Sunday, December 3, 2023

Kesan dan pesan mereka tentang MSP X

 Oleh : Nawang Wulan, Nur Aini,  Jeffy Imannuel , KP3 Primata Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

 

Berakhirnya MSP X membawa kesan tersendiri bagi peserta yang terlibat didalamnya, berikut ini kesan dan pesan mereka tentang Pelatihan Metode Survei Primata X

Ms. Yan Lu-, sebagai pembicara tamu, mendapat bingkisan
Owa Coffee dari mas Arif Setiawan

Diawali kesan oleh salah satu pemateri MSP X dari Cloud Mountain Conservation Faoundation-China dan Peneliti dan penggiat konservasi Owa Jambul Hitam (Black crested gibbon), Nomascus hainanus, Ms Yan Lu, beliau menyampaikan bahwa memiliki merupakan suatu yang sangat disyukuri dapat mengikuti kegiatan lapangan bersama Swaraowa, apalagi memiliki lokasi stasiun riset yang dikelola sendiri merupakan mimpi bagi Ms Yan Lu kedepannya, menjadi pembicara merupakan pengalaman yang menyenangkan. Bahkan beliau berharap kedepannya akan ada pertemuan-pertemuan selanjutnya mungkin di lokasi pengamatan yang berbeda. Kesan Ms Yan Lu terhadap peserta MSP X ini beliau menyampaikan bahwa mereka memiliki tekad dan kemauan untuk belajar mengenai primata khususnya Owa. Pesan dan harapan juga disampaikan untuk MSP selanjutnya yaitu agar dapat diadakan pelatihan ke China sebagai bentuk pembelajaran culture dan habitat owa selain di Indonesia.

Mas Tutus, dari FFI Kalimantan Barat


Kesan berikutnya disampaikan oleh Tutus Ageng Dwi P. perwakilan dari Flora & Fauna /FFI Kalimantan Barat,  yang kerap disapa Om Tutus selama di MSP X “Sangat menyenangkan sekali, dapat banyak pengalaman yang belum pernah diperoleh sebelumnya, banyak hal-hal yang baru seperti mengenal owa lebih dalam dan teknik survei tentang owa jawa itu sendiri”

Risdo, dari Universitas Palangkaraya


Hal tersebut dibenarkan oleh perwakilan dari Universitas Palangka Raya, Erisdo Ariweis katanya “Menambah wawasan, belajar lebih dalam, menambah teman, bisa lapangan bareng-barenf, tertawa bareng-bareng, mengerjakan tugas akhir bareng-bareng. Semoga msp kedepannya makin maju dan pelestarian tentang owa lebih dikedepankan lagi, terutama di petungkriyono, di Swaraowa”

Vidia dari Biolaska-UIN Yogyakarta

Kesan dan pesan berikutnya disampikan oleh Vidia Fadilah Rosyid dari Biolaska “Sangat menarik karena pelatihan yang pembelajarannya sangat efektif dimana di awal diberikan pemateri terlebih dahulu kemudian praktik dan melanjutkan untuk melakukan analisis data. Menurut saya ga akan mendapat pengalaman ini di tempat praktik owa lain/ konservasi owa lain. Harapannya kegiatan ini akan tetap ada dan semoga lebih baik lagi, ditingkatkan, pembaruan analisis data dan teknik bisa ada. Mungkin ada teknik/ metode lain yang dapat diterapkan di konservasi owa. Harapannya ada pembaruan di kegiatan ini”

Kang Eman- Baraya Sanggabuana

Kesan selanjutnya disampaikan oleh Kang Eman (begitu beliau akrab disapa) perwakilan dari Baraya Sanggabuana “Sangat senang terutama cuaca disini masih asri sekali dari di tempat saya tinggal, suhunya dingin. Untuk materi cukup puas dengan yang disampaikan. Menambah pengalaman, sharing bersama dengan peneliti-peneliti dari luar Jawa. Mendapatkan teman baru dari Aceh, Sumatera, Kalimantan. Itu menjadi referensi untuk saya mendapatkan banyak ilmu baru. Sebelumnya belum mengerti bagaimana teknik mengamati owa jawa, setelah pelaksanaan kegiatan ini bisa kemudian diterapkan pada agenda kegiatan saya di sekitar tempat tinggal"

Hidayatullah -Universitas Global Mandiri-Palembang


Kesan lain disampaikan oleh Hidayatullah perwakilan dari Universitas Indo Global Mandiri - Palembang, bahwa ini adalah pengalaman pertama kalinya mengikuti pelatihan survei owa, bahkan Hidayatullah sendiri sebelumnya belum mengetahui tentang owa jawa sehingga selesai kegiatan MSP X semakin menguatkan keinginannya untuk mempelajari owa jawa bahkan primata lainnya.

