Sunday, December 24, 2017

Tertangkap camera : perilaku Rekrekan, monyet langka endemik Jawa


2 individu Rekrekan (Presbytis comata) tertangkap jebakan camera

Jenis-jenis primata pemakan daun seperti Rekekan (Presbytis comata) atau Lutung ( Trachypithecu auratus), di laporkan telah menjadi hama bagi warga di sekitar hutan. Laporan-laporan ini kami coba telusuri bagaimana sebenarnya yang terjadi. Dan beberapa pengamatan di sekitar dusun Sokokembang juga melihat langsung bagaimana Rekrekan ini juga berada di sekitar perkebunan warga, entah itu mencari makan atapun sekedar lewat saja.
Rekrekan (Presbytis comata) tertangkap  camera di pohon Dadap 

Kami mencoba mendalami laporan-laporan ini, di sekitar hutan-hutan di Jawa Tengah, yang masih ada di jumpai Rekrekan, dan tentu saja dengan bukti-bukti yang sangat jelas akan memperkuat analisis bagaimana selanjutnya penanganan konflik primata dengan manusia ini. Ini masih merupakan studi awal di habitat asli Rekrekan di dusun Sokokembang, Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, mencoba mendokumentasikan konflik antara manusia dan primata, dan kami menggunakan metode  camera trap untuk melihat langsung bagamana Rekrekan ini menginvasi tanaman perkebunan warga yang berada di sekitar hutan.

Kami telah mendapatkan 2 dokumentasi camera trap untuk Rekrekan yang mengivasi lahan milik warga, yang pertama  di tahun 2015, kami memasang camera trap di canopy pohon, kurang lebih 4 meter di atas tanah, dan daun dadap  (Erithrina variegata )inilah yang menjadi incaran Rekrekan, karena terdapat di tengah perkebunan milik warga.  Untuk menuju pohon ini Rekrekan juga tidak sungkan untuk turun ke tanah dan bergerak di tempat terbuka. Kami mengamati kalau daun masih tersisa di pohon, maka Rekrekan juga akan datang lagi untuk makan.



Rekrekan sendang makan biji buah nangka 


Catatan camera trap kedua, kelompok rekrekan ini tertangkap camera sedang memakan buah Nangka (Arthocarpus heteropillus). Perilaku ini juga mengungkap bahwa buah nangka yang muda pun menjadi pilihan sumber pakan di antara daun-daun, terlihat dari camera biji nangka - nangka muda itu menjadi pilihan untuk di habiskan.
Catatan mengenai sumber pakan alami dari Rekrekan juga tidak terlalu banyak, secara umum kandungan kalori dalam biji lebih tinggi, mungkin itu juga yang membuat Rekrekan menyukai buah yang berbiji.  Kandungan nutrisi dan komposisi pakan ini juga banyak di teliliti untuk informasi konservasi ex-situ, karena sedapat mungkin primata primata yang ada di captive program seperti  di kebun binatang mempunyai asupan makanan yang hampir mendekati kondisi di alam. Oleh karena itu penelitian tentang sumber pakan alami  ini juga penting untuk pelestarian primata.

Selain itu laporan ilmiah tentang jenis-jenis primata di lindungi dan langka yang berkonflik dengan manusia masih sangat terbatas, khususnya di Jawa Tengah,warga sekitar hutan juga mengkategorikan primata jenis Rekrekan  yang mengganggu tanaman pertanian atau perkebunan ini juga sebagai hama. Yang mana biasanya penanggulangan hama juga tidak mempertimbangkan kelestarian primata, kompromi antara ekonomi dan  ekologi belum menemukan titik temu yang seimbang.

Penelitian tentang konflik primata dan manusia dan juga tentang komposisi pakan Rekrekan ini masih terlalu awal untuk  menyimpulkan sebuah solusi permasalahan, namun temuan sekecil apapun dilapangan tentu akan sangat penting bagi ilmu pengetahuan,  silahkan hubungi kami di swaraowa@gmail.coml bagi anda yang tertarik untuk kajian  ini lebih lanjut.


Referensi :

Kool, K.M., 1992. Food selection by the silver leaf monkey, Trachypithecus auratus sondaicus, in relation to plant chemistry. Oecologia90(4), pp.527-533.

