Tuesday, October 27, 2015

Pelatihan Metode survey Primata : Jalur khusus melestarikan Primata Indonesia

Di tulis oleh : 
Novia Rachmawati  (email : srikandinovia@gmail.com) dan Tungga Dewi H.P (tdhp25@gmail.com)
Peserta Pelatihan Survey Primata 2015

Perkenalkan kami Novia dan Tungga. Kali ini kami di berikesempatan untuk menulis di blog SwaraOwa, dan berkontribusi dalam kegiatan “Coffee and Primate Conservation Project 2015”-(CPCP 2015).  
Kuranglebih bulan Mei 2015, dari CPCP mengontak kami sebagai kelompok studi primata yang aktif di Fakultas Kehutanan UGM, untuk belajar bersama tentang primata Indonesia khususnya Owa Jawa, dan  menceritakan bahwa ada kegiatan tahunan yang tahun ini akan di lakukan terkait proyek konservasi owa di Jawa Tengah. Kami dan teman-teman menyambut baik ide ini dan akhirnya bersama teman-teman di KP3 Primata berdiskusi panjang tentang teknis pelaksanaan kegiatan ini.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk melestarikan habitat Owa Jawa yang ada di bagian barat Pegunungan Dieng hususnya yang masuk di wilayah Kabupaten Pekalongan, Kecamatan Petungkriyono melalui penelitian, dan keterlibatan komunitas lokal. Kami akan mendorong peneliti-peneliti muda dan pegiat konservasi melalui pelatihan dan praktek lapangan. Diharapkan, kegiatan ini dapat mendorong munculnya peneliti-peneliti muda di wilayah habitat primata dan sekaligus membangun jaringan pegiat pelestari primata di Indonesia pada umumnya.
Kegiatan pelatihan metode survey primata dilaksanakan pada tanggal 14-16 September 2015 yang diikuti oleh 23 peserta. Peserta yang datang berasal dari UNS, UNY, UGM, AMIKOM Purwokerto, UNNAS, UNSOED, IAR, BKSDA dan Perhutani. Pembicara yang datang berasal dari IAR (mbak Winar), dari PERHAPPI  (Mbak Ike). Mayoritas peserta berasal dari Fakultas Biologi. Para peserta dan panitia menginap di rumah Pak Tasuri, dusun Sokokembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono
hutan habitat Primata di Sokokembang
 Kegiatan pada hari pertama dimulai pada malam hari dengan pematerian tentang metode line transect dan pengamatan satwa nocturnal. Keesokan harinya, peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk mempraktikkan metode line transect. Saat sore hari, data yang telah di dapat oleh para peserta di analisis yang dipandu langsung oleh mas wawan. Selain analisis data juga dilakukan evaluasi mengenai kegiatan pengamatan line transect. Tiap kelompok menceritakan hasil dari pengamatan dengan metode line transect dan dilanjutkan dengan pemberian materi dari Mbak Ike. Setelah Ishoma dilanjutkan dengan pemberian materi vocal count oleh Mas Wawan lalu dilanjutkan dengan pengamatan satwa nocturnal disekitar jalan Desa Sokokembang.

praktek pengambilan data Linetransect

Vocal count digunakan untuk mengetahui jumlah kelompok Owa Jawa yang ada di Hutan Lindung Petungkriyono. Pengambilan data vocal count harus dilakukan pagi-pagi yaitu pada pukul 5-9 pagi saja, karena Owa Jawa paling aktif bersuara pada waktu tersebut. Semua peserta dan pemateri ikut mengamati Owa Jawa dan dipandu oleh Mbak Maida ( Mahasiswa UNJ yang sedang mengambil data skripsi tentang perbedaan suara tiap kelompok Owa Jawa), mbak Lia yang dulu juga mengambil data skripsi owa jawa dengan metode vocal count.
Setelah pengambilan data, semua peserta dan pemateri kembali ke rumah Pak Tasuri untuk sarapan dan packing. Setelah sarapan, dilakukan analisis dan evaluasi mengenai pengamatan Owa Jawa dengan metode Vocal count. Pada pukul 12.00 WIB dilakukan penutupan acara dan setelah itu semua peserta diantarkan pulang oleh panitia.
group diskusi, analisis data line transect