Seprianus dari Mentawai


Begitu juga bagi Seprianus perwakilan peserta dari Mentawai “Semoga kedepannya MSP bisa dijalankan setiap tahun. Sangat berterima kasih. Sangat bersemangat mengikuti MSP dan sangat hepiii”

Fatimah -Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat


Pesan lain disampaikan oleh Fatimah dari Museum Zoologi, Universitas Andalas  “Bersyukur bergabung dalam pelatihan MSP X. Bisa bertemu teman dari berbagai wilayah habitat owa, Aceh, Medan, Jambi, Palembang, dan berkumpul disini bisa sharing dari berbagai habitat owa lainnya. Kita disini belajar tentang pelatihan, metode, dan analisis terbaru seperti bioakustik dan triangulasi menggunakan Google maps pro, arcgis. 

"MSP X , LESTARI ALAMKU, LESTARI OWAKU “

Masing-masing peserta memiliki kesan dan pesannya masing-masing. Kami saling bertukar cerita tentang owa, mengenal satu sama lain dari berbagai wilayah yang berbeda, bekerja sama dalam tim yang luar biasa, serta bersama-sama dalam petualangan yang hebat!

 

Saturday, December 2, 2023

Pelatihan Metode Survei Primata ke 10 Tahun 2023 : Representasi 9 Spesies Owa Di Indonesia

 Oleh : Nawang Wulan, Nur Aini, dan Jeffy Immanuel, KP3 Primata Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Foto Bersama pelatihan MSP X tahun 2023


Pada tanggal 23-26 November 2023 rangkaian Pelatihan Metode Survei Primata (MSP) X Tahun 2023 telah terlaksana, berlokasi di Hutan Sokokembang, Petungkriyono, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah. MSP merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Swaraowa bekerja sama dengan Kelompok Pengaman, Peneliti, dan Pemerhati Primata Universitas Gadjah Mada. MSP X kali menghadirkan peserta dari hampir dari seluruh penjuru Indonesia berjumlah 15 orang dari berbagai Universitas, Organisasi/Komunitas, dan BKSDA, mulai dari Pulau Sumatera (Jambi, Palembang, Mentawai, Aceh, Jambi, Padang, dan Palembang), Jawa dan Kalimantan, hal ini sebagai bentuk perwakilan dari kehadiran 9 spesies Owa yang ada di Indonesia. Kesuksesan MSP X di dukung oleh Arcus Foundation, Chances for Nature, Fort Wayne Children’s Zoo, Ostrava Zoo, serta Owa Coffee.

Sebelum berangkat ke lokasi penelitian, untuk mengecek kesiapan dan alur keberangkatan peserta dilakukan Technical Meeting via Zoom Meeting pada tanggal 19 November 2023, dalam meeting dijabarkan rundown acara, barang bawaan, dan alur keberangkatan. Pada tanggal 21 November 2023 peserta berangkat secara serentak dari asal daerah masing-masing yang kemudian di lakukan penjemputan di Pasar Doro oleh tim MSP yang terbagi dalam 2 kloter.

Hari pertama pada tanggal 22 November kegiatan diawali dengan registrasi dari perwakilan Universitas yaitu Universitas Indo Global Mandiri Palembang, Universitas Riau, Universitas Palangka Raya, Universitas Mulawarman, Universitas Gadjah Mada, ST. Ilmu Kehutanan Pantekulu, Universitas Andalas, perwakilan lembaga Baraya Sanggabuana, Fauna & Flora, PT. Restorasi  Ekosistem Indonesia, Biolaska, OIC, Mentawai, Biologi Society Purwokerto, dan BKSDA bersamaan dengan pembagian merchandise kegiatan kepada peserta. Malam harinya, peserta dan panitia kegiatan saling memperkenalkan diri satu per satu sambil berbagi tentang kisah owa dari daerahnya masing-masing serta kegiatan konservasi pelestarian owa atau primata lain yang dilakukan. Malam ini menambahkan kesan keakraban dan kedekatan.

Pengenalan Program konservasi Owa di Petungkriyono  oleh ketua Yayasan Swaraowa, Arif Setiawan

Keesokan paginya, dimulai dari pembukaan oleh ketua acara MSP X dari Swaraowa Kurnia Ahmaddin yang langsung disambung dengan materi tentang sejarah kegiatan Metode Survey Primata dan pengenalan tentang Yayasan Swaraowa yang menjadi pionir konservasi owa jawa di Hutan Sokokembang, Petungkriyono, oleh ketua Yayasan Swaraowa, Arif Setiawan, dilanjutkan pematerian tentang pengambilan data menggunakan metode vocal count triangulation  dan kesesuaian habitat owa jawa di Pegunungan Dieng yang dibawakan oleh Salmah Widyastuti,  seorang kandidat doktor dari IPB University yang baru saja menyelesaikan sidang promosi doktornya. Metode vocal count triangulation adalah menghitung survei kepadatan ukuran populasi spesies yang mempunyai suara khas. Metode digunakan untuk mengetahui kehadiran dari spesies, koordinat, estimasi area jelajah dan estimasi populasi. 

