Monday, October 30, 2017

Akustik primata : Kenali primata dari suaranya

Para sound recordist bilang kalau suara bisa menjelaskan ribuan gambar. Meskipun berupa gelombang suara yang tidak terlihat, namun ada cara atau metode untuk memvisualisasikan suara ini.
Suara-suara primata terutama dari jenis-jenis primata  adalah sangat khas, dan dari suara ini juga telah muncul penelitian-penelitian yang lebih dalam untuk melihat karakter individu.  Karena suara bisa menjadi finger print untuk masing masing individu. Suara juga digunakan untuk monitoring ekologi.

Perkembangan penelitian tentang suara untuk monitoring ekologi dan konservasi juga terus berkembang. Beberapa sumber di internet sangat membantu untuk referensi tentang sound recordist  atau hidupan liar.

Swaraowa telah mengawali kegiatan perekaman suara ini sejak tahun 2014,  ada 2 judul penelitian tentang suara owa telah selesai, dan beberapa data rekaman juga dapat di dengarkan melalui soundcloud. Kami mengajak anda untuk mengenal suara primata Indonesia di habitat aslinya.

Owa jawa (Hylobates moloch) di hutan Sokokembang


Ungko (Hylobates agilis) di Bukit Bulan,Sorulangun, Jambi

Bilou (Hylobates klosii) di Siberut



Owa tangan putih (Hylobates lar) di Aceh.




Meskipun tidak sering bersuara namun jenis-jenis monyet daun juga menarik, seperti

Joja (Presbytis potenziani), Siberut Mentawai

Thomas's Leaf Monkey (Presbytis thomasi), Aceh


Javan langur (Trachypithecus auratus)


Kami membuka kesempatan untuk berkolaborasi bagi anda peneliti atau pegiat konservasi, atau bahkan musisi untuk melakukan penelitian suara, atau berkolaborasi untuk kegiatan pelestarian alam yang terkait dengan suara-suara satwaliar dari habitat aslinya, silahkan emal di : swaraowa@gmail.com

Friday, October 20, 2017

Gibbon Watching, an alternative eco-tour in Java

Javan Silvery Gibbon 

This week our team receiving special guest who want to see wild primates in Sokokembang forest. The guest is coming from WorldWideWeb  to find us, and interested to watch gibbon in the wild. They found our website and contact us by email, soon we arrange dates for them to do primate watching.

From the email they introduce them self from Finland, and have been back packing to Southeast Asia and want to see some Indonesian wildlife, Komodo and Javan gibbon are their list priorities. Jussi and Outi both from Finland have done asking through the emails how to do primate watching in Sokokembang. In this trip we also give an introduction that this trip is a part of conservation activities in Central Java, to promote Javan gibbon (Hylobates moloch) as endangered and endemic primates. And the date come, on 11 October 2017 their visit our base in Yogyakarta, see our coffee house and drinking coffee from our shade grown habitat.
Javan gibbon habitat

Departing from Yogyakarta at afternoon, we head to Sokokembang ride our 4wd vehicle off course with many stops. Along the way chats inside the vehicle made us feel happy to know these guest. And we reach Sokokembang at 9 pm. Soon we reach Sokokembang we introduce to our Pa’e  Tasuri (Owa coffee house owner), and we ask him to guide tomorrow morning for primate watching.
Next morning, soon after coffee ritual about 6.30 we are ready to the field, boot and raincoat is provided, binocular also will help to see the primates. We have already give an introduction about primates in sokokembang, there are Javan gibbon (Hylobates moloch), Javan Langur (Trachypithecus auratus), Javan surili (Presbytis comata) and Longtailed macaques (Macaca fascicularis).
Pa'e Tasuri is guiding to watch the gibbon


There are primate watching route established in Sokokembang, using public road. From this road we can see the primates, however we have been monitor groups distribution along this route. Less than 1 hour walk first primate was detected is Javan langur. The langur is leaf eating monkeys and they living in 2-15 individuals in Sokokembang forest.  Then we are so lucky not so far from the langurs there were Gibbon hanging on the fruiting trees. The gibbon is lesser ape, doesn’t have  any tail and frugivore, their living pair with stable homerange. There are about 21 to 28 groups of gibbon found in Sokokembang forest.
meet and greet due to Javan gibbon
It was fun when we watching the gibbon, a local resident come to us and want to take photo with Jussi and Outi. We explain to the locals that these guests are wanted to see javan gibbon in the wild, far from their home, this is their motivation to visit the rainforest of Java.
drink shade grown help save the forest

Coffee-ing is another following activities, we introduce that our project is grass root level acvtivities,  to promote Javan gibbon also  to engage local community to preserve their natural resources, Owa coffee is sustainable products that meets ecology and economy problems in the Javan gibbon habitat, through this coffee we explain that shade grown coffee of Sokokembang is important for the gibbon habitat and source of income for people nearby the forest. Visiting shade grown coffee and see how the coffee is produced for local market in the Javan gibbon habitat are activities that we share to our special guest.