Friday, December 15, 2017

Joja Atapaipai : pesona dari Mentawai

Sipora, salah satu rangkaian 4 pulau besar di Kepulauan mentawai, menjadi tujuan primatewatching bulan lalu. Catatan penelitian primata di pulau ini sudah sejak tahun 70 an sudah ada kegiatan penelitian primata endemik mentawai. sudah tentu tempat ini menjadi populer di kalangan pegiat alam, yang sekedar melihat langsung  hidupan liar.

Meskipun sebagai pusat pemerintahan, tentunya prioritas pembangunan infrastruktur juga berdampak pada luasan hutan sebagai habitat hidupan liar yang hanya ada di pulau ini. Catatan-catatan perjumpaan hidupan liar di kepulauan mentawai, banyak di laporkan melalui penelitian-penelitian akademis, dan kadang bahasanya juga tidak selalu mudah di mengerti oleh masyarakat luas.  Pengambil kebijakan untuk pembangunan juga tidak sempat untuk membaca-baca laporan penelitian tersebut, sehingga  untuk referensi pembangunan juga tidak tersedia.

Tulisan ini bertujuan mempopulerkan dan mengarusutamakan pesona asli kepulauan mentawai, primata-primata endemik, berdasar  pengamatan lapangan di habitat asli dan menyampaikan kepada masyarakat luas agar mudah dipahami, dan di kenal oleh siapapun.

Joja dari Pulau Siberut

Hidupan liar di alam, juga memiliki nilai ekonomi yang bekelanjutan, dan sangat memungkinkan menjadi sebuah upaya perlindungan yang lestari bila di kembangkan dalam konteks pembangunan. Budaya global dengan nilai ke unikan hidupan liar tentu menjadi identitas tersendiri yang membedakan dengan tempat lain.


Salah satu yang menjadi daftar primata yang bisa kita jumpai di Sipora adalah Presbyts potenziani, jenis surili endemik mentawai, pemakan daun, warga sekitar mengenal dengan nama Atapaipai, yang berarti berekor panjang,  lebih umum dikenal dengan nama Joja di Siberut.

Joja Atapaipai dari Pulau Sipora

IUCN redlist mengkategorikan jenis primata ini menjadi 2 sub species, yang ada di Pulau Siberut,adalah Sombre bellied Mentawai Langur  (Presbytis potenziani ssp siberu) dan yang ada di 3 pulau lainnya (Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora) sebagai Golden bellied Mentawai Langur (Presbytis potenziani ssp potenziani)  Secara morfologi memang terlihat bebeda, dan kami menjumpai di siberut dan, pagai dan juga di sipora. Joja Siberut mempunyai wana bagian dada ke perut agak gelap, smentara di Atapaipai yang di jumpai di Sipora dan Pagai mempunyai warana bulu bagian dada karah perut berwarna putih ke emasan.  Beberapa foto dari siberut juga mendapati warna putih di sekitar kemaluan.
Joja dari Pulau Siberut
Referensi :


Whittaker, D. & Mittermeier, R.A. 2008. Presbytis potenziani. The IUCN Red List of Threatened Species 2008: e.T18130A7667072. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2008.RLTS.T18130A7667072.en
Downloaded on 15 December 2017.

Fuentes, A., 1996. Feeding and ranging in the Mentawai Island langur (Presbytis potenziani). International Journal of Primatology17(4), pp.525-548.

Wednesday, December 13, 2017

Heterotrigona itama dari habitat Owa

Salah satu kegiatan penguatan ekonomi di habitat Owa Jawa, khususnya di wilayah hutan Sokokembang, Petungkriyono Pekalongan adalah membudidayakan lebah hutan. Bertujuan selain untuk produksi madu yang bernilai ekonomi tinggi dan sehat, namun juga mengarus utamakan peran lebah-lebah ini sebagai agen penyerbukan, pollinator.



Yang dalam video ini adalah jenis lebah madu klanceng memang paling besar di genus trigona,Heterotrigona itama lebah yang berwarna hitam dan, dan tentunya untuk produksi madu juga lebih cepat, secara kemampuan jelajah terbang tentu jenis ini juga lebih banyak mengunjugi bunga, kemungkinan fungsi pollinatorya juga lebih luas. Pelatihan budidaya lebah beberapa waktu lalu setidaknya juga telah memberi pengetahuan dan pengalaman baru bagi warga sekitar habita Owa, bahwa lebah-lebah ini juga turut berperan penting bagi lingkungan sekitar.