 

Pematerian metode vocal count triangulation oleh Salmah Widyastuti


Pematerian bioakustik dan pengenalan suara dari owa jawa oleh Nur Aoliya

Setelah istirahat makan siang, peserta kegiatan kembali diperhadapkan dengan materi kedua yaitu bioakustik dan pengenalan suara dari owa jawa yang dipaparkan oleh Nur Aoliya, awardee beasiswa Swaraowa yang sedang menempuh pendidikan magister di IPB University dengan tesis yang membahas tentang topik yang sama, yaitu bioakustik owa jawa. Hawa serius masih memenuhi seisi ruangan karena materi yang diberikan tergolong baru bagi peserta kegiatan walaupun pematerian telah usai, namun panitia kegiatan, Mas Tariyo dan Mas Apen, masuk dan memberikan ice breaking kepada peserta yang juga ditujukan untuk membentuk tiga kelompok untuk kegiatan lapangan esok hari dan lusa. Malamnya, peserta yang telah terbagi menjadi tiga kelompok kembali dikumpulkan untuk mendengarkan pematerian terakhir di hari ini tentang pengambilan data suara dengan alat passive voice recorder SM4 yang akan dipraktikkan esok hari oleh Kurnia Ahmaddin dari Swaraowa. Analisis data kehadiran owa jawa dilakukan dengan menggunakan suara great call dari owa jawa betina dengan menggunakan aplikasi Raven Pro.  Hari yang panjang ini ditutup dengan pengarahan peserta untuk kegiatan lapangan oleh panitia kegiatan.

Pemateri tamu Yan Lu, Cloud Mountain Conservation Foundation-China, tentang konservasi owa jambul hitam


  Pada hari ketiga sebagai implementasi dari pengajaran hari sebelumya, dilakukan kegiatan lapangan yang terbagi menjadi 3 Listening Post (LP) yaitu Sawah Cilik dan dua lokasi Penggung. Perjalanan menuju titik listening post dimulai serentak pukul 06.30 WIB dan dilakukan pemasangan passive voice recorder SM4 serta praktek metode vocal count triangulation hingga pukul 10.00 WIB, dalam hal ini dibutuhkan ketenangan serta kefokusan agar dapat mendeteksi kehadiran dari suara owa jawa. Kegiatan hari itu dilanjutkan dengan analisis data populasi dengan google maps pro dari metode vocal count triangulation yang disambung oleh pematerian dari Cloud Mountain Consevation Faoundation-China dan Peneliti dan penggiat konservasi Owa Jambul Hitam (Black crested gibbon), Nomascus hainanus, Ms Yan Lu yang bertemakan Konservasi Owa di China.

Pengenalan alat rekam pasive untuk monitoring owa

Ms. Yan Lu, ikut bersama mendampingi peserta di Listening post

Pada kegiatan lapangan hari kedua dilakukan kembali pengamatan dengan metode vocal count triangulation dan pelepasan alat passive voice recorder SM4 yang dilanjutkan dengan analisis populasi dan data vocal owa jawa yang didapat pada hari itu. Untuk mengetahui hasil analisis setiap kelompok, dilakukan pembuatan laporan yang kemudian dipresentasikan ke esokan harinya dalam bentuk Power Point. Hari itu kegiatan cukup padat tetapi peserta dapat melaluinya dengan baik dan penuh canda tawa.

Tibalah peserta pada hari terakhir kegiatan MSP X ini. Hari ini peserta diajak untuk bersenang-senang dengan berkeliling melakukan primate watching dan kunjungan ke tempat budidaya lebah madu yang dibina oleh Swaraowa. Untuk menuju lokasi pengamatan primata peserta menggunakan kendaraan khusus Petungkriyono yaitu  Doplak. Dalam primate watching peserta tidak hanya dapat melihat owa jawa namun hari itu terlihat pula lutung jawa (Rachypithecus auratus), rekrekan (Presbytis comata) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).  Perjalanan dilanjutkan menuju tempat budidaya lebah madu Hoyo Madu milik Berkah Farm Pak Cahyono, tempat budidaya lebah madu ini merupakan binaan dari yayasan Swaraowa yang berlokasi dihabitat owa jawa di Desa Petungkriyono, dalam kunjungan ini dikenalkan berbagai produk madu murni dan koleksi madu dari masa kemasa. Setibanya di stasiun riset kegiatan dilanjutkan dengan presentasi masing-masing kelompok listening post, dan sesuai tradisi MSP sebagai bentuk apresiasi akan disematkan mahkota yang terbuat dari kumpulan snack yang dirancang sedemikian rupa menjadi bentuk mahkota. 


Kunjungan ke pusat budidaya lebah Hoyo Madu Berkah Farm, ds Setipis

Primate watching

Penutupan MSP disampaikan oleh ketua Yayasan Swaraowa, Arif Setiawan. Harapannya selesai dari terlaksananya MSP X tahun 2023 ini dapat mengenalkan teknik dasar survei populasi Owa dengan metode Vocal Count Triangulation dan teknologi bioakustik untuk penelitian dan monitoring Owa, serta membangun dan memperkuat jaringan peneliti dan penggiat di bidang konservasi.

