Saturday, July 5, 2025

Lebih dari Sekadar Burung: PPBI XII dan Inklusivitas Konservasi di Gunung Halimun Salak

 Oleh : Kurnia Ahmaddin




Pertemuan Pengamat Burung Indonesia ke-XII tahun ini dilaksanakan di IPB Bogor dan kampung Citalahab sentral. Menyambut acara tahunan tersebut, Swaraowa berpartisipasi mengirimkan 2 delegasi bersama 4 pemuda dari Pekalongan untuk mengikuti rangkaian kegiatan ini. Kami sangat antusias untuk mengikuti acara ini mengingat kampung Citalahab merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dimana habitat terluas dan populasi terbesar Owa jawa (Hylobates moloch) ada di lansekap ini.

Malam tanggal 25 kami berangkat menuju Bogor dari Pekalongan yang kami tempuh selama 8 jam menggunakan bus dan 1 jam menggunakan angkot untuk sampai di Aula Fakultas Kedokteran Hewan IPB.  Sambil menahan kantuk kami siap mengikuti  seluruh rangkaian acara yang dimulai pada pukul 9 pagi. Sebagai pembuka rangkaian acara, sambutan mas Aris Hidayat selaku ketua panitia penyelenggara dari YIARI yang mempesona membuka mata kami sehingga hilang rasa kantuk. Sambutan dilanjutkan ibu Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.sc dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB yang bercerita mengenai sulitnya mencari referensi satwa liar sebelum tahun 1990. Saat ini beliau bangga melihat karya dan antusias generasi saat ini dalam upaya konservasi satwa liar.



Acara pada hari pertama merupakan seminar yang dibagi menjadi 3 sesi. Setelah pembukaan sesi pertama dibawakan oleh mas Ganjar Cahyadi dan mas Asman A.P. dari BISA Indonesia yang bercerita mengenai perlombaan pendataan perdagangan satwa liar. Sesi kedua Bapak Dedi Candra dari KKHSG Kemenhut dan Prof. Mirza Dikari Kusrini berbicara mengenai regulasi perlindungan satwa liar lokal dan international. Acara di IPB ditutup pada sesi ketiga dengan dialog menarik mengenai fakta lapangan perdangan satwa liar yang dibawakan oleh mas Hendry Pramono dari WCS-IP dan drh. Wendi Prameswari dari YIARI.

Sore hari setelah seminar, kami melanjutkan 6 jam perjalanan untuk fieldtrip menuju kampung Citalahab sentral dengan menggunakan truk tronton menghadapi guncangan dahsyat jalan makadam. Melewati kawasan perkebunan teh Cianten dan Taman Nasional Halimun Salak kami tiba di Citalahab pada pukul 9.30 malam. Sambutan warga kampung dan sajian nasi sop ayam menghangatkan dinginnya cuaca desa tepi hutan. Kebaikan panitia untuk menjadikan malam pertama khusus untuk istirahat adalah pilihan yang sangat tepat setelah lelah terguncang dan kelaparan.

surili ( Presbytis comata)
Mengisi kegiatan di pagi hari, kami menyusuri hutan untuk melakukan pengamatan satwa liar. Terbagi dalam 3 kelompok, lebih dari 120 peserta dan panitia ditemani warga lokal serta staff TNGHS berjalan bersama untuk mendokumentasikan satwa liar yang terlihat ataupun sekedar melihat. Pada siang hari di hari kedua, acara dilanjutkan dengan mengisi otak dengan informasi baru mengenai project safe nest oleh teman-teman BISA Indonesia dan Biologi Society. Dilanjutkan pembicaraan mengenai kegiatan pendataan burung dan pendampingan masyarakat oleh teman-teman dari Burung Indonesia. Sedangkan siang hari ketiga, cerita dari masyarakat Desa Jatimulyo dan kampung Citalahab yang saling berbagi potensi desa masing-masing sangat menarik untuk disimak. Penampilan angklung dari warga lokal juga turut memeriahkan rangkaian acara PPBI XII ini. 

Owa jawa ( Hylobates moloch)
Kegiatan malam hari setelah diskusi bebas mengenai kebutuhan keterlibatan masyarakat umum mengenai perolehan data populasi satwa liar dan penulisan artikel ilmiah, yang tak kalah menarik adalah ‘Herping’. Agak aneh memang forum pengamat burung namun pada malam hari peserta malah berbondong-bondong ke hutan untuk melihat katak dan ular. Namun, inilah PPBI, forum yang begitu cair dan dapat merespon kebutuhan terkini di dunia konservasi satwa liar. Menurut kami PPBI kali ini semakin menunjukkan inklusifitasnya sebagai wadah semua orang tidak terbatas taksonomi, gelar, profesi dan bahkan generasi.

Hal ini dapat terlihat dari antusias seluruh peserta mulai dari usia 60 hingga siswi SD yang baru naik kelas 2 berjalan bersama saling bantu menunjukkan satwa liar liar yang terlihat di pagi hari itu. Mereka tidak hanya berburu foto burung, namun juga herpetofauna, kupu-kupu, mamalia dan jenis arthropoda lain juga tak luput dari bidikan kamera peserta. Alek anggota PPM mendolo juga antusias terhadap perjumpaanya dengan Surili (Presbytis comata comata) menurutnya ‘ Saya sangat senang bertemu dengan Surili di Citalab. Berbeda dengan Rekrekan (Presbytis comata fredericae) di tempat kami. Surili berwarna dominan abu-abu, meski sama-sama memiliki jambul, namun Surili bibirnya lebih pucat seperti tidak memakai Lipstik’. Tak hanya itu perjumpaanya dengan Kawan-kawan KIARA juga memacu semangatnya untuk tetap berjuang melestarikan Owa Jawa di desa Mendolo.

delegasi swaraowa di PPBI XII

 Malam hari terakhir sesi diskusi di tutup dengan diskusi terbuka dengan bapak Kepala Balai Taman Nasional  Gunung Halimun Salak dan foto bersama di hari terakhir kami di Citalahab. Penutup rangkaian acara sebelum kembali diguncang makadam. Kami berfoto bersama dengan seluruh orang yang terlibat dalam acara ini ‘sebagai simbol guyub rukun’ begitu menurut Ridho anggota PPM Mendolo lain. Sebagai penutup Ridho dan Dodi juga mengungkapan ‘Meski perjalanan panjang penuh kesabaran menuju lokasi, terimakasih kepada panitia atas segala suguhan dan pengalamannya.

Kami jadi bertambah ilmu, teman dan makin semangat kami untuk berkegiatan konservasi. Semoga tahun depan bisa mengikuti PPBI lagi. Sampai jumpa di PPBI XIII di Cilongok Banyumas’.




No comments:

Post a Comment