Banyak hal yang berkesan selama mengikuti acara ini, mulai dari perjalanan menuju petungkriyono yang cukup panjang, bertemu teman-teman dari berbagai universitas, berbagi cerita tentang kegiatan apa saja yang ada di fakultas mereka, ingin skripsi dengan tema apa dan kebersamaan selama acara berlangsung, menikmati hidup tanpa adanya listrik dan susahnya mencari sinyal serta melihat kondisi ekosistem hutan lindung yang masih sangat bagus. Banyak ilmu yang kami dapat dari acara ini, mulai dari metode apa saja yang digunakan untuk pengamatan satwa khususnya primata, pengalaman para peserta dan pemateri  dan juga cara membuat kopi yang enak.
nyeduh kopi Owa menjadi acara tambahan

Oh ya, kegiatan ini selain jadi agenda tahunan pelestarian Owa Jawa di Jawa Tengah, juga telah di dukung oleh beberapa lembaga konservasi internasional, diantarana Fortwayne Children's Zoo, Wildlife Reserve Singapore dan Ostrava Zoo. Terimakasih untuk semua yang telah terlibat.

Sunday, October 25, 2015

Owa si Penyanyi Rimba (bagian 2)


oleh : Maida @meeda_yameda


Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu primata endemik Jawa yang menggunakan sinyal suara sebagai penanda daerah kekuasaannya (teritorial). Sinyal suara yang berupa “nyanyian” dikeluarkan setiap pagi oleh betina dewasa Owa jawa yang berperan sebagai perwakilan kelompok. Dalam hal ini, Jantan dewasa Owa jawa tidak ikut berkontribusi, sehingga tidak terjadi duet call seperti halnya pada jenis gibbon yang lainnya. Jantan dewasa Owa jawa akan menjadi perwakilan kelompok jika terjadi konflik batas wilayah atau gangguan yang lainnya dengan melakukan tindakan agresif. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengurangi jumlah energi yang dikeluarkan oleh kelompok dalam mempertahankan teritorialnya.

Sinyal komunikasi tersebut digunakan oleh penerima (individu atau kelompok lain) untuk mengklasifikasikan pengirim sebagai satu anggota atau dari kelas lain (Beecher, 1991 dalam Bee et.al., 2001). Hal tersebut dikarenakan hewan dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengenali dan membedakan individu sejenis dan lainnya pada berbagai tingkat organisasi sosial (Colgan, 1983 dalam Bee et.al., 2001). Sehingga dapat diperkirakan akan ada perbedaan nyanyian pada setiap betina dewasa Owa jawa. Nyanyian tersebut terdiri dari beberapa rangkaian yaitu wa-notes, introduction note, dan great call (pre-trill phase, trill, termination phase). Adanya variasi variabel vokalisasi seperti frekuensi, durasi, jumlah note pada struktur vokalisasi yang membentuk nyanyian tersebut, kemungkinan digunakan oleh betina dewasa Owa jawa sebagai suatu identitas individu.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Listening post (LPS), ini bertujuan agar dalam sehari bisa mendapatkan suara Owa jawa dari beberapa Individu. Suara Owa jawa dapat terdengar hingga radius1500m. Suara yang direkam yaitu suara yang terdengar hingga Listening Post dan baik untuk direkam, dalam rentang jarak 300-700m dari posisi Owa bersuara. Jarak tersebut tidak terlalu mempengaruhi frekuensi akan tetapi mempengaruhi tebal tipisnya note. Tebal tipisnya note ditentukan berdasarkan energi yang terkumpul. Sehingga, note akan terlihat samar jika kita rekam nyanyian Owa yang jaraknya cukup jauh. Proses pengolahan data masih berlangsung, untuk membuktikan secara statistik bahwa terdapat variasi struktur vokalisasi pada setiap individu Owa jawa.


