Monday, October 24, 2016

Suara Owa dalam secangkir Kopi


Kurang lebih 4 tahun sudah kegiatan proyek “Kopi dan Konservasi Primata” berjalan, perjalanan yang tidak singkat dan ternyata banyak hal yang juga telah memberi pengalaman dan pelajaran berharga bagi upaya konservasi primata endemik di wilayah Jawa Tengah. Pelestarian primata yang kita arus utamakan dengan mengkombinasikan penguatan ekonomi  untuk menopang kegiatan konservasi di habitat primata terancam punah, menjadi tantangan yang serius dan sekaligus menyenangkan.

Permasalahan selalu ada dan kegiatan pelestarian primata juga mengalami dinamika yang kadang ada hal hal yang tidak bisa diatasi sendiri. Mengkomunikasikan bahasa konservasi menjadi lebih universal dan mudah diterima kadang terlalu cepat hingga substansi pesan pelestarian ini menjadi ”buzz word”, atau kata-kata marketing hijau yang memeberi dukungan kepada kegiatan yang menurunkan kualitas hutan sebagai habitat primata endemik dan fungsi sosial dan ekonominya.
kegiatan produksi kopi Owa
Namun demikian,semangat dari dalam hati membuat kita terus melalui semua hal dengan senang, menambah jaringan teman, dan memulai hal yang baru menjadi motivasi lain, menaikan hormon dopamine ketika berkaitan dengan kopi dan konservasi primata. Beberapa kunjungan internasional menjadi corong kepada dunia luar bahwa kita juga tidak diam terhadap kepunahan-kepunahan dan kerusakan yang terjadi. 

bahasa bukan kendala lagi kalau membicarakan primata dan kopi
Sejak bulan Agustus hingga Oktober ini, kegiatan kita " kopi dan konservasi" mendapat tamu-tamu istimewa,yang tertarik untuk melihat langsung kegiatan ini. Kunjungan dari  director proyek pelestarian kukang (LFP) menjadi semangat bagi tim bahwa kita tidak sendirian menahan laju kepunahan primata jawa, Profesor Anna Nekaris, dari Oxford Brookes University, secara langsung menuliskan pesan dan kesan nya ketika berkunjung ke Sokokembang dan mengujungi markas SwaraOwa di Yogyakarta.


Ada juga kunjungan dari Secretariat land care Australia,membuat kita semakin percaya diri bahwa kopi dan produk hutan lainnya juga dapat menjadi satu-kesatuan cerita yang saling menguatkan untuk pelestarian primata dan hutan sebagai habitatnya.
Victoria Mack dari Secretariat for International Landcare Inc

Yang lebih sepesial lagi, adalah kunjungan 23 peserta pelatihan primata di Sokokembang, yang menjadi agenda tahunan proyek ini, teman baru yang mungkin di antaranya akan meneruskan upaya-upaya pelestarian serupa di  tempat lain atau di lain waktu.
Teman baru pegiat konservasi primata peserta pelatihan metode survey primata 2016 
produk-produk hasil hutan untuk konservasi
Produk-produk konservasi yang terinspirasi dari kegiatan ini telah dan sedang di kelola dan di pasarkan kepada masyarakat luas, kopi, madu dan gula aren menjadi media kita untuk menyuarakan pelestarian Owajawa dan hutan sebagai habitatnya. Penjualan -penjualan yang kita lakukan menghasilkan dana konservasi yang sustainable meskipun dalam jumlah yang masih relative kecil, namun penting untuk menyokong kegiatan selanjutnya dan juga memperluas target wilayah perlestarian primata dan semua fungsi penting hutan.  Bagi anda yang ingin berkontribusi terhadap produk-produk  dan aktif menyuarakan upaya pelestarian ini bisa langsung berkomunikasi dengan lewat media sosial kami di FB, twitter, IG @swaraOwa dan email : sokokembang.channel@gmail.com, atau melalui Buka Lapak. Terimakasih, Salam Owa!!

Thursday, October 20, 2016

Pelatihan Bagi Calon Peneliti Primata

Oleh Bagas Adhi Kumoro (kumorobagas@yahoo.co.id)
Anggota KP3 Primata Fakultas Kehutanan UGM

Pelatihan Metode Survey Primata merupakan acara tahunan yang dilaksanakan oleh Coffee and Primate Conservation Project di wilayah sebaran primata endemik di wilayah Jawa Tengah ,bekerjasama dengan KP3 Primata Forestation UGM yang ditujukan bagi calon peneliti muda khususnya peneliti primata, dan membagun jaringan pegiat dan pelestari primata pada umumnya. Sebagai seorang mahasiswa yang tertarik akan kehidupan primata. Pelatihan ini diselenggarakan pada tanggal 7 – 9 Oktober 2016 di Dusun Sokokembang, Desa Kayupuring, Petungkriyono, Pekalongan. Peserta yang hadir pada pelatihan ini berasal dari berbagai daerah, daerah terdekat berasal dari Pekalongan sendiri, ada juga yang dari Jakarta, Yogjakarta, Semarang, Purwokerto, dan yang terjauh berasal dari Pulau Siberut, Mentawai. Peserta mewakili beberapa kelompok studi di Universitas, Pecinta Alam, Staff Perhutani KPH Pekalongan Timur dan anggota LMDH di Kabupaten Pekalongan.

Materi pertama dimulai pukul 20.00 tanggal 7 Oktober 2016 dengan pokok bahasan line transect yang diberikan oleh Mas Wawan dari SwaraOwa Pada materi pertama ini disambut sangat antusias oleh peserta. Antusias peserta dibuktikan dari banyaknya pertanyaan kritis yang diajukan, diskusi pun banyak terjadi dalam ruang materi. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00, diskusi harus dihentikan karena memasuki waktu istirahat. Pelaksanaan esok hari 8 Oktober 2016 akan banyak berada di lapangan dan itu akan menyita tenaga sehingga dibutuhkan waktu istirahat yang cukup.