 

Lestari Alamku, Lestari Owaku!

Friday, November 3, 2023

Perayaan Hari Pangan Sedunia 2023: Kebun brayan urip dan Pentas kethoprak sayur

Oleh: Cashudi (Koordinator Paguyuban Petani Muda Mendolo)

Pentas Kethoprak " Suara Sayur"
Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo pada tahun ini, untuk kedua kalinya, mengorganisir perayaan Hari Pangan Sedunia. Perayaan ini bertujuan untuk mengenalkan pangan lokal yang ada di sekitar hutan Desa Mendolo terutama bagi generasi muda. Untuk pelaksanaannya, kami memilih tanggal 28-29 Oktober 2023. Perayaan kali ini memang tidak bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober 2023 dengan berbagai pertimbangan, seperti mengakomodir hari libur bagi adik-adik yang masih bersekolah agar mereka bisa berpartisipasi.

Desa kami kaya akan potensi pangan lokal. Sampai saat ini, kami sudah berhasil mendata lebih dari 85 jenis pangan lokal yang terdiri dari jamur, buah hutan, umbi-umbian, dan sayuran hutan. Kami dibantu Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Biolaska UIN Sunan Kalijaga, Indonesia Dragonfly Society, dan Yayasan Swaraowa telah memproduksi booklet katalog pangan lokal. Booklet ini meskipun belum mencakup semua jenis, harapannya bisa dibaca semua kalangan, terutama generasi muda di desa kami sendiri yang mungkin pengetahuan tentang pangan lokal masih kurang.

Kebetulan, tahun ini tema Hari Pangan Sedunia adalah “air adalah pangan, air adalah kehidupan”. Kami sekalian mengisi perayaan tahun ini dengan acara launching “Kebun Brayan Urip”. Kebun ini nantinya difungsikan sebagai fasilitas pembibitan tanaman hutan untuk konservasi air dan satwa liar, serta sebagai pusat belajar masyarakat mengenai pertanian dan kehutanan. Brayan Urip sendiri adalah sebuah bentuk kearifan lokal dalam penghargaan kepada semua makhluk. Kami ingin menggali lebih dalam lagi pesan-pesan yang terkandung dalam kearifan Brayan Urip ini.

meramban sayur liar di hutan Mendolo

Beberapa rangkaian acara mengisi perayaan hari pangan sedunia tahun ini. Pada hari pertama (28 Oktober 2023), kami mengajak segenap warga Mendolo, mahasiswa dari Biolaska UIN Sunan Kalijaga, teman-teman mahasiswa KKN UIN Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan beberapa tamu yang ikut trip untuk “meramban” bersama. Istilah meramban ini maksudnya adalah mencari dan mengumpulkan sayur dan makanan yang biasa dikonsumsi warga dukuh Sawahan yang tumbuh liar di hutan, kebun, maupun area persawahan.

Peserta meramban dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing menuju arah yang berbeda. Kelompok pertama dipimpin oleh saya sendiri, sedangkan kelompok kedua dipimpin oleh mas Diran. Selesai kegiatan, kami mengumpulkan hasil meramban di rumah Bapak Kasdani. Sayur, jamur, dan buah-buahan dipilih sesuai jenisnya masing-masing. Kami juga mendokumentasikan jenis-jenis tumbuhan yang tahun kemarin belum masuk dalam data kami.

salah satu adegan kethoprak suara sayur


Di sore harinya, kami mengisi acara dengan workshop daun pisang sebagai kemasan pangan. Kami mengumpulkan ibu-ibu dan anak-anak beserta teman-teman mahasiswa untuk pelatihan atau belajar membuat takir atau wadah makanan yang terbuat dari daun pisang. Dengan adanya workshop ini kami berharap agar warga mau kembali menggunakan kemasan dari daun yang jelas ramah lingkungan, sehingga bisa mengurangi produksi sampah plastik.

penonton ketoprak suara sayur


Pada malam harinya, kami memberi kesempatan para peserta dan mahasiswa untuk ikut pengamatan satwa nokturnal. Hewan target yang kami cari pada malam itu antara lain: kukang jawa, landak, burung celepuk, dan burung paruh kodok. Alhamdulillah, pada malam itu kami berhasil menjumpai burung paruh kodok dalam jarak yang sangat dekat.

