Monday, June 3, 2019

Wawancara : Bas Van Balen , tentang Avifauna dan Hutan Petungkriyono

Oleh : Arif Setiawan, 3 Juni 2019

  • Pengamatan selama 3 hari tercatat 93 jenis burung di hutan Petungkriyono
  • Keberadaan burung di Hutan Petungkriyono, sangat potensial untuk di kembangkan sebagai wisata khusus, melihat burung di alam tanpa menangkapnya dalam sangkar.
  • Engkek geling (Cissa thalassina), salah satu Holy Grail untuk para birdwatcher, dan kini mungkin telah hilang dari Hutan Petungkriyono
  • Hutan Petungkriyono terbentang dari lowland hingga sub Montane, keragaman avifauna hutan Jawa ada disini.

Berawal dari penelitian sistematika Padi gogo di Jawa Barat tahun 1979, ketertarikan akan hidupan liar khususnya jenis-jenis burung di Indonesia bermula dan berkembang. Bernama lengkap Sabastian van Balen, lahir di kota Arnhem, Belanda bulan November tahun 1954,  yang akrab dengan nama Bas van balen telah memberi warna tersendiri, dasar dan pengembangan  untuk ilmu pengetahuan khususnya ornithology di Indonesia. Salah satunya "Buku panduan Burung-Burung Sumatera, Jawa , Bali dan Kalimantan", menjadi salah satu kitab untuk para pengamat , peneliti dan pemerhati burung di dunia, dan ada  ratusan tulisan publikasi penelitian tentang burung burung di Indonesia,berkontribusi untuk penelitian dan konservasi burung di Indonesia.

Mendapat kesempatan istimewa bersama-sama langsung dengan Bas Van Balen beberapa hari di habitat Owa, Petungkriyono, menjadi motivasi tersendiri melakukan sesuatu untuk nilai keanekaragaman hayati yang lain selain primata. Wawancara ini saya lakukan bersama Bas van balen setelah 3 hari bersama-sama melakukan pengamatan burung (birdwatching) di hutan Petungkriyono, dan sudah tercatat 93 jenis burung di Petungkriyono selama pengamatan 3 hari tersebut.

Pak Bas demikian kami selanjutnya lebih akrab memanggil beliau, juga seorang ahli bioacustic, cabang ilmu pengetahuan yang meneliti tentang suara suara satwa, khususnya jenis-jenis burung. Identifikasi jenis-jenis burung melalui suara sudah menjadi keahliannya, dari suara ini juga saya mengajak untuk mendengarkan langsung suara beliau, tidak melihat secara fisik, namun kita akan mengenal Bas Van Balen sebagai mana beliau mengidentifikasi burung dengan suara, ada kesan-kesan harapan dan pesan untuk pembaca blog swaraowa dari Pak Bas tentang burung-burung  dan hutan di Petungkriyono.

Dengarkan hasil interview kami di link di soundcloud ( https://soundcloud.com/swara-owa/sets/interview-with-bas-van-balen-in-petungkriyono/s-mZk7X) dan bagian akhir dari wawancara ini kami tuliskan.

(1) Terimakasih, atas nama swaraowa,kami mengucapkan terimakasih atas kedatangan pak bas.



(2) Dibanding tahun 1995, bagaimana perubahan yang terjadi saat ini ? ( Pak Bas pernah melakukan survey tahun 1995 di pegungungan dieng, ada 3 lokasi yaitu Linggo Asri, Gunung Lumping, dan G.Perahu, baca laporannya disini )


(3) Jenisnya –jenis apa yang berkurang/hilang ?


(4) Apa tujuan Pak Bas datang kesini?


(5) Jenis apa lagi yang sudah menjadi menjadi Holy grail untuk para birdwatcher di Jawa ini?


(6) Ini pak bas, sudah 3 hari, sudah 93 jenis burung teridentifikasi,  bagaimana kesan-kesan pak Bas tentang burung-burung dan hutan di Petungkriyono?
(7) Harapan pak Bas apa tentang kawasan hutan Petungkriyono?


