nutrisi,
perawatan tanaman, hingga faktor klimatik. Tidak boleh lupa juga, ada jasa
ekosistem dalam produksi aneka pertanian kita, misalnya kelelawar-kelelawar
penyerbuk buah durian atau burung-burung pemangsa serangga hama. Kesehatan
ekosistem pun menjadi modal utama dalam bidang pertanian.</span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-22745929872975270522023-04-11T15:32:00.000+07:002023-04-11T15:32:18.828+07:00Menuju pendidikan kontekstual di habitat owa jawa<p> Penulis:
Sidiq Harjanto</p>
<p class="MsoNormal"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwAhUv_Gk-cCAVPxwb7cGLxylFvEz-N7LVMqEHHZjXOkWEjnx9_vqqG4wsjnGgLFyvUnE8tUdQjpCEPLOwOwNGA7-lWb7a0uowX50u-S0fmz-4hHfVgC4BXmymFUmDTwt-ebtyK7iKV__2nLU_qEk8MuqeVvOy1T2FwbWeGvEQBBYI7JZZyzwvdJ3q/s4000/Pembagian%20kelompok.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3000" data-original-width="4000" height="397" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwAhUv_Gk-cCAVPxwb7cGLxylFvEz-N7LVMqEHHZjXOkWEjnx9_vqqG4wsjnGgLFyvUnE8tUdQjpCEPLOwOwNGA7-lWb7a0uowX50u-S0fmz-4hHfVgC4BXmymFUmDTwt-ebtyK7iKV__2nLU_qEk8MuqeVvOy1T2FwbWeGvEQBBYI7JZZyzwvdJ3q/w529-h397/Pembagian%20kelompok.JPG" width="529" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">persiapan pengamatan dan pembagian kelompok</td></tr></tbody></table><br /></p><p class="MsoNormal">Kehidupan
di masa yang akan datang sangat ditentukan oleh kehidupan pada saat ini. Dalam
konteks lingkungan hidup, baik atau buruk daya dukung lingkungan bagi generasi
yang akan datang adalah dampak dari perilaku generasi saat ini. Perilaku
manusia sekarang ini mulai banyak yang tidak sejalan dengan kelestarian lingkungan,
misalnya tampak dari sampah yang makin menggunung, perburuan satwa yang marak,
penebangan pohon secara besar-besaran, dan lain sebagainya.</p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Generasi
muda menjadi tumpuan harapan masa depan lingkungan hidup. Yang bisa dilakukan
saat ini adalah menumbuhkan kesadaran </span>lingkungan<span style="mso-ansi-language: EN-ID;"> <span lang="EN-ID">di kalangan generasi muda. </span></span>Bahwa manusia
bisa hidup berkelanjutan jika memahami alam sebagai bentuk interdependensi.
Kehidupan terdiri dari komponen-komponen yang membentuk jaring-jaring kehidupan
dan ada siklus di dalamnya yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. <span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Dengan bekal pemahaman ini, manusia
mestinya mau berhati-hati dalam mengelola alam.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Para orang
tua kita, terutama yang tinggal di desa, dahulu begitu dekat dan mengenal alam
karena tingginya interaksi persinggungan. Kedekatan itu sesederhana hafal nama-nama
jenis burung dan tumbuh-tumbuhan. Mereka tahu persis di mana sumber-sumber air
di desa, dan bagaimana cara merawatnya. Mereka bahkan bisa membaca tanda-tanda
alam, karena kebutuhan untuk bercocok tanam atau untuk berburu. Maka ada
istilah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ilmu titen</i>. Belakangan, generasi
kita teralihkan oleh kesibukan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, relasi
manusia dengan alam merenggang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Pendidikan
telah banyak mencetak orang pintar. Namun, ternyata pendidikan kita saat ini
belum mendekatkan kita pada alam dan lingkungan sebagai penopang utama sistem
kehidupan. Maka tak heran jika gerakan-gerakan konservasi alam masih jauh
panggang dari api. Desa perlu menyusun sebuah skema pendidikan kontekstual bagi
generasi penerusnya. Bentuknya tentu bukan seperti sekolah formal. Model
pendidikan ini juga tidak bermaksud menggantikan pendidikan formal, malah
bertujuan melengkapinya sesuai situasi setempat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Mendolo merintis
pendidikan lingkungan untuk anak<o:p></o:p></b></p><p class="MsoNormal"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpg7eJsp_-tRWtCmUAlUrq92PFkS0WtEdb9Zlx9vSi6R143cYlGmhaC15RoBzeCN_vTZlZux8fQHy7dTclz27OU_oLfbS3Tf0PtCn3p-CfmppN4YBMVMwyfN4fWeGBBtZsNj_NHWvOUuY5excy77B_BQDgYUJJTTCYImWbExBJpn47lT5JPl4eZv6_/s4000/Mengamati%20burung%20di%20alam.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="3000" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpg7eJsp_-tRWtCmUAlUrq92PFkS0WtEdb9Zlx9vSi6R143cYlGmhaC15RoBzeCN_vTZlZux8fQHy7dTclz27OU_oLfbS3Tf0PtCn3p-CfmppN4YBMVMwyfN4fWeGBBtZsNj_NHWvOUuY5excy77B_BQDgYUJJTTCYImWbExBJpn47lT5JPl4eZv6_/w480-h640/Mengamati%20burung%20di%20alam.JPG" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mengamati burung</td></tr></tbody></table><br /></p><p class="MsoNormal">Pagi itu di hari Minggu yang cerah, sekira dua puluhan anak-anak
usia 6-10 tahun telah berkumpul di lahan terbuka di tengah dusun Mendolo Wetan.
Mereka bersiap untuk bermain sekaligus belajar bersama di lingkungan sekitar
desa. Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo dibantu Swaraowa menjadi fasilitator
bagi anak-anak yang tampak sangat antusias. Para ibu dari peserta juga
dipersilakan untuk bergabung.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dibagi ke dalam empat kelompok, peserta diajak mengamati
burung dan kupu-kupu. Binatang-binatang berpenampilan cantik ini mudah menarik
perhatian anak-anak sehingga bisa menjadi pintu masuk untuk mulai menjelajahi
keanekaragaman hayati di lingkungan desa mereka sendiri. Setiap menemukan
kupu-kupu atau burung, mereka diminta mencatat ciri-ciri dan perilakunya. Sedetail
mungkin. Para pendamping lalu memberitahukan nama jenisnya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ternyata, ketertarikan anak-anak tak berhenti pada dua
kelompok fauna target. Mereka juga mencacat capung, belalang, laba-laba, dan
binatang-binatang lain yang ditemui sepanjang perjalanan. Para fasilitator
sampai kewalahan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memberondong. Tidak
ada masalah, karena fasilitator memang tidak diharuskan tahu semua hal.
Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab disimpan dahulu untuk dicari
jawabannya di lain kesempatan.<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHVv4QNW_npipxix8DjrXID95cy-djtmXpuoBiLn4mWEMJe-kqTNwxrVizRm9kJbQdEB05pLJBDu_rn8bKYA3EXxwH4qToKZgYnyFyQCOTRGukT9odEwX2DW0NVcuuqhdGZH4barQDpuI7rxqTZhaDyyims8UkfS5ikDah4U5sjGJW_2av12yosANy/s4000/Siswanto,%20anggota%20PPM%20Mendolo%20memandu%20anak-anak.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3000" data-original-width="4000" height="355" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHVv4QNW_npipxix8DjrXID95cy-djtmXpuoBiLn4mWEMJe-kqTNwxrVizRm9kJbQdEB05pLJBDu_rn8bKYA3EXxwH4qToKZgYnyFyQCOTRGukT9odEwX2DW0NVcuuqhdGZH4barQDpuI7rxqTZhaDyyims8UkfS5ikDah4U5sjGJW_2av12yosANy/w473-h355/Siswanto,%20anggota%20PPM%20Mendolo%20memandu%20anak-anak.JPG" width="473" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Siswanto, anggota PPM Mendolo memandu anak-anak</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie4AcFrZVGUXIyautjLaSPeiJRrJcXp0HvJasVJ8EJSaAxCZoMjb03rMtEl9jT--hojUP3hyAl1kJ6U9H4H7wgq0i0isY13g70Wd5P2jrPlltYjNiSshotOPXhrLLEwYS1_JwExXjUZVKtqMI_My0Q9DMKMo7wfZVEiTQ-2stj1DapoJkfiqK-rkvk/s4000/Menghidupkan%20kembali%20permainan%20tradisional.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="3000" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie4AcFrZVGUXIyautjLaSPeiJRrJcXp0HvJasVJ8EJSaAxCZoMjb03rMtEl9jT--hojUP3hyAl1kJ6U9H4H7wgq0i0isY13g70Wd5P2jrPlltYjNiSshotOPXhrLLEwYS1_JwExXjUZVKtqMI_My0Q9DMKMo7wfZVEiTQ-2stj1DapoJkfiqK-rkvk/w480-h640/Menghidupkan%20kembali%20permainan%20tradisional.JPG" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menghidupkan kembali permainan tradisional</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoNormal">Untuk memaksimalkan keasyikan, dibuat beberapa pos sepanjang
rute pengamatan. Di setiap pos yang dijaga oleh fasilitator, setiap tim diminta
mempresentasikan temuan mereka. Setelah itu, mereka diajak memainkan permainan-permainan
tradisional. Permainan tradisional, yang kini telah tergusur oleh game online, rata-rata
kaya akan pengalaman yang menentuh sisi kognitif, afektif, maupun motorik yang
berguna bagi fisik maupun mental anak-anak.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Menjelang siang, semua peserta dan fasiltator bergerak
menuju aula balai desa. Di sini peserta bermain puzzle satwa dan mewarnai
gambar. Mereka juga berdiskusi mengenai pengalaman yang diperoleh sepanjang
rute pengamatan tadi. Banyak dari peserta yang menceritakan binatang-binatang
yang baru pertama kali mereka lihat.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Di aula ini pula, PPM Mendolo memamerkan beberapa foto
burung dan primata hasil karya mereka sendiri lalu mempresentasikan karya itu
kepada para peserta. Tidak hanya menjelaskan mengenai jenis burung yang difoto
dan teknik pengambilan gambar, namun PPM juga menjelaskan dengan bahasa
sederhana peran ekologis beragam satwa itu di dalam ekosistem.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Belajar bersama anak-anak ini menjadi langkah awal bagi PPM Mendolo
untuk merintis sistem pendidikan konservasi kontekstual bagi generasi mudanya,
dimulai dengan mengenali potensi kehatinya. Kehati merupakan aset desa sehingga
perlu dirawat. Mendolo adalah desa dengan keanekaragaman hayati tinggi.
Jenis-jenis primata-nya lengkap: owa jawa, rek-rekan, lutung, monyet ekor
panjang, dan kukang. Lebih dari 100+ jenis burung, dan 100+ jenis kupu-kupu ada
di desa ini. Belum lagi taksa-taksa lain.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Desa juga merupakan lumbung pengetahuan dan keterampilan.
Sebagai contoh, pengetahuan masyarakat mengenai jenis-jenis tumbuhan dan jamur
yang bisa dikonsumsi, termasuk keterampilan mengolahnya.<span style="mso-ansi-language: EN-ID;"> <span lang="EN-ID">Keahlian dan keterampilan pangan lokal menjadi salah
satu kunci resiliensi. Namun, bisa dipastikan pengetahuan dan keterampilan
tersebut bakal hilang tidak lama lagi jika tidak ada upaya untuk merawatnya
secara sistemik.</span></span><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Benjamin Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives
(1956) mengidentifikasi tiga domain kegiatan pendidikan, meliputi: kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Sederhananya, kognitif menekankan aspek intelektual.
Afektif berkaitan dengan emosi, minat, adaptasi. Sementara itu, psikomotorik
adalah aspek keterampilan, yang muaranya pada praktik. Pendidikan yang baik
berarti mesti mampu membawa hasil-hasil pembelajaran sampai pada praktik
keseharian subjeknya. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ukuran keberhasilan pendidikan konservasi yang dirintis PPM
Mendolo bersama Swaraowa misalnya, tidak sekadar memberikan pengetahuan dan
meningkatkan minat saja, tetapi harus mampu pula mendorong para pesertanya
beralih dari praktik-praktik tidak berkelanjutan menjadi berkelanjutan.
Setidaknya bagi diri sendiri. Bagaimanapun, kelestarian bumi kita yang cuma
satu ini hanya bisa diraih dengan perubahan perilaku manusianya. <o:p></o:p></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-40419157038775149482023-04-10T14:55:00.000+07:002023-04-10T14:55:46.810+07:00Pelatihan Guru dan Fasilitator Sekolah Budaya Mentawai ke-3: Hasil Pengamatan dan Kesan-Pesan<p> Oleh : Imam Taufiqurrahman</p><p align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br /></p>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrbACZrpLhkC7IrPPSUwzruDAOhatDDCWu05VWVoEip3JSctWOV-rKJm0bsakDuwaEp4xq9F7NuLJ1yFMvOSTFbs7MGB84dyjSXxNoSIKJ8xvoQWE5k3WDU99nGwQS4Kw2xvMry4oj8JuhcqHsB2jnh33YGbgOxKrbSOXAkTobBYP_hu6bk6f-F7j8/s800/Bagian%202_Gambar%201.%20Tim%20peserta%20saat%20mengamati%20keberadaan%20satwa%20hutan%20Toloulaggo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrbACZrpLhkC7IrPPSUwzruDAOhatDDCWu05VWVoEip3JSctWOV-rKJm0bsakDuwaEp4xq9F7NuLJ1yFMvOSTFbs7MGB84dyjSXxNoSIKJ8xvoQWE5k3WDU99nGwQS4Kw2xvMry4oj8JuhcqHsB2jnh33YGbgOxKrbSOXAkTobBYP_hu6bk6f-F7j8/w571-h428/Bagian%202_Gambar%201.%20Tim%20peserta%20saat%20mengamati%20keberadaan%20satwa%20hutan%20Toloulaggo.jpg" width="571" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span lang="IN">Tim peserta saat mengamati keberadaan satwa hutan Toloulaggo</span></td></tr></tbody></table><br /><p align="center" class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: center;"><br /></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Pada hari kedua dan ketiga pelatihan, para peserta diajak melakukan
pengamatan di hutan sekitar Dusun Toloulaggo. Peserta terbagi dalam tiga tim
yang masing-masing dibekali dengan berbagai peralatan dan perlengkapan, seperti
lembar data pengamatan dan teropong. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Di hari pertama, tiap tim mencatat perjumpaan dengan berbagai jenis
burung. Beberapa di antaranya, yaitu mainong atau tiong emas, limendeu atau
punai gading, dan rotdot atau merbah belukar. Meskipun tidak ada tim yang
menjumpai primata secara langsung, mereka dengan antusias mengamati berbagai
keanekaragaman hayati lain yang dijumpai. Ragam jenis anggrek, jamur, serta
tanaman obat, tak luput dari pengamatan.<o:p></o:p></span></p>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiELg3eiOmkpK9d_5npJrN3nVQG-DKZLL9rX27kGH1Fi9KnexDzYOdLUvFzw0J057o6PQ7DfkJCRPuHqA7Zbvqsom6egHI0YesbVMdDYiCMiMaIODfvMbFo5DncjEzY4Jt7rqNtyovo0UfJOb7rLg3FYDidFd1Lr_qsy8mpfLV9cYzO1KiLTTf11n37/s800/Bagian%202_Gambar%202.%20Sepasang%20mainong%20yang%20teramati%20di%20hari%20pertama%20pengamatan.%20Foto%20oleh%20Kurnia%20Ahmadin..jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="439" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiELg3eiOmkpK9d_5npJrN3nVQG-DKZLL9rX27kGH1Fi9KnexDzYOdLUvFzw0J057o6PQ7DfkJCRPuHqA7Zbvqsom6egHI0YesbVMdDYiCMiMaIODfvMbFo5DncjEzY4Jt7rqNtyovo0UfJOb7rLg3FYDidFd1Lr_qsy8mpfLV9cYzO1KiLTTf11n37/w585-h439/Bagian%202_Gambar%202.%20Sepasang%20mainong%20yang%20teramati%20di%20hari%20pertama%20pengamatan.%20Foto%20oleh%20Kurnia%20Ahmadin..jpg" width="585" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sepasang mainong (<i>Gracula religiosa </i>)yang teramati di hari pertama pengamatan. Foto oleh Kurnia Ahmadin.</td></tr></tbody></table><p align="center" class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: center;"><br /></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Para peserta juga mampu merekam aktivitas yang dijumpai di hutan.