Pada acara puncak atau pada hari kedua, kami isi dengan acara launching kebun Brayan Urip. Kami mengundang berbagai pihak untuk ikut menjadi saksi launching kebun Raya Urip ini. Pada acara ini, kami menampilkan hiburan ketoprak sayur dengan lakon “suara sayur”. Setelah persiapan yang cukup panjang, kurang lebih dua bulan, pertunjukkan yang dimainkan para anggota PPM Mendolo dibantu mas Adin dari Swaraowa berhasil memeriahkan perayaan hari pangan tahun ini. Tentu saja tidak hanya kemeriahan yang kami harapkan, namun juga pesan atau kampanye pangan lokal dan konservasi hutan yang hendak disampaikan melalui pertunjukan tersebut semoga bisa diterima dengan baik.

foto bersama seluruh pemain, warga mendolo dan perwakilan pemerintah desa dan dinas terkait


Selesai acara launching, semua peserta dan tamu undangan serta warga Dusun Sawahan diarahkan ke kampung untuk makan bersama dengan menu hasil meramban pada hari pertama. Menunya cukup banyak, ada urap daun pakis, sayur bening daun ketupuk, lodeh lompong, oseng daun slempat, dan aneka sambal seperti kecombrang, klanting, kluwek, dan ukel. Buah durian sumbangan warga masyarakat Sawahan menjadi hidangan penutup bagi para tamu.

Saya mewakili PPM Mendolo mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap tamu undangan, antara lain: CDK IV Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Perum Perhutani yang diwakili BKPH Karanganyar, Camat beserta Muspika Lebakbarang, Kepala Desa Mendolo berikut perangkatnya. Tak lupa kepada Yayasan Swaraowa, Indonesia Dragonfly Society (IDS), Biolaska UIN Sunan Kalijaga, mahasiswa KKN UIN Gusdur unit Mendolo, serta semua warga masyarakat yang sangat antusias ikut membantu dan meramaikan acara kami ini. Ke depannya, kami berharap perayaan hari pangan bisa menjadi agenda rutin di Desa Mendolo, dan bisa mengundang para wisatawan datang ke desa kami. 

Salam.

Wednesday, November 1, 2023

Hari Owa 2023 : Camping Owa di Siregol, Kramat, Purbalingga

oleh : Arif Setiawan
camping ground Ds. Kramat

Tanggal 24 October setiap tahun diperingati sebagai hari owa internasional, sebagai bentuk campanye untuk pelestarian Owa di Indonesia. Swaraowa sejak 3 tahun yang lalu menggunakan momentum hari owa sedunia ini untuk mempromosikan kegiatan yang fun untuk mengenal owa, dan habitat aslinya melalui  pengamatan owa “gibbon watching” atau “gibbonning”.

Seperti kegiatan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2023 ini SwaraOwa berkolaborasi dengan KP3 Primata, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada mengadakan perayaan Hari owa ini dengan tema “gibbon camp”. Kamping untuk Owa, kurang lebih seperti itu tujuan acara ini. Konsep acara yang di kemas secara santai namun juga untuk mengumpulkan informasi terkait owa dan habitat aslinya, dan Masyarakat yang terlibat langsung dalam upaya pelestariannya. Tujuan kami Gibbon camp 2023 ini adalah Desa Kramat, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga. Lokasi ini pernah kami survey pertamakali ke wilayah ini pada expedisi owa jawa tahun  2013. Waktu itu kami mengidentifikasi populasi di pegunungan Siregol -Kramat-Ardilawet ini sup populasi yang terpisah dari 2 populasi owa jawa di jawa Tengah yaitu, Gunung Slamet dan landskap pegunungan Dieng.

foto bersama KP3 Primata, Sigotak dan SwaraOwa

Owa jawa siregol Kramat

Kemudian pada tahun 2016-2017, mas Faiz  ada salah satu warga dari desa Kramat ini, entah darimana bisa nyambung dengan kegiatan swaraowa waktu itu, yaitu ikut acara Pelatihan Metode Survey Primata di Sokokembang, darisinilah terus berkomunikasi dengan mas Faiz dan teman-teman nya di Kramat untuk konservasi owa Jawa, sampai saat ini Sigotak Narasi Konservasi menjadi nama sekaligus branding konservasi untuk desa Kramat.

Pada tahun  sebelumnya swaraowa juga pernah mendukung kegiatan Siregol Primate Watching, dan antusiasme warga terutama pegiat lingkungan di Purbalingga waktu itu cukup positif. Mas Faiz juga mereplikasi keberhasilan kopi owa di Kramat, untuk mempromosikan konservasi owa dan juga kegiatan ekonomi, dengan kopi sigotaknya, tentu saja karakter owa brakiasi ada di kemasannya.

Kopi  Owa Sigotak

Acara gibbon day 2023 tanggal 24-25 October  kembali swaraowa mengunjungi Kramat Siregol untuk setidaknya menguatkan saling mendukung dan mempromosikan konservasi Owa. Teman-teman KP3 primata sebanyak 16 orang ikut bersama memeriahkan acara ini, dan camping 1 malam dan pengamatan ke esokan harinya menjadi acara inti dari gibbon day kali ini. Didampingi oleh tim Sigotak, camping ground yang tersedia di halaman taman Bumdes sKramat sangat nyaman, dengan latar belakang pegununganBeser- Siregol-Kramat-cupu-simembut-ardilawet. Camping ground ini sudah lengkap fasilitasnya, listrik air, masjid, toilet dan ada kantor penjaganya, yang bawa mobil camper/ camper van bisa langsung parkir dan mendirikan tenda. Teman-teman KP3 primata juga membawa tenda masing-masing, makan bisa sekaligus di pesan atau mau masak sendiri juga bisa.