Warga ds.Sokokembang dengan kotak lebahnya

 Lingkungan yang sesuai tentu saja menjadi syarat untuk tumbuh berkembangnya lebah-lebah ini, dan tentunya butuh waktu untuk berproses menjadi sumber pendapatan  yang berkelanjutan. Harapan juga hutan terus lestari, karena semakin banyak pollinator juga memungkinkan hutan dan tanaman pangan terus ber regenarasi.
Peran penting lebah untuk penyerbukan tanaman

bacaan lebih lanjut :
https://taxo4254.wikispaces.com/Heterotrigona+itama
http://welovefuture.net/meliponiculture/?lang=en


Saturday, December 9, 2017

#primatajawa


Mengajak anda mengenal dan melestarikan primata Jawa.  Lutung , Rekrekan, Owa, Kukang dan Monyet Ekor Panjang, itulah 5 jenis primata yang ada di Pulau Jawa hingga saat ini.  Tersebar mulai dari ujung barat pulau jawa hingga ujung timur Pulau Jawa. Rekrekan dan Owa hanya terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Jawa barat Rekrekan di kenal dengna nama Surili. Monyet ekor panjang adalah yang paling luas sebarannya, dan dapat beradaptasi dengan kondisi habitat mulai dari pantai , sampai pegunungan, bahkan di tengah kota.  Owa, jenis kera yang bergerak menggunakan lengan tangan, mempunyai suara yang khas dipagi hari, adalah satu-satunya jenis kera yang ada di Jawa. Hutan yang masih alami adalah tempat hidupnya,pemakan buah . Kukang adalah satu satunya primata (nocturnal) malam di jawa.

Primata-primata  ini terancam punah karena, hilangnya habitat aslinya, perambahan hutan, dan perburuan. Kukang hingga saat ini termasuk  salah satu  dari 25 primata dunia yang paling terancam punah. Owa, dan Rekrekan statusnya terancam punah (endangered) , Lutung masuk dalam kategori rentan (Vulnerable).

Kami mengajak anda untuk mengenal dan melestarikan primata-primata jawa, banyak nilai penting mereka di alam, untuk penelitian, edukasi, rekreasi, dan tentunya juga identitas kita di komunitas global, karena tidak di jumpai di negara lain selain di Pulau Jawa.

Sebagai salah satu bagian dari kegiatan Kopi dan Konservasi  Primata tahun 2017, kami membuat poster primata jawa,  poster ini di buat untuk khalayak umum sekaligus untuk membantu mengenalkan dan mendorong upaya pelestarian primata di Jawa. 

Untuk masyarakat umum, poster ini dapat  anda dapatkan ketika anda berkontribusi melalui program “#primatajawa ” dengan  membeli produk-produk konservasi yang berkelanjutan yang terkait dengan kegiatan  “Kopi dan Konservasi Primata “ , melalui akun media sosial @swaraOwa., dan email: swarowa@gmail.com ; http://swaraowa.com/sustainable-products/   atau mengunjungi workshop SwaraOwa,   lokasi : https://goo.gl/maps/Uy6ZnkG5Uow

Anda dapat berkunjung di habitat primata Jawa secara langsung di Omah kopi owa, ds. Sokokembang, Kecamatan Petungkriyono dan Welo Asri di desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan dengan belanja produk-produk dari habitat asli berupa, kopi, gula aren, madu, t-shirt dengan minimal belanja Rp 85.000,00 (Delapan puluh lima ribu rupiah) anda akan mendapatkan 1 poster.

Poster ini juga akan  di berikan secara cuma-cuma/gratis bagi sekolah, kelompok studi, atau komunitas,  yang tertarik untuk mengenalkan dan mengarus utamakan pelestarian  primata Jawa. silahkan hubungi kami di : swaraowa@gmail.com


Ikuti terus perkembangan kegiatan ini dengan taggar #primatajawa di blog www.swaraowa.blogspot.com; www.swaraowa.com; dan akun sosial media kami IG/twitter/FB/Soundcloud @swaraowa

Kegiatan untuk #primataJawa ini berlaku mulai tanggal 15 Desember 2017 hingga 15 Januari 2018