Sebagai bagian dari penugasan materi jurnalisme warga, tim mendapati adanya
penebangan pohon. Temuan didapat, baik dari temuan lokasi bekas-bekas
penebangan maupun suara gergaji mesin (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">chainsaw</i>)
yang keras terdengar saat sesi pengamatan berlangsung.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Seluruh temuan dan hasil pengamatan tersebut menjadi fokus pemaparan
tiap kelompok. Sesi pemaparan ini berlangsung di malam hari dan cukup hidup
dengan tanya-jawab di antara para peserta.<o:p></o:p></span></p>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsTd1B8ubdRzvSHhhzVjFgnwKDZFddzRwWXFDUBupzkCGc7AxbAEsJ3x-Z5yH7ZtpxU4E_cWoVGAen1FI86GMGR2Kl0XEFM31CcByso00CJA5eVn0FXchVp8lVbjQHgPzvN1LGT1-DJtCE9FoiSdgiDF20WP71keTkqffXZ4KSuCKsAcVUM34gCwR3/s800/Bagian%202_Gambar%203.%20Salah%20satu%20presentasi%20dari%20tim%20peserta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsTd1B8ubdRzvSHhhzVjFgnwKDZFddzRwWXFDUBupzkCGc7AxbAEsJ3x-Z5yH7ZtpxU4E_cWoVGAen1FI86GMGR2Kl0XEFM31CcByso00CJA5eVn0FXchVp8lVbjQHgPzvN1LGT1-DJtCE9FoiSdgiDF20WP71keTkqffXZ4KSuCKsAcVUM34gCwR3/w570-h428/Bagian%202_Gambar%203.%20Salah%20satu%20presentasi%20dari%20tim%20peserta.jpg" width="570" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span lang="IN"> Salah satu presentasi dari tim peserta</span></td></tr></tbody></table><p align="center" class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: center;"><br /></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Di hari kedua, panitia mengarahkan tim ke area berbeda. Sayangnya
pengamatan hanya bisa berjalan singkat karena hujan yang cukup deras. Namun
demikian, keberuntungan berpihak pada tim 2. Dalam pengamatan yang singkat itu,
mereka dapat menjumpai satu kelompok joja.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Dalam dunia sains, joja dikenal dengan nama <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Presbytis siberu</i>. Keberadaannya hanya terdapat di Pulau Siberut.
Secara taksonomi, ia berbeda dengan kerabat dekatnya di tiga pulau Mentawai
lainnya, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Di tiga pulau tersebut,
terdapat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Presbytis potenziani</i>, yang
dikenal dengan sebutan atapaipai.<o:p></o:p></span></p>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTG2_L6IeFOID8MciEDgmzSOFybf3PwmFKGjdGcqCE8IDwjhrCPPcec9lRsKy1-QrZJ0btpXi3hOGUBGRsp7Jed_nWI3Yzpe04bG5v4tLJdCwJc2djFc64jXaLxTVYC6_mW9hAYf350Z0TdXz8QUAHFH_pgw5lWSWW63T1dKsUCdVVqjsA0-NRDb6Q/s800/Bagian%202_Gambar%204.%20Satu%20dari%20sekelompok%20joja%20yang%20terdokumentasi%20di%20hari%20ke-2%20pengamatan.%20Foto%20oleh%20Kurnia%20Ahmadin..jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="422" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTG2_L6IeFOID8MciEDgmzSOFybf3PwmFKGjdGcqCE8IDwjhrCPPcec9lRsKy1-QrZJ0btpXi3hOGUBGRsp7Jed_nWI3Yzpe04bG5v4tLJdCwJc2djFc64jXaLxTVYC6_mW9hAYf350Z0TdXz8QUAHFH_pgw5lWSWW63T1dKsUCdVVqjsA0-NRDb6Q/w563-h422/Bagian%202_Gambar%204.%20Satu%20dari%20sekelompok%20joja%20yang%20terdokumentasi%20di%20hari%20ke-2%20pengamatan.%20Foto%20oleh%20Kurnia%20Ahmadin..jpg" width="563" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span lang="IN">Satu dari sekelompok joja (<i>Presbytis siberu</i>) yang terdokumentasi di hari ke-2 pengamatan. Foto oleh Kurnia Ahmadin.</span></td></tr></tbody></table><p align="center" class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: center;"><br /></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Kedua spesies ini tergolong spesies yang terancam punah. Joja masuk
dalam kategori Endangered atau Genting, sementara ataipaipai memiliki status
keterancaman lebih serius lagi, yakni Critically Endangered atau Kritis.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN">Kesan
dan pesan<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Julianus, guru Biologi di SMA Lentera, Siberut Selatan, mengaku tidak
puas dengan jalannya pelatihan. Ketidakpuasannya terutama karena tidak satu pun
primata yang berhasil ia lihat. Julianus berharap, ke depannya ada jalur
pengamatan yang lebih terarah dan memiliki peluang tinggi untuk bisa menjumpai
primata.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Namun, kesan berbeda disampaikan Theresia Yuni. “Saya cukup puas karena
bisa melihat secara langsung keberadaan primata di habitatnya,” aku kepala
sekolah SDN 05 Toloulaggo itu. Ia dan empat anggota timnyalah yang berhasil
menjumpai joja. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Wajar Yuni merasa cukup puas. Ia sungguh beruntung, mengingat
pengamatan jadi pengalaman pertamanya. “Sepuluh tahun saya tinggal di sini, dan
ini kali pertama saya ke hutan Toloulaggo,” akunya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Sementara Fransiskus Yanuarius Mendrofa dari Yayasan Pendidikan Budaya
Mentawai, memberi pandangan akan sulitnya para peserta menjumpai primata.