Pengenalan metode survey primata line transect dan vocal count-triangulasi

Pagi itu pukul 6 matahari sudah menampakkan sinar tetapi ada suasana yang berbeda dari biasanya. Suasana pagi 8 Oktober 2016 lebih sunyi dari pagi-pagi biasanya. Kekhasan perilaku bersuara owa jawa yang dikenal sebagai morning call tidak terdengar pagi itu, padahal biasanya suara owa sudah mulai terdengar sejak pukul 5. Mbak Maida yang dulu pernah melakukan penelitian tentang karakteristik suara owa jawa menduga pagi itu owa belum bersuara karena semalaman hujan.

Suara owa yang belum terdengar tidak mematahkan semangat kami untuk menuju ke lapangan dan mempraktikan materi semalam. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok untuk menuju ke lokasi yang telah ditentukan untuk mempraktekan metode line transect. Saat perjalanan menuju lokasi, suara owa jawa mulai terdengar. Dari praktek metode line transect yang dilakukan, mendapatkan hasil owa jawa, monyet ekor panjang, dan lutung jawa.
peserta menerapkan langsung di lapangan metode survey primata
Setelah mencoba metode line transect pelatihan dilanjutkan dengan menganalisis hasil. Analisis hasil ini merupakan akhir dari materi pertama, kegiatan selanjutnya dilanjutkan dengan materi mengenai vocal count yang diberikan oleh Mbak Salma (mahasiswa Biologi UGM yang pernah melakukan penelitian menghitung populasi owa jawa menggunakan metode vocal count) dan Mbak Maida (mahasiswa Biologi UNJ yang pernah melakukan penelitian tentang karakteristik suara owa jawa). Metode vocal count adalah metode penaksiran populasi berdasarkan suara satwa, metode ini cocok dilakukan untuk menghitung populasi satwa yang memiliki perilaku bersuara. Mbak Maida mengatakan bahwa tiap individu owa jawa memiliki karakteristik suara yang berbeda sehingga tiap kelompok dapat diidentifikasi tanpa melihat secara langsung. Materi vocal count  dipraktekan di lapangan pagi tanggal  9 Oktober 2016.
Analisis data setelah dari lapangan 
Sekitar pukul 5 sore kegiatan dilanjutkan dengan sharing penelitian mengenai rekrekan (Presbytis comata) di sekitar lereng Gunung Merbabu oleh Mbak Kasih Putri. Sharing ini berkaitan dengan primata yang berada di hutan sekitar Dusun Sokokembang, primata yang ada yaitu owa jawa, rekrekan, lutung jawa, monyet ekor panjang, dan kukang jawa. Mbak Kasih Putri mengatakan bahwa rekrekan di sekitar lereng Gunung Merbabu belum banyak diteliti.
Materi ketiga dilaksanakan malam hari bersama dengan Mbak Winar dari KukangID tentang metode pengamatan satwa nokturnal, khususnya kukang jawa. Mbak Winar menjelaskan bahwa mata satwa nokturnal akan memantulkan cahaya lampu sehingga memberikan pantulan warna yang berbeda-beda tiap satwa. Malam itu memang terasa melelahkan karena pagi tadi telah melakukan perjalanan yang cukup lama tetapi ketika peserta diajak untuk mempraktekan metode ini menjadi bersemangat kembali. Setelah pengamatan diakhiri dengan melaporkan satwa nokturnal apa saja yang ditemukan. Materi ketiga ini menjadi penutup pelatihan metode survey primata hari kedua.
Owajawa yang teramati ketika pelatihan 
Hari ketiga 9 Oktober 2016 saatnya peserta mempraktekan metode vocal count. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok dan menuju ke lokasi masing-masing sejak pukul 6 pagi.  Peserta berusaha tiba di lokasi sebelum owa jawa melakukan morning call. Syarat pemilihan lokasi untuk mendengarkan suara yaitu jauh dari gangguan suara lain seperti suara sungai dan kendaraan agar suara owa terdengar jelas. Selama perjalanan menuju ke lokasi yang jauh dari gangguan suara, owa jawa sudah mulai bersuara, pagi ini suara owa lebih banyak terdengar dibandingkan hari sebelumnya. Sesampainya di lokasi yang perlu dilakukan hanya fokus mendengarkan suara owa jawa kemudian memperkirakan arah datangnya suara owa dan jarak owa yang bersuara serta berkoordinasi dengan kelompok lain apakah mendengar suara yang sama. Metode ini dipraktekan sampai pukul 9.
Setelah mempraktekan metode di lapangan langkah selanjutnya menganalisis data yang telah didapatkan, analisis data ini dipandu oleh Mas Wawan dan Mbak Salma. Analisis dilakukan dengan menggabungkan semua data arah owa jawa bersuara dari 3 lokasi pengamatan berbeda dan dicari titik perpotongannya. Titik perpotongan itu diasumsikan sebagai lokasi owa jawa yang bersuara. Analisis data vocal count menjadi acara penutup kegiatan Pelatihan Metode Survey Primata. Waktu yang cukup padat untuk mempelajari 3 metode survey primata. Ucapan terimakasih untuk semua pihak yang terlibat, warga Sokokembang, LMDH desa Kayupuring, para sponsor Fortwayne Children’s Zoo, Ostrava Zoo, Wildlife Reserve Singapore , kopi Owa Sokokembang dan SwaraOwa.
Foto bersama seluruh peserta