oleh : Yessy Wika Maharani
salah satu anggota kelompok Owa jawa Mendolo |
Menjadi mahasiswa tingkat akhir sepintas terkesan begitu menyenangkan, tidak lagi mengikuti mata kuliah, tidak lagi dikejar deadline tugas dan laporan praktikum. Tapi nyatanya realita di lapangan tidak semudah itu, Di tingkat akhir artinya ada tanggung jawab besar yang harus segera diselesaikan. Yap! Dan ini adalah cerita tentangku dan tugas akhir yang menjadi awal kisah mengenal lebih dalam tentang hutan sebagai rumah bagi makhluk berwarna abu pemilik nyanyian merdu di Pulau Jawa, siapa lagi kalau bukan Owa jawa.
Saya Yessy Wika mahasiswa tingkat akhir pada minat Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan UGM baru saja menyelesaikan pengambilan data untuk tugas akhir saya di Desa Mendolo dengan judul penelitian “Karakteristik Habitat Owa Jawa (Hylobates moloch) di Area Terfragmentasi Desa Mendolo, Pekalongan, Jawa Tengah”. Bukan tanpa sebab mengapa habitat Owa jawa menjadi topik yang ingin saya teliti pada tugas akhir kali ini. Habitatnya yang makin memprihatinkan karena adanya fragmentasi menjadi sebuah ancaman serius bagi kelestariannya. Mengingat pergerakannya yang khas dengan brakiasi dimana hutan dengan tajuk-tajuk pohon yang terhubung sebagai faktor penting bagi keberlangsungan hidupnya. Berdasarkan data monitoring milik SwaraOwa, habitat Owa jawa yang berada di Desa Mendolo saat ini terindikasi akan ataupun sedang mengalami peristiwa fragmentasi tersebut.
![]() |
plot petak ukur vegetasi |
Kisah pengambilan data di Desa Mendolo yang memakan waktu selama hampir menyentuh dua bulan lamanya, adalah awal saya bertemu dengan Nisa dan Zizah mahasiswa Biologi dari UIN Jakarta. Selain itu, saya juga mengenal banyak teman baru dari Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo, ada Mas Iman, Mas Alec, Mas Ripki, Mas Madran, Mas El, dan masih banyak lagi. Mereka adalah teman, saudara, sekaligus 911 bagi saya selama berada di Desa Mendolo. Dalam pengambilan data habitat, saya mendatangi sekitar 50 lebih plot yang tersebar di seluruh Desa Mendolo. Untungnya perjalanan saya tidak sendiri, saya ditemani oleh
![]() |
tim monitoring |
Dalam praktiknya di lapangan saya membagi menjadi beberapa tahap, tahap pertama adalah pengambilan data habitat yang meliputi struktur dan komposisi vegetasi. Di dalam analisis vegetasi kali ini, digunakan plot nested dengan ukuran 2x2 m untuk semai, 5x5 m untuk pancang, 10x10 untuk tiang dan 20x20 m untuk pohon. Adapun beberapa data yang harus saya ambil meliputi: jenis tumbuhan, diameter batang, dan tinggi pohon. Selain itu, guna menggambarkan profil hutan secara vertikal saya juga mengambil data berupa koordinat tumbuhan, tinggi batang bebas cabang, tinggi tajuk terlebar, dan lebar tajuk. Tahap kedua adalah pengambilan data populasi dengan metode triangulasi yang dilakukan selama 4 hari. Di samping itu, selama perjalan menyusuri tiap plot, saya juga menerapkan metode line transect guna mengestimasi populasi Owa jawa melalui perjumpaan langsung.
Meskipun ini perjalanan untuk menyelesaikan tugas akhir, nyatanya ini awal bagi saya untuk memulai belajar banyak hal baru. Misalnya dalam proses identifikasi tumbuhan, banyaknya jenis tumbuhan yang dijumpai dan dengan segala keterbatasan yang ada, saya dituntut untuk bisa mengidentifikasinya satu per satu. Alhasil banyak sekali ilmu-ilmu dendrologi yang saya dapat di semester satu harus dibuka kembali. Disamping itu, saya sangat bersyukur karena teman-teman di sini baik warga lokal, PPM Mendolo, tim swaraowa, dan nisa juga zizah membantu saya dalam proses identifikasinya.Satu lagi yang perlu disyukuri adalah saya banyak dipertemukan dan dikelilingi oleh orang-orang baik, mulai dari Ibu-ibu Dusun Sawahan yang sering menanyakan “tidur di atas aman kan?”, Bapak-bapak yang tidak sengaja bertemu di plot tapi tetap ditanyai “pak ini tanaman apa ya?”, dan tak lupa tour guide kondang sang ahli parang siapa lagi kalau bukan Mas Iman. Walaupun jarang mandi tapi dia selalu bertanggung jawab menjaga keselamatan saya. Beliau selalu mengingatkan dan mengusahakan yang terbaik selama di lapangan. Misalnya mengingatkan ketika ada batang berduri, jalanan yang licin, bahkan bertemu dengan ular berbisa pun semua dia handle. Tapi hal itu tidak terlepas juga karena saya yang membawa minum dan bekal makan siangnya. Pada intinya ini adalah sepenggal cerita seru yang ingin saya kenang selalu. Terima kasih untuk SwaraOwa yang telah memberikan fasilitas belajar dan kesempatan mengenal banyak hal. Terima kasih juga untuk PPM Mendolo, warga Desa Mendolo, serta orang-orang baik lainnya yang telah memberikan pengalaman dan pemahaman selama pengambilan data. Dua bulan di sana rasanya akan selalu terasa kurang. Namun, dalam hidup yang terus berjalan, selamat merindukan hal-hal yang tak bisa diulang.
No comments:
Post a Comment