(8 ) Apa pesan pak Bas  untuk generasi millennial saat ini tentang burung dan hutan di petungkriyono?



(9) Kenapa pak Bas tertarik dengan Burung di Indonesia?
Banyak aspek ya itu, burung pada umumnya memberikan kesenangan tersendiri, dan ada kejutan, selalu kita bisa belajar  dan informasi yang baru dari burung, kalau saya sendiri tertarik dengan suara, setiap kali kelapangan pasti ada yang baru, ada logat lain, nada yang berbeda, atau suara yang sama sekali baru dari burung tertentu, saya senang sekali dengan itu, …sama dengan orang bikin foto, semakin baik, semakin unik…ini suara juga seperti itu…dan suara belum banyak yang mendalami itu..

(10) Kenapa pak Bas sangat menekuni suara burung/ bioacustic burung? Dan apa Kelebihan dan kekurangan metode suara untuk identifikasi burung apa ?

Ya..itu alat yang sangat mebantu, efisien…kekurangannya kalau burungnya diam, tidak bersuara…ha..ha..burung bersembunyi..kekurangannya itu aja…, dan seperti yang kita dengan sekarang ini ( ada tonggeret besuara, ketika sendang wawancara) kadang sangat mengganggu…kalau foto tidak masalah dengan ini, tapi kalau kita menggunakan suara ya…ini hancur…ha..ha..
(11) Sejak kapan Pak Bas mulai tertarik mengamati burung?
Sudah lama itu…pertama kali memakai teropong ya sudah di SD, saya pinjam teropong Bapak saya..(saya lahir tahun 1954, sejak SD kelas 5-6 , sudah tertarik burung, tapi belum mengamati…karena untuk mengamatiharus pergi keluar rumah…tapi sejak kecil saya senang mengamati gambar-gambar burung…
(12) Apa yang Pak Bas lakukan ketika waktu senggang, kala sendang santai?

Ya..sebetulnya saya juga suka membaca..malah bukan tentang burung saja…
(13) Siapa penulis favourit dari Indonesia?

Kebetulan saya sedang membaca bukunya Eka Kurniawan, ha..ha…ini ada 2 bukunya, sudah selesai satu.., Pramudya Ananta Toer…tapi itu harus sabar ha…ada yang bagus juga..yang juga lebih tipis..ha..ha..
(14) Tips-tips pak Bas  untuk pengamat burung pemula apa ?

uu..iii…tips pertamanya jangan pernah mudah  menyerah (give up) dan membikin catatan sebanyak mungkin…catatan tu yang penting, untuk nantinya juga..kalau kita ingin tahu bagaimana pengalaman kita di lokasi terntentu..bisa kita baca lagi itu catatan..saya catatan masih ada semua sejak tahun 79 ada…lengkap, jangan menunggu bikin catatan kalau sudah di rumah, karena akan lupa atau salah ingat..ketemu langsung catat…bisa juga pakai voice recorder, kalau sekarang ada smartphone..bisa juga catatan dengan ngomong..yang saya tau ya….tapi semua orang punya metode sendiri..paling penting catatan juga.

(15) Sekali lagi pesan-pesannya sekali lagi pak untuk generasi millennials apa Pak Bas?
Oooo..itu…banggakan ini ya..…kalian harus bangga dengan ini, kekayaan Indonesia khususnya Jawa, Jawa yang begitu terancam…banyak pihak yang ingin memanfaatkan kekayaan alam, tapi saya rasa alam juga punya hak sendiri, nggak usah di sentuh semuanya..jadi mungkin harus dibiarkan hanya untuk melihat-lihat saja untuk menikmati…

(16)Terimakasih pak Bas
Terimakasih juga…


Daftar Pustaka:

Nijman, V. and Van Balen, S.B., 1998. A faunal survey of the Dieng Mountains, Central Java, Indonesia: distribution and conservation of endemic primate taxa. Oryx32(2), pp.145-156.
Sound editor :