Menurutnya, hal itu menjadi bentuk nyata dari adanya keterancaman pada primata
Mentawai. Ia pun berharap pada para peserta agar dapat menjadi duta primata,
yang membawa pengalaman dan pengetahuan selama mengikuti pelatihan pada
komunitas di sekolah, terutama ke para murid atau peserta didik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Dalam sesi penutupan tersebut, Jeremias Saleuru, tokoh masyarakat yang
hadir, turut pula berbagi pengalaman. Ia mengisahkan saat dirinya masih berburu
primata. Menurut Jeremias, memang tidak setiap waktu ia berhasil mendapatkan
hewan buruan. Banyak faktor yang bisa jadi penyebabnya. “Mungkin cuaca yang
kurang bagus atau adanya gangguan,” terangnya. Salah satu gangguan itu, berupa
suara gergaji mesin, yang didengar para peserta saat pengamatan berlangsung.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Terlepas dari ketidakpuasan sebagian besar peserta karena tidak
berhasil menjumpai primata, pelatihan tiga hari di Toloulaggo itu tentu memberi
pengalaman langsung pada para peserta akan kegiatan pengamatan satwa. Kegiatan
mampu berjalan sesuai sebagaimana tema, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Masih
arepi sabbat masih pa' ugai mateikeccat, uma', sibabara kabagat leleu
Toloulaggo</i>. Kalimat tersebut berarti, “Mendengarkan dan memperkenalkan
keberadaan primata dan burung wilayah Toloulaggo”.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-27772915221008807082023-04-10T14:43:00.001+07:002023-04-10T14:43:57.619+07:00Pelatihan Guru dan Fasilitator Sekolah Budaya Mentawai ke-3: Pembukaan dan Materi Ruang<p> Oleh : Imam Taufiqurrahman</p><p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxr5hVvcj2yg6QVLHEEdoKGq7ZrGVv0d_NbmGM7AIT0n-yvc35HI7Ow3O4Ded_ZsZmshUheWhnMIX2W8dgiqZPbm-ulXbURG970i_LOH3MLNTvE1hheNBgUHvgjVhRWUGE1WEgoHJbtly-TJmQ4a0CAnKNez2VpnkEPyu8I6bmcck9stu4fVRJuYVL/s800/Bagian%201_Gambar%201.%20Foto%20bersama%20para%20peserta%20dan%20panitia%20Pelatihan%20Guru%20dan%20Fasilitator%20Sekolah%20Budaya%20Mentawai%20ke-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="418" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxr5hVvcj2yg6QVLHEEdoKGq7ZrGVv0d_NbmGM7AIT0n-yvc35HI7Ow3O4Ded_ZsZmshUheWhnMIX2W8dgiqZPbm-ulXbURG970i_LOH3MLNTvE1hheNBgUHvgjVhRWUGE1WEgoHJbtly-TJmQ4a0CAnKNez2VpnkEPyu8I6bmcck9stu4fVRJuYVL/w557-h418/Bagian%201_Gambar%201.%20Foto%20bersama%20para%20peserta%20dan%20panitia%20Pelatihan%20Guru%20dan%20Fasilitator%20Sekolah%20Budaya%20Mentawai%20ke-3.jpg" width="557" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Foto bersama para peserta dan panitia Pelatihan Guru
dan Fasilitator Sekolah Budaya Mentawai ke-3</span></td></tr></tbody></table><br /></p><p align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br /></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Pelatihan Guru dan Fasilitator Sekolah Budaya Mentawai ke-3 telah
terlaksana sesuai agenda. Berlangsung pada 28-30 Maret 2023, ajang pengenalan
primata dan burung ini diadakan di Dusun Toloulaggo, Desa Katurai, Kecamatan
Siberut Baratdaya, sebagaimana penyelenggaraan tahun sebelumnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Sebanyak 16 orang peserta mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh
Malinggai Uma dan Siripok Bilou ini. Para peserta tersebut merupakan perwakilan
guru Biologi dan Budaya Mentawai (Bumen), baik tingkat SD, SMP, serta SMA, di
Siberut Selatan dan Siberut Baratdaya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Selain guru, pelatihan juga diikuti oleh fasilitator Malinggai Uma.
Terdapat pula perwakilan dua lembaga di Siberut Selatan, yakni Yayasan
Pendidikan Kebudayaan Mentawai dan Tourism Information Center.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Kepala Desa Katurai, Karlo Saumanuk, hadir dan membuka acara secara
resmi. Dalam sambutannya,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Karlo berterima
kasih atas penyelenggaraan kegiatan di desanya. Ia pun berpesan, “Semoga
pelatihan ini dapat menjadi momentum untuk menambah kapasitas dan ilmu para
guru,” ungkapnya, “untuk nantinya disampaikan kepada murid di sekolah.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Kepada penyelenggara, Karlo berpesan agar kegiatan dapat lebih
berdampak pada masyarakat. “Mungkin ke depannya tidak hanya terfokus kepada
guru-guru saja, tetapi mungkin pada orang tua atau pihak-pihak yang beraktivitas
ke hutan,” pintanya. “Jadi, perlu ada keseimbangan.” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Pembukaan yang berlangsung di balai desa tersebut mengundang wakil dari
unsur-unsur pemerintahan setempat dan instansi terkait. Beberapa yang hadir,
misalnya Kepala Dusun Toloulaggo, Dinas Pendidikan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
dan Dinas Pariwisata. Para undangan turut pula memberikan pidato sambutan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN">Acara pembukaan dimeriahkan oleh <i style="mso-bidi-font-style: normal;">turuk laggai</i>. Tarian khas Mentawai ini
menggambarkan perilaku satwa di hutan. Hentakan kaki para penari disertai
iringan tabuhan alat musik terdengar begitu rampak. Tarian yang dipertunjukkan
dalam dua sesi itu mampu menyedot perhatian banyak anak-anak dan masyarakat
sekitar.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiToAYZ9lvF-YNNJFrGvHOOPRQMCYzpZnLFHPG8lsvhhY7QWFpLc7sPmYLRuItDnlmNOAfrRePhNouT_-B-pPWAhMSPekqWEXtEzLX2opyRyo4RiBOKUkfaZhGvGwyjuvkHuhtbaiT2EiwdoPRod9fBM472-7-GBnV6VLvg8YiuUedQR0SjSH3ShZf2/s800/Bagian%201_Gambar%202.%20Turuk%20laggai%20yang%20dipentaskan%20dalam%20acara%20pembukaan%20pelatihan..jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="600" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiToAYZ9lvF-YNNJFrGvHOOPRQMCYzpZnLFHPG8lsvhhY7QWFpLc7sPmYLRuItDnlmNOAfrRePhNouT_-B-pPWAhMSPekqWEXtEzLX2opyRyo4RiBOKUkfaZhGvGwyjuvkHuhtbaiT2EiwdoPRod9fBM472-7-GBnV6VLvg8YiuUedQR0SjSH3ShZf2/w480-h640/Bagian%201_Gambar%202.%20Turuk%20laggai%20yang%20dipentaskan%20dalam%20acara%20pembukaan%20pelatihan..jpg" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span lang="IN">Turuk </span><span lang="IN"> uliat Bilou yang dipentaskan dalam acara pembukaan pelatihan.</span></td></tr></tbody></table></p><p align="center" class="MsoCaption" style="text-align: center;"><br /></p>
<p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN">Sesi
materi ruang<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi materi ruang. Terdapat
tiga pematerian, dengan dua materi pertama terkait satwa. Kedua materi disampaikan
oleh perwakilan Yayasan SwaraOwa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Materi pertama, yakni nilai konservasi dan budaya burung di Kepulauan
Mentawai dipaparkan oleh Imam Taufiqurrahman. Selanjutnya, Kurnia Ahmadin
memberikan pengantar teknik pengamatan primata. Materi terakhir berupa
seluk-beluk jurnalisme warga (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">citizen journalism</i>)
yang disampaikan oleh jurnalis Tempo Febriyanti.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX1pquPKKkWms57QkqJufufWaVUQF4p3EhmSMRhh3gSnhvwKbMbgY2w4mowaEXexusS6hwGzVVQKD1Pu26ZZk5YQu6l0Xev1MJE5Q5LFctXbg5PUwR4SOtQUz_cRFeflDuCNHf7iNruBivzTAVZeSf8vGMpZDWnHaeEy3_rY-0heIGwd0EdklbwmkY/s800/Bagian%201_Gambar%203.%20Sesi%20materi%20jurnalisme%20warga%20yang%20dibawakan%20oleh%20jurnalis%20Tempo,%20Febriyanti..jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="430" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX1pquPKKkWms57QkqJufufWaVUQF4p3EhmSMRhh3gSnhvwKbMbgY2w4mowaEXexusS6hwGzVVQKD1Pu26ZZk5YQu6l0Xev1MJE5Q5LFctXbg5PUwR4SOtQUz_cRFeflDuCNHf7iNruBivzTAVZeSf8vGMpZDWnHaeEy3_rY-0heIGwd0EdklbwmkY/w573-h430/Bagian%201_Gambar%203.%20Sesi%20materi%20jurnalisme%20warga%20yang%20dibawakan%20oleh%20jurnalis%20Tempo,%20Febriyanti..jpg" width="573" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"> Sesi materi jurnalisme warga yang dibawakan oleh jurnalis Tempo, Febriyanti.</td></tr></tbody></table></p><p align="center" class="MsoCaption" style="text-align: center;"><br /></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Diskusi dan tanya jawab berjalan dengan menarik. Kebanyakan peserta
mengaku belum banyak mengetahui keragaman hayati yang ada di Kepulauan
Mentawai. Keberadaan satwa, khususnya primata dan burung, tidak disinggung
secara khusus dalam mata pelajaran Budaya Mentawai. Lebih-lebih keterkaitan
erat serta nilai filosofi antara satwa dan budaya Mentawai.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Benediktus Satoleuru, guru Budaya Mentawai SDN 19 Katurai, Siberut
Baratdaya, menyebut beberapa materi yang disampaikan dalam mata pelajaran
Budaya Mentawai. Ada pengenalan tentang panganan lokal gete sagu, rumah adat
uma, titi atau tato, juga alat-alat musik. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Materi-materi tersebut memungkinkan untuk dapat disisipkan dengan
pengenalan tentang satwa. Pada materi mengenai uma, misalnya. Boneka kayu
kailaba sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">omat simagre</i> atau
mainan para roh, sebenarnya memiliki wujud hidup, yakni kangkareng perut-putih.