Malam hari tanggal 24 kita sampai di Kramat, langsung kami di sambut oleh mas Faiz di kafe nya, dan dilanjuktan mendirikan tenda saat itu juga kemudian makan malam dan disaambung dengan diskusi tentang persiapan pengamatan besok paginya.

Jam 4.30, suara adzan dari masjid di camping ground membangunkan kami semua, pas sekali sekaligus persiapan pengamatan , dan jam 5.30 oleh teman-teman sigotak, “Coak” mobil pick up sudah stanby membawa kami ke lokasi pengamatan.

Jarak camping ground dan lokasi pengamatan kurang lebih 10 menit naik mobil, ada tanjakan yang cukup curam dan sempit menuju lokasi pengamatan, sangat disarankan menggunakan kendaraan dan driver setempat untuk naik ke lokasi pengamatan Owa, yang berada di tepi tebing curam Sungai Tambra. Jalan ini juga jalan utama menuju desa Sirau, dan kita pernah menyusuri jalan ini hingga ke Watukumpul, dimana ada sub-populasi owa juga di hutan-hutan yang sudah terfragmentasi di pegunungan Tengah antara gunung slamet dan pekalongan ini.

Tebing batu curam dan rapatnya vegetasi di bagian bawah jurang menjadi habitat istimewa pagi owa dan primata lainnya di siregol Kramat, karena tidak ada kemungkinan akses manusia masuk dan mengganggu atau merusak hutan disini. Untuk menemukan Owa atau me motret owa disini disarankan menggunakan alat bantu binokuler atau monokuler, karena jaraknya yang cukup jauh, dan camera dengan tele setidaaknya 600-900 mm, akan sangat membantu mengabadikan gerakan primata atau owa.

Kelompok lutung teramati yang pertama kali, kemudian kelompok Owa. Jarak yang jauh dari pengamat, menjadikan pengamatan disini tidak membuat owa menjadi takut, atau pergi, jadi kalau kita menyiapkan alat pantau jarak jauh sepert camera dengan tele dan tripod sangat menyenangkan melihat perilaku owa disini.


Owa Jawa ( Hylobates moloch) individu yang teramati di siregol

Kemudian kami berjalan mendaki menyusuri jalan siregol ini, kelompo owa yang terlihat sangat jauh, hingga teman-teman yang kurang biasa dengan pengamatan jarak jauh agak kesulitan menemukan owa yang bergerak, ayunan cabang pohon menjadi pemandu untuk menemukan Owa. Satu kelompok yang kami temui terdiri 4 individu dan terlihat menggendong bayi. Agak susah melihat detail apa yang dimakan oleh owa ini, namun setidaknya kami mengidentifikasi jenis-jenis ficus atau beringin buahnya yang dimakan.

Sambil pengamatan tentusaja mendiskusikan apa yang kita lihat bersama,penelitian atau apapun terkait owa disini sangat mungkin di kaji untuk penelitian tugas akhir atau skripsi. Membangun hipotesis-hipotesis pertanyaan-pertanyaan ilimiah, akan lebih mudah jika kita melihat langsung kondisi dilapangan daripada hanya berdasarkan teori-teori di kelas.

Gibbon watching atau gibboning ini juga menjadi sarana promosi wisata minat khusus, dari antusiasme di sosial media story di IG swaraowa mendapatkan impression 5.024, dimana 44% merupakan non followers. Mengenalkan daerah dan juga memperkuat branding konservasi yang sudah di inisiasi oleh Sigotak Narasi Konservasi bahwa kawasan ini merupakan kawasan penting untuk konservasi Owa di Jawa Tengah.






Tuesday, October 17, 2023

LUTUNG JAWA, PRIMATA ENDEMIK DI RIMBA SOKOKEMBANG

oleh : Intan Rachmadanti Al-Huda













Saya mahasiswi  program studi  Kehutanan, Unversitas Sebelas Maret Surakarta, salah satu penerima beasiswa swaraowa, untuk tujuan penelitian Lutung Jawa. Pengamatan  lapangan telah dilakukan pada Bulan Mei hingga Bulan Juni 2023, Kami mengamati populasi dan persebaran lutung jawa di hutan Sokokembang, Petungkriyono, Pekalongan. Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan satwa endemik Pulau Jawa dan Bali yang populasinya semakin menurun dalam 36 tahun terakhir. 

Lutung jawa termasuk dalam primata dilindungi yang hidup secara berkelompok. Berdasarkan International Unioun for Corservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List 2021 lutung jawa termasuk dalam kategori Vulnerable atau rentan. Sedangkan menurut CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), lutung jawa termasuk kategori Appendix II. 