Thank you for your contribution Jussi and Outi.


PS: feel free, do email us at : swaraowa at gmail.com for further info about this gibbon watching trip.

Tuesday, October 17, 2017

Pelatihan metode survey primata, hutan Sokokembang.

Foto bersama seluruh Peserta 

Habitat Owa jawa , hutan Sokokembang minggu ini menerima tamu-tamu  istimewa, anak-anak muda yang begitu antusiast untuk datang, belajar, berbagi pengalaman dan berjejaring untuk pelestarian primata di habitat aslinya . Pelatihan metode survey primata yang ke-5, dilaksanakan tanggal 13-15 Oktober 2017.  Kegiatan yang menjadi agenda tahunan yang telah dilakukan sejak tahun 2013. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong munculnya peneliti primata atau pegiat konservasi  primata dari generasi muda, Meningkatkan kemampuan teknis dan pengetahuan tentang primata,  dan mendorong munculnya jejaring peneliti atau pegiat konservasi primata di wilayah habitat asli primata yang terancam punah.
acara bertempat di Pendopo Kopi Owa

Bertempat di rumah Kopi Owa di dusun Sokokembang, Kayupuring, Kecamatan Petungkriono , secara khusus 22 peserta di berbagai institusi mewakili organisasi mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, kelompok pecinta alam, dan perwakilan dari BKSDA dan Perhutani di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, hadir untuk mengkuti rangkaian acara Pelatihan Metode Survey Primata 2017.
Pengamatan langsung di hutan

Selama 3 hari peserta di kenalkan dengan dasar-dasar teknik survey primata, yang diperkenalkan oleh tim SwaraOwa, tidak hanya dasar teori tapi juga langsung praktek di lapangan. Ada dua metode dasar yang di perkenalkan untuk survey primata, yaitu line transect dan metode vocal count-triangulation yang khusus di gunakan untuk estimasi populasi Owa Jawa. Dasar teori di berikan di awal acara dan kemudian esok harinya di praktekkan secara langsung di lapangan, termasuk bagaimana menganalisis data yang di peroleh.
Metode line transect diterapkan untuk mengestimasi populasi  primata secara langsung, dengan menggunakan jalur-jalur monitoring yang telah di persiapkan. Metode suara atau vocal count-triangulasi diterapkan berdasar Listening post (LPS) yang juga telah di persiapkan.

Jalur transek yang telah disiapkan
peserta di bagi dalam kelompok kecil untuk data collecting

Dalam kegiatan ini juga turut kita undang 3 pembicara yang berbagi pengalaman tentang penelitian dan konservasi Primata di tempat lain. Rahayu Octaviani dari Pusat penelitian dan konservasi Owa jawa di Gunung Halimun Salak, berkisah tentang kegiatan penelitian perilaku dan upaya pelestarian Owa Jawa. Penelitian sejak tahun 2007 di wilayah hutan Citalahab memberikan gambaran yang jelas tentang perkembangan perilaku dan populasi Owa jawa.
Rahayu Octaviani presentasi tentang Owa Jawa di Citalahab

Pembicara kedua yang kita datangkan di acara pelatihan ini adalah Nur Aolia coordinator program rehabilitasi Orangutan Yayasan Jejak Pulang, Kalimantan Timur. Aolia memaparkan ancaman kepunahan orangutan akibat hilangnya hutan dan perburuan. Banyak orangutan kemudian di”manusiakan”. Kegiatan rehabilitiasi yang mencoba menghutankan kembali orangutan, menjadi pengalaman yang berbeda bagi peserta.
Aolia presentasi tentang Orangutan

Ada satu pembicara yang di undang di acara ini adalah Andie Ang dari Singapura yang menceritakan pengalamannya membangun upaya konservasi dan penelitian monyet daun singapura (Raffless banded langur)-Presbytis femoralis. Penelitian DNA  untuk pelestarian primata di Singapura menjadi contoh yang menarik untuk melestarikan primata dengan melibatkan teknologi dan ilmu pengetahuan modern.  Kegiatan citizen science  yang di inisiasi untuk warga singapura memberikan hasil positif untuk meningkatkan kesadaran konservasi untuk primata yang terancam punah di Singapura.
Andie Ang dengan Raffles Banded Langur

Acara ini terselenggara melalui kegiatan "Kopi dan Konservasi Primata 2017, atas kerjasama dengan Kelompok Studi dan Pemerhati Primata Fakultas Kehutanan UGM di dukung oleh SwaraOwa, Fortwayne children zoo, Ostrava Zoo, dan Wildlife reserve Singapore.