Satu-satunya jenis burung rangkong di Kepulauan Mentawai tersebut memiliki
tempat khusus dalam kepercayaan Suku Mentawai.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Demikian pula tengkorak-tengkorak primata atau satwa lain hasil buruan
yang dipajang di uma. Keberadaannya dapat menjadi pengantar untuk
memperkenalkan keanekaragaman primata di Mentawai yang seluruhnya endemik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Pada materi seluk-beluk jurnalisme warga, para peserta diperkenalkan
dengan kerja-kerja jurnalistik. Peserta didorong untuk bisa menuangkan
pengamatan mereka dalam tulisan dan mengemasnya sebagai berita atau informasi
menarik. Tulisan nantinya dapat dibagikan tanpa harus mengirim ke surat kabar,
namun cukup lewat akun sosial media pribadi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Tulisan tersebut tentu mensyaratkan adanya unsur berita, juga informasi
dan pengetahuan. Tujuannya terutama untuk mempromosikan kekayaan budaya dan
keanekaragaman hayati di Kepulauan Mentawai. Selain itu, tulisan dari para
peserta pelatihan sebagai bagian dari warga Mentawai juga dapat berfungsi
sebagai suara, baik bagi budaya maupun satwa Mentawai, yang keberadaannya kian
terpinggirkan.<o:p></o:p></span></p><br /><p></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-10325428910648518742023-04-08T14:58:00.001+07:002023-04-08T15:32:08.799+07:00Jasa ekosistem dalam secangkir kopi <p> Penulis:
Sidiq Harjanto</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoziHiejSdzrtFJJcao3JCu4Zc0H6oIBOVrJN_r6rKdqAsyAsQMeyUh_CDzzE1D8jGXkPgIy1dn2lCBLA2T2EmHfBSyFwTtCVwFNQsPx2efIiYZkKkBnBkmtI8LPxxqyxjaF75OGuWYx6bZTxwT0ZVERYssicRpNyeciDS86FWdn_kW3BMrv6S_z8V/s1440/Burung%20cinenen%20sering%20mengunjungi%20kebun%20kopi%20(Dok%20PPM%20Mendolo).JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1440" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoziHiejSdzrtFJJcao3JCu4Zc0H6oIBOVrJN_r6rKdqAsyAsQMeyUh_CDzzE1D8jGXkPgIy1dn2lCBLA2T2EmHfBSyFwTtCVwFNQsPx2efIiYZkKkBnBkmtI8LPxxqyxjaF75OGuWYx6bZTxwT0ZVERYssicRpNyeciDS86FWdn_kW3BMrv6S_z8V/w568-h426/Burung%20cinenen%20sering%20mengunjungi%20kebun%20kopi%20(Dok%20PPM%20Mendolo).JPG" width="568" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Burung Cinenen (<i>Orthotomus sutorius</i>) sering mengunjungi kebun kopi (Dok PPM Mendolo)</td></tr></tbody></table><br /><p>Pekalongan
adalah salah satu kabupaten penghasil kopi di Provinsi Jawa Tengah. Menurut
data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020 – 2022 yang dirilis Ditjen
Perkebunan Kementrian Pertanian RI, produksi kopi robusta dari usaha perkebunan
rakyat di Kabupaten Pekalongan mencapai 372 ton dengan 1.650 petani. Sedangkan hasil
produksi kopi arabika mencapai 100 ton dari petani sebanyak 857 orang. Hasil
sebanyak itu diperoleh dari lahan seluas, masing-masing 483 ha (robusta), dan 198
ha (arabika).</p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Dilihat
dari produksi kopi robusta saja, angka tersebut memang masih jauh dari
Kabupaten Temanggung (9.761 ton), Kudus (1.594 ton), dan Banjarnegara (1.570 ton).
Perbedaan angka yang signifikan ini dipengaruhi oleh luasan lahan dan jumlah
petani di masing-masing kabupaten. Jika kita cermati dari produktivitas per
hektar (823 kg/ha), hasil kopi Kab. Pekalongan relatif baik, masih di atas
rerata nasional (817 kg/ha). Sebagai informasi tambahan, produktivitas kopi
kita masih kalah jauh dari Vietnam (2.300 kg/ha). <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Desa
Mendolo, sebagai salah satu desa penghasil kopi di Pekalongan, memiliki potensi
yang cukup besar. Kopi yang diupayakan melalui sistem wanatani menjadi salah
satu sumber pendapatan utama masyarakat. Brand ‘Kopi Batir’ yang dirintis oleh
Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo berupaya untuk meningkatkan nilai jual kopi
yang dihasilkan petani dengan memperbaiki pengolahan pascapanen dan mengolahnya
menjadi kopi bubuk. Kopi Batir juga membuka jasa sangrai untuk mengakomodir
masyarakat yang ingin mengonsumsi kopi dari kebunnya sendiri, tetapi tidak
memiliki keahlian menyangrai.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Tahun
kemarin, usaha kopi ini telah memproduksi sekitar 7 kuintal kopi dengan
kualitas premium yang dijual dalam bentuk kopi bubuk<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i>maupun biji mentah<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> (green
bean)</i>. Memang masih relatif kecil dibandingkan estimasi total produksi kopi
desa ini yang sebagian besar masih dijual dalam bentuk <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cherry</i> (buah) atau diproses asal-asalan. Namun, upaya ini patut diapresiasi
karena nyatanya kapasitas produksi usaha ini terus meningkat dari tahun ke
tahun. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Sepanjang
tahun 2022, lebih dari satu ton biji kopi telah disangrai oleh Kopi Batir. Berbekal
mesin sangrai rakitan yang sangat sederhana, jasa sangrai yang digawangi M.
Ridholah ini ternyata mampu menumbuhkan kembali minat masyarakat untuk minum
kopi sendiri. Artinya, usaha jasa sangrai Kopi Batir bisa menggeser pola
konsumsi masyarakat dari konsumsi kopi pabrik ke kopi lokal. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiztrrFDM2s0TMbxsECC7o2wnBcochd1ziRj3RcSgMZ3twfQn8jKeucKJUbPzd4X8xJWE7bVy0Ix8M8o3AvvED4byw9LrGDa4np7MzVsLVwDaKKJ3xWBsHB_7asrajbLzw8sLWUfzbutR6eJnzieB4IKvgSdyaWfWoR8xOf5WbsexUMgxVSlF12Un_/s3301/IMG_20210306_072641.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2232" data-original-width="3301" height="381" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiztrrFDM2s0TMbxsECC7o2wnBcochd1ziRj3RcSgMZ3twfQn8jKeucKJUbPzd4X8xJWE7bVy0Ix8M8o3AvvED4byw9LrGDa4np7MzVsLVwDaKKJ3xWBsHB_7asrajbLzw8sLWUfzbutR6eJnzieB4IKvgSdyaWfWoR8xOf5WbsexUMgxVSlF12Un_/w565-h381/IMG_20210306_072641.jpg" width="565" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">budidaya lebah kelulut di kebun kopi, mengoptimalkan peran lebah sebagai pollinator</td></tr></tbody></table><br /><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicDW8AIwWH89VmSiF7gaiL8vLDSWGmpTIeM6hTLRCFeLE2lUYDQhCNVbZMlLOKU8hUtFxyyaDNon2jnTUnojP5z0-QIjxFHsx1NwgHSUwEG6Ye2KhRnFhKD0Blyopc1yBQQNflQcQtIXnBzWE7FOENsrxXDTqK63mg5jpBjGrrautuxtjRBl8wW06b/s4608/Burung%20tukik%20tikus%20pada%20batang%20tanaman%20kopi%20(Dok%20PPM%20Mendolo).JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="431" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicDW8AIwWH89VmSiF7gaiL8vLDSWGmpTIeM6hTLRCFeLE2lUYDQhCNVbZMlLOKU8hUtFxyyaDNon2jnTUnojP5z0-QIjxFHsx1NwgHSUwEG6Ye2KhRnFhKD0Blyopc1yBQQNflQcQtIXnBzWE7FOENsrxXDTqK63mg5jpBjGrrautuxtjRBl8wW06b/w574-h431/Burung%20tukik%20tikus%20pada%20batang%20tanaman%20kopi%20(Dok%20PPM%20Mendolo).JPG" width="574" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Burung Tukik tikus, pemakan serangga di kebun kopi (Dok PPM Mendolo)</td></tr></tbody></table><br />
<p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Satu langkah kecil dari Mendolo<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Untuk
mencapai sistem budidaya kopi yang optimal, dibutuhkan pengetahuan dan
pengalaman mengenai penyiapan lahan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama,
hingga sistem pemanenan yang baik. Selain pengetahuan dan keterampilan teknis
di atas, wawasan lingkungan kiranya juga perlu dimiliki oleh para petani kopi.