Kami melakukan pengamatan pada pagi dan sore hari pada jam aktif lutung jawa. Selama pengamatan, kami mengamati sebanyak 11 kelompok lutung jawa dengan jumlah individu sebanyak kurang lebih 100 individu lutung jawa yang tersebar di hutan Sokokembang. Tidak hanya lutung jawa, kami juga bertemu berbagai jenis satwa lainnya selama pengamatan. Surili (Presbitys fredericae), owa jawa (Hylobates moloch), dan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah jenis primata selain lutung jawa yang kami temukan di hutan Sokokembang. Selain primata terdapat pula beberapa jenis satwa lain yang seperti elang jawa (Nisaetus bartelsi), julang emas (Rhyticros undulatus), babi hutan (Sus scrofa), dan kijang (Muntiacus muntjak). Pada saat pengamatan lutung jawa, kami juga menemukan jejak kaki mamalia yang diduga merupakan macan tutul jawa (Panthera pardus melas). 

Setiap kelompok lutung jawa umumnya terdiri atas individu dewasa, remaja, dan anak. Individu anak lutung jawa yang baru lahir memiliki rambut berwarna orange yang sangat berbeda dengan lutung jawa dewasa yang memiliki warna rambut hitam. Pada saat pengamatan, terdapat beberapa individu lutung jawa berwarna orange yang sedang dalam gendongan induknya. selain itu juga terdapat individu anak yang telah berubah warna menjadi hitam yang juga teramati sedang bersama induknya. Warna orange ini pada bayi lutung terkait dengan pola asuh allomothering, dimana semua individu dewasa berperan sebagai induk pengasuh dan penjaga untuk bayi yang masih rentan, warna yang mencolok akan menarik perhatian individu lutung dewasa lainnya dalam satu kelompok untuk menaruh perhatian kepada bayi lutung. Pada pengamatan kali ini diketahui bahwa jumlah individu dewasa mendominasi struktur umur lutung jawa di hutan Sokokembang.













Kelompok lutung jawa bersifat uni-grup (one male and multi female) yaitu hanya terdapat satu individu jantan dewasa yang mendominasi dan memiliki tugas sebagai pemimpin kelompok dimana harus mengawasi, melindungi, dan memastikan anggota kelompoknya dalam keadaan aman. Oleh karena itu, lutung jawa termasuk satwa poligami karena jumlah betina lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jantan dalam satu kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan kami, lutung jawa di hutan Sokokembang terdiri atas 3 hingga 23 individu dalam setiap kelompok. Hal itu terjadi karena perbedaan kemampuan regenerasi setiap individu dan keberadaan predator yang berbeda pada setiap wilayah jelajah lutung jawa di hutan Sokokembang. 

Lutung jawa merupakan primata arboreal yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya dengan beraktivitas diatas pohon. Mulai dari aktivitas makan hingga aktivitas istirahat juga dilakukan diatas pohon.. Kami juga mengamati lutung jawa sedang melakukan aktivitas grooming diatas pohon. Grooming merupakan kegiatan mencari dan mengambil kotoran atau parasit dari permukaan kulit dan rambut.

Wednesday, September 20, 2023

Sekolah Eksplorasi ke 1

 Oleh Fanny Sukma Sundari


Pada tanggal 27 Agustus 2023, SwaraOwa bersama mahasiswi Biologi pascasarjana Universitas Gadjah Mada mengadakan sebuah kegiatan eksplorasi yang bertajuk “Belajar lebih dekat dengan alam”. Kegiatan ini ditujukan untuk adik-adik sekolah dasar yang ada di Dusun Sokokembang, Desa  Kayupuring, Sokokembang, Petungkriyono. Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kepedulian adik-adik terhadap hutan dan lingkungan sekitar. Ada tiga objek utama yang menjadi tujuan eksplorasi yaitu burung, kupu-kupu, dan capung.

Kegiatan ini dimulai dengan senam bersama dan pembagian kelompok. Setiap kelompok dibimbing oleh dua orang pendamping. Adik-adik dan pendamping diberi waktu sekitar satu jam untuk menemukan ketiga objek ekplorasi dengan alat tangkap berupa sweepnet (kupu-kupu dan capung), dan binokuler (pengamatan burung). Setelah berhasil menemukan objek ekplorasi, selanjutnya digambar dan dideskripsikan. Saat adik-adik menggambar, pendamping menjelaskan fungsi dari burung, capung dan kupu-kupu di alam. Objek yang telah ditangkap dilepas kembali. Sambil menunggu kegiatan eksplorasi, kita juga mengadakan lomba mewarnai bagi adik-adik usia dini yang turut serta dalam kegiatan sekolah eksplorasi ini.



