Wednesday, November 29, 2017

Siregol Primate Watching


Kegiatan yang fun namun ada tambahan pengetahuan dan pengalaman konservasi menjadi salah satu strategi untuk melestarikan primata Indonesia. Siregol primate watching, tanggal 25-26 November 2017, sebuah event yang di gagas oleh warga sekitar habitat Owa Desa Kramat, Kecamatan.Karang moncol  dan Perhimpunan Pegiat Alam Ganesha Muda Purbalingga, telah berhasil mengundang setidanya 38 peserta dari berbagai institusi, seperti mahasiswa, kelompok pecinta alam, LSM, dan staff pemerintah.  Tujuan kegiatan ini adalah mengenal primata dan melihat langsung habitat primata di sekitar desa Kramat. Kegiatan ini juga inisiasi awal untuk mengarusutamakan pelestarian primata dan habitatnya untuk melibatkan masyarakat umum.  
Habitat Owa, Siregol


Swaraowa berpartisipasi untuk mendukung kegiatan ini, sebagai  bagian dari salah satu tujuan untuk  melestarikan primata dan habitat aslinya, khususnya Owa jawa dan juga memfasilitasi diskusi dan memandu kegiatan pengamatan primata di bukit Siregol, desa Keramat.  Menjelang malam tanggal 25 November, para peserta mulai berdatangan, sebagai pengantar kegiatan Siregol primate watching ini, Bapak kepala desa Keramat dan wakil dari Perhutani membeirkan sambutan selamat datang kepada para peserta. ( video diskusi siregol primate watching https://www.youtube.com/watch?v=R8A9eYvnvlc) 
foto bersama peserta Siregol Primate Watching. foto oleh : M.Faiz

Selanjutnya, diskusi tentang upaya pelestarian primata di wilayah Jawa Tengah di sampaikan oleh mas Apris dari Biodiversity Society Purwokerto dan mas Agus dari BKSDA Jawa Tengah. Mas apris menceritakan pengalamannya membangun upaya pelestarian satwa langka di sekitar desa Melung lereng selatan Gunung Slamet dan mas Agus dari BKSDA Jawa Tengah, turut berbagi pengalaman tentang peran pemerintah dalam melindungi satwa langka .
Diskusi kelompok Setelah pengamatan. Foto Oleh : M.Faiz

Esok harinya tanggal 26 November, acara pengamatan di mulai pukul 5.30 pagi, langsung menuju lokasi pengamatan di tepi jalan antara dusun Kramat dan dusun Sirau. Bukit Siregol, sangat unik dengan landscape pegunungan karst dan vegetasi alami hutan hujan tropis jawa yang tidak dapat di jangkau namun dapat di nikmati pemandangannya dari jarak tidak terlalu jauh.  Peserta yang berjumlah 38 ditambah dengan panitia di bagi menjadi 3 kelompok, yang berjalan dengan jeda 10 menit menyusuri jalan tepi tebing bukit siregol sejauh kurang lebih 3 km.  Tercatat langsung pagi itu 1 kelompok Owa (Hylobates moloch )yang terdiri dari 3 individu, dan 2 kelompok Lutung ( Trachypithecus auratus) teramati. Binokuler, Monokuler dan kamera tele sangat di butuhkan untuk pengamatan di Siregol, karena jarak yang cukup jauh untuk mata telanjang mengidentifikasi primata yang teramati.

Salah satu kegiatan penutup di acara ini adalah pemberian sertifikat, untuk mengapresiasi peserta yang turut berpartisipasi.  Hal yang sederhana namun sangat berarti bagi mungkin sebagian peserta bahwa pengalaman pengamatan primata ini menjadi hal yang berbeda dan sangat mungkin untuk melakukan lagi kegiatan serupa di tempat lain.

salah satu peserta dengan sertifikat siregol primate watching
Siregol primate watching setidaknya telah memotivasi warga sekitar habitat primata , bahwa wilayah mereka masih mempunyai keunikan yang tidak dimiliki daerah lain, harus dilestarikan,  dan membangun jaringan pegiat konservasi khususnya di wilayah Jawa Tengah. Kelestarian hutan dan nilai penting flora fauna ini juga merupakan identitas daerah yang sangat penting dalam pergaulan global.  Potensi keanekargaman hayati, dengan ke unikannya sudah selayaknya menjadi prioritas dalam pembangunan yang berkelanjutan. 

Wednesday, November 15, 2017

Suara Alam Mentawai : Ailou LeLeu Mantaoi


Meskipun banyak orang telah melihat ke indahan dan keanekaragaman hayati dari kepulauan Mentawai, tapi apakah anda juga telah mendengar suara-suara alam atau suara-suara keanekaragaman hayati yang anda lihat?

Suara-suara alam, baik hidupan liar, seperti burung, kodok, primata, bahkan deburan ombak tentu tidak semua orang pernah mendengarnya. Suara-suara ini menandakan adanya kehidupan, biophony. Terjadinya suara yang merambat melalui gelombang suara, tentu di hasilkan oleh factor fisiologis, biologis dan ekologis dari masing-masing individu. Hidupan liar yang bersuara tentu juga berarti berkomunikasi dengan hidupan liar lainnya. suara-suara juga menggambarkan sebuah ruang ekosistem.

Beberapa peralatan yang di gunakan

Dengan Aman Andei, salah satu warga di Siberut selatan,  kami menyusuri beberapa sudut di Kep.Mentawai, untuk merekam suara-suara hidupan liar. Mencoba mendengarkan apa yang terjadi di habitat asli dan merekam suara-suara alam tersebut. Beberapa suara yang telah kami rekam dapat anda dengarkan di soundclould. 


Selamat mendengarkan.