Wawasan yang dimaksud misalnya mengenai pengaruh jasa ekosistem terhadap
produktivitas kebun. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7auHprrJqI35cianUEqhcRD9brrvrU8wqQ11nMi4Eyfb1QANW77KaeMuccXZ-KJ5lrPHXWaER7VcU92xM1slKdny2xKD-SpUGCWmfKSK0hUrjcojzOSNAO18EZBeryzUsXBKFaYeJFR3tbIoALPsTSU6O873ziB-7LXGS8UfgXvi-t023syLFPc4H/s4000/Fotografi%20satwa%20untuk%20media%20penyadaran%20konservasi.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3000" data-original-width="4000" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7auHprrJqI35cianUEqhcRD9brrvrU8wqQ11nMi4Eyfb1QANW77KaeMuccXZ-KJ5lrPHXWaER7VcU92xM1slKdny2xKD-SpUGCWmfKSK0hUrjcojzOSNAO18EZBeryzUsXBKFaYeJFR3tbIoALPsTSU6O873ziB-7LXGS8UfgXvi-t023syLFPc4H/w571-h428/Fotografi%20satwa%20untuk%20media%20penyadaran%20konservasi.JPG" width="571" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">fotografi satwa, sebagai media meningkatkan apresiasi terhadap keanekaragaman hayati</td></tr></tbody></table><br /><span style="mso-spacerun: yes;"><br /></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Pada 18
Maret 2023, sebagai bagian dari acara bertajuk ‘Guyub Kopi Mendolo’, Swaraowa
mengajak PPM Mendolo dan perwakilan petani kopi untuk merumuskan strategi dalam
meningkatkan kesadaran ekologi dalam praktik budidaya kopi di Mendolo.
Harapannya, dengan praktik pembudidayaan yang baik dan didukung dengan jasa
ekosistem sehat, bisa mengoptimalkan produktivitas kopi di Mendolo sehingga
pada gilirannya meningkatkan pendapatan petani.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Biodiversitas
yang mengisi kebun wanatani memberi pengaruh positif bagi pembudidayaan tanaman
komoditi. </span>Chain-Guadarrama dkk. dalam artikel berjudul ‘<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ecosystem services by birds and bees to
coffee in a changing climate: A review of coffee berry borer control and
pollination</i>’ (terbit tahun 2019) menyebutkan bahwa b<span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">urung dan lebah menjadi dua kelompok fauna yang
memiliki peran penting dalam budidaya kopi. Banyak jenis burung memangsa
serangga, sehingga memiliki peran ekologi dalam mengontrol populasi serangga.
Ledakan populasi serangga karena kekurangan burung pemangsa bisa menimbulkan
kerugian bagi petani. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Untuk mengoptimalkan
peran burung dalam ekosistem, syarat pertama adalah upaya perlindungan.
Burung-burung mesti dibiarkan hidup bebas di alam sehingga perannya berfungsi.
Selain itu, burung membutuhkan relung habitat yang ideal. Model tanam wanatani atau
tumpang sari bisa menjadi pilihan. Sistem ini masih mempertahankan variasi
jenis penyusun dan strata vegetasi sehingga meningkatkan peluang bagi burung
untuk mencari pakan, atau bahkan bersarang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Di sisi
lain, komunitas lebah diyakini menjadi agen penyerbuk yang handal bagi tanaman
kopi. Kopi robusta membutuhkan penyerbukan silang dengan agen penyerbuk berupa
angin dan serangga. Sedangkan kopi arabika, meskipun dapat melakukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">self pollination</i>, tetapi aplikasi
serangga penyerbuk terbukti meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Pada kopi arabika, keberadaan lebah dapat menjadi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">booster</i> penyerbukan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Pada skala
global, lebah sendiri merupakan kelompok besar; terdiri dari belasan jenis lebah
madu, ratusan lebah nirsengat (klanceng), dan ribuan jenis lebah soliter. Setiap
jenis memiliki sebaran habitat atau distribusi masing-masing. Jenis-jenis lebah
yang mana saja yang bermanfaat untuk kopi, dan pada tipe habitat apa
lebah-lebah itu hidup, masih membutuhkan banyak penelitian.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Mengoptimalkan
jenis-jenis lebah sebagai agen penyerbuk bisa dilakukan dengan menjaga habitat,
menghindari penggunaan pestisida, dan mengintegrasikan budidaya lebah dalam
lahan pertanian kita. Di Mendolo, budidaya lebah klanceng telah dimulai sejak
2017. Tidak semata-mata mengharapkan madu yang bernilai ekonomi, budidaya klanceng
di Mendolo merupakan sebentuk upaya untuk mengoptimalkan jasa ekosistem dari
lebah untuk peningkatan produktivitas pertanian maupun keberlanjutan hutan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Besarnya
jasa ekosistem bagi pertanian tak dapat dimungkiri. Meskipun demikian, dalam
FGD terungkap bahwa masih butuh kerja keras untuk membumikan jasa ekosistem
burung dan lebah bagi pertanian kopi di kalangan para petani. Riset spesifik dalam
memahami dan mengoptimalkan jasa ekologi burung bagi pengontrolan populasi hama
pertanian masih perlu ditingkatkan. Demikian juga dengan jasa penyerbukan
lebah, praktik ideal integrasi budidaya lebah dengan wanatani masih perlu
dicari. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFxz3d63ampqiD6YNWtqzu94Nc_jMXtsENb7-tki8JjSubrCROOfwZRfHsTUlxkYjwLFhuJBZVN9wAkCJ0TiUoVTZJXV4NB9v-Zueix13Kpxlz390NyVpxvqTMH28ZFGEaXGZOVNrnY3FSeG-NxDswyq-hNn6_NgUcjBU7-mXXkR1kUj_gCudE_fJe/s4000/PPM%20Mendolo%20memasyarakatkan%20kehati%20melalui%20jalur%20fotografi.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3000" data-original-width="4000" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFxz3d63ampqiD6YNWtqzu94Nc_jMXtsENb7-tki8JjSubrCROOfwZRfHsTUlxkYjwLFhuJBZVN9wAkCJ0TiUoVTZJXV4NB9v-Zueix13Kpxlz390NyVpxvqTMH28ZFGEaXGZOVNrnY3FSeG-NxDswyq-hNn6_NgUcjBU7-mXXkR1kUj_gCudE_fJe/w566-h424/PPM%20Mendolo%20memasyarakatkan%20kehati%20melalui%20jalur%20fotografi.JPG" width="566" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">PPM Mendolo menggunakan fografi alam untuk konservasi </td></tr></tbody></table><br /><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">PPM Mendolo
akan memelopori riset partisipatif dalam menggali peran-peran kehati dan jasa
ekosistem dalam sistem wanatani Mendolo. Disepakati pula untuk terus
memasyarakatkan pengetahuan mengenai peran ekologis dari kelompok-kelompok
fauna tersebut. Mengingat ketergantungan masyarakat pada sektor pertanian,
Mendolo perlu didorong menjadi desa peduli kehati. Desa perlu memiliki data
yang komprehensif mengenai potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-ID" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Langkah PPM
Mendolo yang telah memelopori inovasi usaha wanatani dan penyadaran nilai