Sonogram female song bout 2 betina dewasa Owa jawa


Saturday, October 10, 2015

Gibbon school day, saatnya Owa pergi ke Sekolah

Salah satu slide materi Gibbon School day

Mengarusutamakan, pelestarian Owa jawa dan habitatnya sudah seharusnya terus dilakukan. Bisa dilakukan dengan kampanye pelestarian, penelitian ataupun pemberdayaan masyarakat sekitar hutan habitat Owa.  Bulan September 2015, kegiatan penyebar luasan informasi tentang pelestarian hutan dan Owa jawa telah kami lakukan dengan menargetkan peserta dari kalangan pendidikan tingkat menengah, SMA, SMK di wilayah kabupaten Pekalongan. Kegiatan ini dalam rangkaian acara tahunan kami di habitat owa yaitu Gibbon schoodays. Dengan melibatkan pegiat pendidikan menengah di harapkan Owa jawa juga semakin dikenal dan di cintai oleh warga sekitar habitat sendiri, yaitu kalangan generasi muda anak-anak usia sekolah.

Tanggal  7 September 2015, bersama dengan perhutani Sakawanabakti Kabupaten Pekalongan, sekaligus acara perkemahan penggalang tingkat SMA dan SMK (Raida/Raimuna Jawa Tengah) kami menyampaikan presentasi di hadapan peserta jambore ini. Bertempat di balai kerja Perhutani di Kecamatan Kesesi, di hadapan kuranglebih 50 peserta terpilih dari SMA dan SMK di wilayah propinsi Jawa Tengah, penyampaian informasi tetenang Owajawa ini menjadi salah satu rangkaian acara jambore. Bangga juga dengan kegiatan jambore ini ternyata maskot acara ini adalah Owajawa, yang memang saat ini masih terdapat di wilayah Jawa Tengah khsusunya di kabupaten Pekalongan

Presentasi tentang Owajawa untuk peserta Jambore Pramuka


Tanggal  19 September 2015, basecamp penelitian di dusun Sokokembang kedatangan tamu guru-guru mata pelajaran biologi di tingkat kabupaten pekalongan (MGMP SMA/SMK Biologi), kedatangan guru-guru ini adalah untuk mengenal lebih jauh owajawa dan habitatnya di wilayah hutan Petungkriyono. 25 peserta yang terdiri guru-guru mata pelajaran biologi ini kami ajak langsung untuk pengamatan primata (Primate Watching) di hutan Sokokembang melihat langsung primata endemik Jawa yang ada di wilayah hutan Pekalongan. Pengenalan dan diskusi lebih jauh tentang kegiatan pelestarian Owajawa ini juga di lakukan di dalam ruang, untuk presentasi tentang primata-primata di wilayah kabupaten Pekalongan dan kegiatan pelestariannya. Presentasi yang di bawakan oleh salah satu tim SwaraOwa ini selanjutnya juga di bagikan kepada guru-guru untuk selanjutnya di informasikan kepada anak didikdi sekolah masing-masing.

Pengamatan Primata (Primate Watching


Salah satu kesimpulan dari kegiatan ini adalah, antusiasme guru-guru mata Pelajaran Biologi ini sehingga akan mengadakan acara ini lebih formal untuk peserta didik mereka. Harapannya semoga satwa-satwa langka yang ada di wilayah Kabupaten Pekalongan juga semakin di cintai  oleh warga dan mengajak masyarakat umum untuk menghargai hutan, habitat alami sebagai salah satu kekayaan ilmu pengetahuan yang tak ternilai.
Materi dalam ruang, dan diskusi tentang pelestarian Owa Jawa