Thursday, July 21, 2016

Kisah Owa di Konservasi Asia

 Akhir bulan juni tanggal 29 Juni -2 July 2016, adalah kesempatan kami mempromosikan kegiatan pelestarian primata endemik jawa (Owa Jawa) di forum internasional. Kali ini pertemuan 2 tahunan para  peneliti dan pegiat konservasi di wilayah Asia (ATBC dan SCB), yang berlangsung di National University of Singapore (NUS). Silahkan berkunjung ke link ini untuk acara ini Conservation Asia Pertemuan ini mejadi salah satu favorit kita untuk bergabung dengan komunitas global dalam menyuarakan upaya pelestarian primata di Indonesia dan khususnya Owa jawa. Conservation Asia 2016, kali ini tercatat 500 delegasi dari 37 negara yang hadi terdaftar sebagai peserta symposium.

Betemu dengan pegiat primata dari berbagai negara

Setelah beraktifitas dengan kegiatan lapangan kemudian menceritakan ke orang lain dalam forum resmi dari berbagai negara adalah suatu motivasi tersendiri, dan menjadi kebanggaan tersendiri dapat berbagi pengalaman kegiatan lapangan dalam berkontribusi untuk kelestarian hidupan liar yang sudah terancam punah . Tidak hanya untuk Owa jawa, tapi secara langsung presentasi ini juga mengenalkan kegiatan “Kopi dan Konservasi Primata” dari habitat aslinya Petungkriyono Pekalongan, Jawa Tengah .

Presentasi berjudul “ What Does Coffee have to Do with gibbon” adalah rangkuman cerita lapangan sejak tahun 2007 kita mulai penelitian Owa jawa di Jawa Tengah hingga 3 tahun terakhir ini kita mendorong kegiatan ekonomi untuk tujuan konservasi melalui produk hasil hutan  : kopi, gula aren dan madu sebagai media untuk mengajak melestarikan primata endemik Jawa.

Presentasi "Kopi dan Konservasi Primata" foto Oleh : H.A.Wahyudi

Forum ini juga menjadi media belajar kita, untuk upaya kegiatan serupa dari kisah sukses di negara lain.Banyak peneliti-peneliti, pegiat dan pemerhati lingkungan hadir dan mempresentasikan hasil-hasil ataupun penelitian dan kegiatan konservasi yang sudah dan sedang mereka jalani. Pilihan diskusi dan tanya jawab langsung di permudah dengan paralel symposium yang mana kita bisa memilih sesuai bidang yang kita minati.

Acara Pembukaan symposium Conservation Asia 2016

Selain mengenalkan Owajawa acara ini juga menjadi bagian dari marketing strategi untuk pelestarian primata dengan menggerakkan ekonomi dari sekitar habitat primata itu sendiri, Kopi Owa yang telah dan sedang kita kembangkan sebagai sustainable product ikut menjadi bagian dari presentasi kita. Produk-produk ini adalah hasil kerjasama kita dengan warga sekitar habitat primata yang menjadi bagian dari pengembangan Proyek Kopi dan Konservasi Primata. Lebih jauh tentang acara ini dapat di baca di link ini dan abstract presentasi kita dapat di download disini.
Mengenalkan Owa Jawa melalui produk kopi dari habitat Owa Jawa.



Tuesday, July 19, 2016

Owa Jawa : Sinden Gunung Negeri Atas Awan (bagian 2)

di tulis oleh : Salmah Widyastuti
e-mail: salmah.w@mail.ugm.ac.id

 Ds.Tlogohendro

Pagi itu, 4 Juni 2016, pagi-pagi sekali kami ditemani salah satu warga habitat Owa,  berangkat menuju Desa Tlogohendro, Petungkriyono, untuk kembali melakukan survei populasi owa jawa di hutan Tlogohendro.  Survei lanjutan kali ini bertujuan untuk mengetahui jumlah rata-rata individu  owa jawa dalam satu kelompok atau group size, yang menghuni hutan negri di atas awan ini. Sebelum langsung terjun ke hutan, terlebih dahulu kami konfirmasi lokasi keberadaan kelompok-kelompok owa jawa lewat arah terdengarnya suara nyanyiannya. Namun hingga pukul 09.00 tak satu pun suara nyanyian sang sinden terdengar. Hal ini memang sering terjadi, karena nilai probabilitas owa bersuara yaitu di bawah satu, yaitu berkisar 0,85-1 (Brockleman and Ali, 1987). Artinya tidak setiap hari owa bersuara. Akhirnya kami langsung bergerak menuju hutan di sebelah utara Desa Tlogohendro berdasarkan data yang diperoleh pada survei beberapa bulan lalu. Melewati medan yang sulit, menaiki bukit, kemudian turun menyebrang sungai, dan kembali naik, berjalan perlahan menyusuri hutan dengan pepohonan menjulang kami berharap menjumpai kelompok owa jawa. Namun yang muncul hanya sepasang burung rangkong dari sarangnya di ketinggian pohon yang menjulang. Tak satu pun kelompok owa jawa yang menunjukan atraksinya pada kami di hari yang cerah itu.
Mencari kelompok Owa

Medan di hutan yang terletak di dataran tinggi ini memang berbeda dengan hutan lain yang berada di bawah 1000 mdpl yang terdapat di Petungkriyono. Kemungkinan butuh berhari-hari di dalam hutan Tlogohendro bila ingin menemukan kelompok owa jawa. Peluang untuk dapat berjumpa dengan kelompok owa jawa di hutan Tlogohendro ini kecil, karena besar populasi owa jawa di hutan dataran tinggi ini memang relatif rendah. Estimasi besar populasi owa jawa di hutan ini menggunakan metode vocal count yaitu 0,51 kelompok/km2 (radius efektif pendengaran= 0,7 km). Rendahnya populasi owa jawa di hutan ini dapat disebabkan karena letak hutan yang memasuki ketinggian diatas 1000 mdpl, dimana vegetasinya sudah tidak sebagus vegetasi di dataran rendah, keanekaragaman jenis penyusun vegetasinya mulai berkurang dan potensi sumber pakan bagi owa jawa juga berkurang.
Tetaplah terus bernyanyi menemani aktivitas warga Tlogohendro di pagi hari, dan mewarnai hutan negeri di atas awan .


Owa Jawa (Hylobates moloch)