penting kehati mesti didukung penuh. Dalam kesempatan Guyub Kopi Mendolo ini,
Swaraowa menghibahkan satu unit mesin roasting berkapasitas 1 kg kepada Kopi
Batir sebagai bentuk apresiasi atas kerja kerasnya dalam mengembangkan khazanah
perkopian di Mendolo, dan atas upaya PPM Mendolo untuk mendorong konservasi
keanekaragaman hayati di desanya, termasuk owa jawa dan kukang jawa.</span><o:p></o:p></p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-859837959504218454.post-22803620984181375132023-04-06T12:09:00.003+07:002023-04-06T12:09:26.395+07:00Monitoring Bersama Keanekaragaman Hayati Hutan Petungkriyono dan Lebakbarang<p> Oleh : Kurnia Ahmaddin</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqhxx7CkbfgD_1m26Kl9l6JZcXE6wmWEAiKIUCVl7sWW6j8pqu1jIQLrFaHEWtAbwsXxQW2uHC43_BdJSPNPKr1L3MtC94HBWA5F0eRmy8YtFORI1kZL98Bb8dMFBVP9_8h5VXhGhBA2DK4BrcyqnovbshrP2U61vFZZ9wMVW25ISCdwXs9irMQnJ7/s5184/IMG_3833.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="369" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqhxx7CkbfgD_1m26Kl9l6JZcXE6wmWEAiKIUCVl7sWW6j8pqu1jIQLrFaHEWtAbwsXxQW2uHC43_BdJSPNPKr1L3MtC94HBWA5F0eRmy8YtFORI1kZL98Bb8dMFBVP9_8h5VXhGhBA2DK4BrcyqnovbshrP2U61vFZZ9wMVW25ISCdwXs9irMQnJ7/w555-h369/IMG_3833.JPG" width="555" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tim monitoring bersama</td></tr></tbody></table><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p>Dua kecamatan di Kabupaten Pekalongan yaitu Kecamatan
Petungkriyono dan Kecamatan Lebakbarang, memiliki landscape yang istimewa, dari
sisi keanekargaman hayati, di kawasan
ini setidaknya mewakili tipe habitat hutan tropis di pulau Jawa bagian Tengah,
mulai hutan dataran rendahnya hingga ke hutan pegunungan. Kawasan ini karena
merupakan pegunungan juga menjadi penting dari sisi hidrologis, karena curah
hujan yang tinggi terjadi di wilayah ini, dan menjadi lebih penting karena air
sebagai bahan baku untuk kawasan di bawahnya. Untuk Owa jawa, kawasan pegunungan selatan di
Pekalongan ini memiliki kesesuaian yang tinggi sebagai habitat Owa Jawa (<a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/457/1/012014" target="_blank">Widyastutiet al, 2020</a>), yang di huni kurang lebih 800-1000 individu ( <a href="https://smujo.id/biodiv/article/view/208" target="_blank">Setiawan et al, 2012</a>).</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Salah satu bentuk kontribusi SwaraOwa sebagai anggota forum
Kolaborasi pengelolaan hutan Petungkriyono yang di inisiasi tahun 2018 dan
mendapatkan SK Gubernur Provinsi Jawa Tengah adalah melakukan monitoring
keanekargaman hayati<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di wilayah Hutan
Petungkriyono dan di Kecamatan disekitarnya yang masih dalam satu landscape hutan
pegununungan selatan Pekalongan.<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguo_DyJ2Uxv8ulzo5LaeGOaoewC3-2PrhCyW5Ya7tUnEgwcmr0Toph2qjTwoq3yYvkWFC7oujTqdv3Xs_Tb9NlRakG5-KGutHO1JRVORq2i6DCtONZcXGGBJsMBUHBSDBmcmKHM7H41nQFYpmQ-1HFoyO8k0aYh1wjrlfY1p-4SQUHDJKVnb9BclEm/s4608/PPM-Mendolo_pitta.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="430" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguo_DyJ2Uxv8ulzo5LaeGOaoewC3-2PrhCyW5Ya7tUnEgwcmr0Toph2qjTwoq3yYvkWFC7oujTqdv3Xs_Tb9NlRakG5-KGutHO1JRVORq2i6DCtONZcXGGBJsMBUHBSDBmcmKHM7H41nQFYpmQ-1HFoyO8k0aYh1wjrlfY1p-4SQUHDJKVnb9BclEm/w573-h430/PPM-Mendolo_pitta.JPG" width="573" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Paok pancawarna (<i>Hydrornis guajana</i>) foto doc. PPM Mendolo</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoNormal">Kegitan monitoring satwa liar kami bersama masyarakat adalah
pencarian burung <a href="https://swaraowa.blogspot.com/2022/06/gerakan-sains-warga-dalam-pencarian.html" target="_blank">Raja-udang kalung-biru di DAS Sengkarang</a>.<b> </b>Kegiatan
selanjutnya pada pertengahan Januari
hingga pertengahan maret tahun 2023, kami melakukan pendataan 5 taksa dengan Paguyuban Petani Mendolo di Desa Mendolo, Kecamatan Lebakbarang, Indonesian Dragonfly Society (IDS) dan Biolaska UIN Sunan
Kalijaga. Hasil sementara dari survei tersebut adalah
<b>131 jenis Kupu-kupu</b>, <b>27 jenis capung</b>, <b>65 jenis Anggrek, 36 spesies herpetofauna
dan 97 spesies burung telah teridentifikasi</b>. </p><p class="MsoNormal">Lebih lanjut lagi, 112 jenis burung telah
teridentifikasi oleh PPM Mendolo. Data ini diperoleh secara mandiri <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan melakukan survey hutan sejak akhir
Agustus 2021 hingga bulan Februari 2023 dengan pengamatan rutin yang dilakukan oleh
anggotannya. Tidak hanya data pengamatan, lebih dari 50 spesies burung dan 5
jenis primata jawa juga telah terdokumentasi dengan baik. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kami juga melibatkan instansi pemerintahan dalam monitoring populasi
Owa Jawa di hutan Sokokembang, di Kecamatan Petungkriyono. Pada tanggal 11-14
Februari 2023 bersama dengan BKSDA Jawa Tengah, CDK Wilayah 4, dan Perhutani KPH Pekalongan Timur kami melakukan pemantauan populasi Owa Jawa.<o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2zvs1IUYe3CK3SxSutmKKRA7FipQGsqTuttGniiPC4kmljP6YL3yKEvR7SPRztLxxKNfAJw484V2-_qm2eM-2SA9L_NLfG25ywbi1inaN9afJgg1r4gULvo46tiEeGkxJIEmH7TogtcjA-MGja01VqMevgb03EJEcG53xX_0nL5xV_RSY08b712sA/s4303/2023_0206_051027_001-002.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3010" data-original-width="4303" height="391" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2zvs1IUYe3CK3SxSutmKKRA7FipQGsqTuttGniiPC4kmljP6YL3yKEvR7SPRztLxxKNfAJw484V2-_qm2eM-2SA9L_NLfG25ywbi1inaN9afJgg1r4gULvo46tiEeGkxJIEmH7TogtcjA-MGja01VqMevgb03EJEcG53xX_0nL5xV_RSY08b712sA/w558-h391/2023_0206_051027_001-002.JPG" width="558" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Macan tutul hitam/Kumbang ( <i>Panthera pardus melas</i>)</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8V5amyiLwb-O8kjJcRBiRNCqTUsN_Cv9l0k3K8L7iZPlyZ-jtPTRUzcM21l0VnC1yFfnCSfo1atnHakX-nI0dQgkmHZkbYJaRKkl_seE6np1tC7E5Ekk969MtcnTNo1bObggU01Z_7bGIfaWw6V_jQmlb8DPEZpwvTp7Fh2XdFgeWTYhDdbEm0nHk/s4397/2023_0214_073512_002-001.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3143" data-original-width="4397" height="407" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8V5amyiLwb-O8kjJcRBiRNCqTUsN_Cv9l0k3K8L7iZPlyZ-jtPTRUzcM21l0VnC1yFfnCSfo1atnHakX-nI0dQgkmHZkbYJaRKkl_seE6np1tC7E5Ekk969MtcnTNo1bObggU01Z_7bGIfaWw6V_jQmlb8DPEZpwvTp7Fh2XdFgeWTYhDdbEm0nHk/w569-h407/2023_0214_073512_002-001.JPG" width="569" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kijang (<i>Muntiacus muntjak</i>)</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwg0bR0B5c6X2dFUTPiShgH6FIkbfaB_tubh5ezxiMdZqgdjYiYkKWReOi3IwI5s36PL5-mfyvhnA-oMa95vQr2X1GyNXkJJL1r_1q3WEvTLBW7PgJvDf5ysxCuOE2cZ7ustAZFpO4l2O-5EX1zYYKaXve8G_vnw7F0hiZSD9AehLPNPDCFA_MUOcI/s5184/Kurnia%20Ahmadin%20install%20camera%20trap.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="5184" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwg0bR0B5c6X2dFUTPiShgH6FIkbfaB_tubh5ezxiMdZqgdjYiYkKWReOi3IwI5s36PL5-mfyvhnA-oMa95vQr2X1GyNXkJJL1r_1q3WEvTLBW7PgJvDf5ysxCuOE2cZ7ustAZFpO4l2O-5EX1zYYKaXve8G_vnw7F0hiZSD9AehLPNPDCFA_MUOcI/w580-h386/Kurnia%20Ahmadin%20install%20camera%20trap.JPG" width="580" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemasangan camera trap</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoNormal"><i>Penggunaan Camera Trap dan Perekam Suara Pasif</i></p>