Selain bertajuk alam, sekolah ekplorasi juga diselingi dengan kegiatan pengenalan permainan tradisional dengan tujuan agar adik-adik mampu mengenal permainan tradisional dan meningkatkan bonding di antara mereka. Permainan tradisional yang dikenalkan diantaranya engkleng, dan boyi-boyian. Seluruh peserta bermain dengan antusias. Para orang tua dari adik-adik juga turut memeriahkan acara dengan memberikan semangat dan tepuk tangan.

Setelah kegiatan ekplorasi di alam berakhir, setiap kelompok dikumpulkan dan dilanjutkan dengan kegiatan tanya-jawab dan pembagian hadiah. Peserta dibimbing untuk berani tampil ke depan dan menceritakan hasil eksplorasi kepada kelompok lain. Adik-adik yang dapat menjawab pertanyaan seputar kegiatan eksplorasi yang telah dilalui, diberi hadiah berupa buku dan alat tulis lainnya. Kegiatan eksplorasi ditutup dengan foto bersama.

Tuesday, September 19, 2023

SWARAOWA di Kongres Primata Dunia 2023

Oleh : Arif Setiawan

berbagi pengalaman dalam sesi diskusi Primate Watching

Tanggal  19-24 Agustus 2023, menjadi moment bersejarah untuk  kami tim swaraOwa,  berkumpul dengan komunitas primata dan pegiat konservasi  global untuk meng-update pengetahuan tentang  primatologi dan konservasi,   membangun jejaring , berbagi pengalaman dan diskusi terkait dengan penelitian dan kegiatan konservasi primata dalam acara kongres dan simposium primata dunia yang ke19. Bertempat di Borneo Convention Center Kuching (BCCK) , Sarawak Malaysia, acara ini dikelola oleh International Primatological Society dan Malaysian Primatological society, menurut laporan panitia terdapat 500 orang yang hadir  dari 60 negara.  Tema congress dan symposium kali ini “ Primate and People : a new horizon

foto bersama delegasi dari Indonesia di IPS 2023

SwaraOwa, memberangkatkan 3 delegasi ke acara ini  saya  , Nur Aoliya dan Sidiq Harjanto. Kongres ini yang ke-6 kalinya bagi saya, dan yang pertamakalinya untuk Aoliya dan Sidiq. Menurut panitia dalam laporannya ada sekitar 600 Abstract (oral presentasi dan poster) dan yang hadir ada kurang lebih 500 orang dari 60 negara, ini merupakan  pertemuan tiap dua tahunan,  para peneliti dan ahli primata dari seluruh dunia.  Konsep acara dibagi menjadi symposium dan roundtable diskusi, selama 5 hari peserta bebas memilih symposium mana dan roundtable diskusi yang diminati dan juga forum pertemuan ini memberikan kesempatan kita untuk bertemu dengan siapapun peneliti, donor, pegiat konservasi primata dari seluruh dunia, untuk saling kenal dan berjejaring.

Aoliya, membawakan presentasi di IPS 2023

Hari pertama presentasi saya mempresentasikan kegiatan di Mentawai yang selama ini kami laksanakan dengan Malinggai Uma Mentawai, untuk pelatihan kepada guru-guru dan menggunakan kartu permainan Quartet game sebagai media edukasi. Kartu Quartet game yang kami bawa juga mendapat appresiasi dalam lelang untuk konservasi primata, silent auction yang di organize oleh panitia.

Presentasi tentang quartet game untuk edukasi konservasi primata mentawai di IPS 2023

Tanggal 21 Agusutus, 2023, saya memimpin sebuah roundtable diskusi berjudul “ Sustainable business models that drive primate conservation: Success stories from around the world” dengan konsep presentasi dan diskusi intensive, roundtable ini mendapat atensi dari kurang lebih 45 orang, dari berbagai negara, dengan menghadirkan narasumber utama dari Peru, Singapore, dan Indonesia.  Sidiq Harjanto dari tim swaraowa juga bergabung dalam roundatable diskusi kali ini dengan presentasi tentang kegiatan budidaya lebah untuk konservasi Owa Jawa.

Sidiq, memberikan presetasi tentang Beekeeping di habitat Owa jawa


Sore hari tanggal 21 Agustus 2023, presentasi kedua, dalam symposium owa yang di organize oleh IUCN Section on Small Apes masih tentang program kegiatan di Mentawai “ berjudul Siripok Bilou” grass root initiative for Mentawai Kloss’s gibbon.

Nur Aoliya, mewakili swaraowa mempresentasikan kegiatan pelatihan metode survey primata yang dilakukan sejak tahun 2013, bergabung dalam roundtable diskusi bertema Capacity building programs for habitat country primatologists: Gaps, challenges, and successes

Acara kongres dan symposium kali ini memberikan kesempatan kepada tim swaraowa untuk lebih percaya diri berinteraksi dalam komunitas global, mengenalkan kegiatan-kegiatan swaraowa yang telah lakukan untuk melestarikan primata Indonesia, khususnya jenis-jenis owa.