Thursday, August 30, 2018

Kongress Primata Dunia ke 27 : membawa suara Owa Indonesia di Afrika




Acara 2 tahunan, Kongress Primata Dunia-International Primatological Society yang ke-27,  sebagai tuan rumah adalah GRASP-UNEP,Afrikan Wildlife Foundation, Colobus Conservation, Institute for Primate Research, yang menggunakan tempat kantor PBB UNEP, Nairobi Kenya, tanggal 19-25 Agustus 2018 . Menurut laporan panitia tercatat lebih dari 800 peserta terdaftar di kongress ini mewakili  dari 63 Negara.  

Resepsi pembukaan pada tanggal 19 Agustus 2018, sore hari dengan makan malam, dan paginya tanggal 20 Agustus di buka secara resmi oleh oleh Oleh presiden IPS Karen Strier dan GRASP-UNEP Johanes Refisch, memberikan sambutan bahwah penelitian dan konservasi primata ini di seluruh dunia telah berkontribusi untuk pembangunan di masing-masing negara habitat primata, karena banyak program-program yang terkait primata juga menjadi bagian pembangunan dari setiap negara. Di awal acara juga di umumkan bahwa berdasarkan proposal penawaran negara-negara yang akan menjadi host kongress 4 tahun selanjutnya, dan ada 2 negara yang mengajukan proposal yakni Malaysia dan China, di tahun 2022. Dan keputusannya adalah Malaysia, menjadi tuan rumah, sementara tahun 2020 ini telah di putuskan di kongress 2 tahun seblumnya yaitu di Qito, Euquador.
Pembukaan acara Kongress

Setelah acara di buka, ada 9 paralel tema symposium yang di sediakan oleh panitia, berdasarkan abstract yang masuk. Dan masing-masing symposium ini ada ketua sesinya, yang mengatur presentasi-presentasi peserta dalam alokasi waktu 15 menit, ada 8-15 presentasi yang berbeda. Presentasi-presentasi inilah kesempatan peserta saling belajar,ber interaksi  tentang topik yang disampaikan. Kesempatan diskusi dan membangun inisiasi kolaborasi juga sangat terbuka. Selain juga disediakan poster sesi, presentasi poster yang di pasang di lokasi khusus untuk peserta lebih berinteraksi dengan penyaji atau peneliti.

Fotobersama peserta symposium Owa (Foto oleh Susan Cheyne-IUCN SSA)

Swaraowa, di acara ini membawakan presentasi oral tentang kegiatan konservasi Owa di Kepulauan Mentawai. Berjudul “Calling from the wild : Mentawai Gibbon Conservation Fieldwork” (baca abstract disini ) , bergabung dalam symposium di hari kelima, Kamis,  tanggal 23 Agustus 2018 berjudul “ The State of the Gibbon : Updates on Small Ape Conservation and Research”, sebagai ketua sesinya adalah Profesor Helen Chatterjee, dari Universitas Colleage London, dan DR.Susan Cheyne ketua IUCN Gibbon Specialist Group. Perwakilan dari sebaran jenis-jenis Owa di dunia ada di symposium ini, China, India, Thailand, Indonesia, Vietnam topik juga beragam dari penelitian perilaku, genetika, ekologi, dan konservasi. Di Simposium ini menjadi media untuk meluncurkan website IUCN Gibbon Specialist Group dan mensosialisasikan acara International Gibbon Day pada tanggal 24 Oktorber 2018. (bersambung).

Saturday, August 11, 2018

Kunjungan Fortwayne Children’s Zoo ke habitat Owa Jawa

Bulan Juli 2018, swaraowa kedatangan tamu special yang sudah sejak tahun 2010 mendukung kegiatan lapangan kita untuk melestarikan primata jawa, khususnya Owa jawa. Dr. Joe Smith dan Amber dari Fortwayne Children's Zoo, mewakili Kebun binatang yang berbasis di Indiana Amerika berkunjung untuk melihat langsung habitat  Owa Jawa.

kegiatan pengamatan primata

Kegiatan kunjungan ini di awali dengan mengunjungi swaraowa di Yogyakarta, melihat rumah produksi kopi owa, beramah tamah dengan tim dan juga sedikit berbagi update tentang kegiatan yang sudah berjalan hingga saat ini. Kami mengajak 2 tamu special ini ke habitat Owa di Sokokembang dan juga berkunjung ke Desa Tlogohendro, dan Mendolo di Kecamatan Lebakbarang.

Owa jawa terekam sedang istirahat

Primatewatching menjadi tujuan utama di Sokokembang, untuk melihat langsung primata-primata Jawa yang ada di hutan sekitar dusun Sokokembang. Meskipun tidak masuk kedalam hutan, pengamatan di jalur yang biasa kita gunakan untuk monitoring, kita sangat beruntung pagi itu melihat langsung ke-4 primata Jawa, kecuali si Kukang yang memang aktif malam hari.
Dusun Mendolo, kurang lebih 1 jam perjalanan dari Sokokembang ke kecamatan Lebakbarang, dan kegiatan kita disini sudah kita inisiasi kurang lebih 2 tahun,untuk pendampingan budidaya lebah klanceng dan juga pengolahan kopi hutan. Kami sempat melakukan night walk di jalan tengah hutan yang menghubungkan desa Mendolo dan Kutorembet, dan hasilnya kami melihat kucing hutan (Prionailurus bengalensis)  yang termasuk salah satu carnivor malam dan  juga kucing di lindungi yang berhabitat di hutan-hutan dataran rendah di Jawa.
mengenalkan berbagai macam karakter cita rasa kopi 

Cupping test, menjadi penutup rangkaian kunjungan ini, bersamaan dengan kegiatan panen raya kopi tahun ini, kami mencoba mengenalkan beberapa jenis kopi dengan beberapa proses pengolahan. Kopi-kopi ini bersal dari lokas-lokasi yang merupakan habitat primata Jawa, mulai dari Gunung Papandayan di Jawa Barat, Gunung slamet, Purbalingga, Pekalongan dan di bagian paling timur kita mendapatkan kopi dari Temanggung.  Beberapa daerah ini merupakan lokasi penting untuk pelestarian primata jawa, dan melihat potensi kopi saat ini, mengolahnya sebagai produk yang bekelanjutan tanpa merusak hutan menjadi tantangan untuk waktu-waktu mendatang, mengingat potensi terus meningkatnya konsumsi kopi.


foto bersama keluarga kopi owa di Sokokembang