<p class="MsoNormal">Perjumpaan dengan satwa liar secara langsung memiliki <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keterbatasan hanya ketika kita berada di
lapangan. Usaha kami dalam memperbaiki keterbatasan ini adalah dengan
pemasangan kamera jebak ( <i>Camera trap</i>) <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan alat rekam suara yang keduanya merupakan
alat monitoring dan penelitian yang pengamabilan datanya dilakukan secara otomatis
dan alat-alat tersebut di letakkan di tinggal di hutan selama beberapa waktu. Kegiatan
monitoring ini mendapat dukungan dari <a href="https://www.mandainature.org/en/home.html" target="_blank">Mandai Nature</a> dan <a href="https://chancesfornature.org/" target="_blank">Chance for Nature</a>
sebagai mitra donor dari Swaraowa, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>selama periode 7 bulan ini <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sejak bulan September 2023 telah terpasang 14
titik kamera trap dan 12 titik perekam suara pasif di hutan Sokokembang dan Mendolo.
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Selama periode ini, kedua jenis alat tersebut kami pasang
selama 10 hingga 36 hari sebagai perwakilan data pada bulan basah. Hasil dari
perekam suara dan kamera trap yang telah terpasang menjadi update keberadaan
satwa yang ada di hutan Mendolo dan Sokokembang.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hasil sementara dari kamera trap yang telah
terpasang adalah perjumpaan dengan Macan Kumbang <i>Pantera pardus</i>, kijang
muncak <i>Muntiacus muntjak</i> dan babi hutan.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Sementara hasil dari alat perekam suara pasif menunjukkan spesies Owa
Jawa masih terdengar dengan baik pada ketinggian di atas 1000 mpdl di sisa
hutan yang ada di kecamatan Lebakbarang. Perjumpaan dengan satwa-satwa tersebut
semakin menegaskan bahwa hutan di kabupaten Pekalongan merupakan habitat bagi
jenis-jenis mamalia besar. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><o:p> </o:p><b>Ancaman Satwa Liar di hutan Petungkriyono dan Lebakbarang</b></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><i>Perburuan burung</i>.</p><p class="MsoNormal">Selama pemasangan kamera dan pengamatan langsung di hutan, masih
di jumpai sisa-sisa jejak dari pemburu burung. Berkurangnya jumlah burung tentu
akan mengurangi keseimbangan fungsi hutan karena berkurangnya komponen
penyusunnya. Hampir semua burung pemakan serangga menjadi incaran pemburu karena suara yang menarik. Hal
ini bisa saja menjadi pemicu semakin banyaknya serangga hama. Lebih buruk lagi
serangan serangga menjadi bencana ekologis yang merugikan manusia karena
populasi tidak terkontrol akibat hilangnya pemangsa. <o:p></o:p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCEnb75qfj-pu9DRAnEhYZIxbJYYjqVPyuDhJfYQr8A_cpZy1o1_m6LIVPQE4EysHRr1FX9rT3x4GPYSYknVWw8JlVbt0tWGwQ-iX-sqxquhnVtApz8rlMFzps7xJyblWjpUhTUKZXOQbKBJYEBbCB9y0jWIbuyMhpuReGYBgnPzY-CGoAl1yC8XvQ/s1280/WhatsApp%20Image%202023-01-17%20at%2010.06.17%20AM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCEnb75qfj-pu9DRAnEhYZIxbJYYjqVPyuDhJfYQr8A_cpZy1o1_m6LIVPQE4EysHRr1FX9rT3x4GPYSYknVWw8JlVbt0tWGwQ-iX-sqxquhnVtApz8rlMFzps7xJyblWjpUhTUKZXOQbKBJYEBbCB9y0jWIbuyMhpuReGYBgnPzY-CGoAl1yC8XvQ/w480-h640/WhatsApp%20Image%202023-01-17%20at%2010.06.17%20AM.jpeg" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Penurunan jaring burung (foto doc. Perhutani KPH Pekalongan Timur)</td></tr></tbody></table><br /><p class="MsoNormal"><i>Perburuan Babi hutan dan Monyet ekor panjang</i></p><p class="MsoNormal">Meskipun tidak banyak namun ada masyarakat yang masih
berpikiran bahwa monyet ekor panjang dan babi hutan adalah hama yang boleh
dibunuh. Hal ini bisa saja menjadi ancaman besar jika terjadi perburuan secara
masif. Besar harapan kami supaya perburuan satwa ini dapat di kendalikan , karena dapat memicu konflik dengan predator yang lebih besar akibat hilangnya pakan
mereka, yaitu ketidak seimbangan rantai makanan di alam. Keberadaan komunitas berburu yang melakukan perburuan tanpa pertimbangan ekologis bisa memperparah konflik antara manusia dan satwaliar di hutan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><b>Urgensi Forum Kolaboratif Pengelolaan Hutan</b></p>
<p class="MsoNormal">Dampak positif keberadaan forum kolaboratif <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pengelolaan hutan di Petungkriyono juga menjadi
media komunikasi antar pihak terkait terutama pembuat kebijakan diwilayah ini. Sebagai contoh beberapa waktu lalu ada laporan tentang Jaring hantu,
jaring yang di tinggal pemburu burung di hutan, karena di tinggal dan dalam
kondisi terbentang, banyak jenis burung dan mamalia terbang mati terjerat di
jaring ini. Laporan ke anggota forum langsung di respon dan menurunkan jaring
tersebut. <a href="https://radarpekalongan.id/warga-temukan-macan-kumbang-di-dapur/" target="_blank">Tanggal 25 Februari 2023, ada di temukan macan tutul terluka di kawasan hutan Kroyakan</a>,
laporan temuan ini juga langsung diresponse BKSDA dan Perhutani untuk
mengevakuasi macan tutul tersebut. Kegiatan monitoring ataupun patroli bersama ini harapannya dapat di laksanakan secara rutin, <o:p></o:p>laporan-laporan yang di jumpai dari hasil monitoring dan juga dalam rangka peningkatan kapasitas staff lapangan seharusnya dapat terus diperkuat dan di respon secara tepat untuk melestarikan keanekaraman hayati di wilayah penting ini</p>swaraowahttp://www.blogger.com/profile/06084590546266258855noreply@blogger.com0