Tuesday, October 17, 2017

Pelatihan metode survey primata, hutan Sokokembang.

Foto bersama seluruh Peserta 

Habitat Owa jawa , hutan Sokokembang minggu ini menerima tamu-tamu  istimewa, anak-anak muda yang begitu antusiast untuk datang, belajar, berbagi pengalaman dan berjejaring untuk pelestarian primata di habitat aslinya . Pelatihan metode survey primata yang ke-5, dilaksanakan tanggal 13-15 Oktober 2017.  Kegiatan yang menjadi agenda tahunan yang telah dilakukan sejak tahun 2013. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong munculnya peneliti primata atau pegiat konservasi  primata dari generasi muda, Meningkatkan kemampuan teknis dan pengetahuan tentang primata,  dan mendorong munculnya jejaring peneliti atau pegiat konservasi primata di wilayah habitat asli primata yang terancam punah.
acara bertempat di Pendopo Kopi Owa

Bertempat di rumah Kopi Owa di dusun Sokokembang, Kayupuring, Kecamatan Petungkriono , secara khusus 22 peserta di berbagai institusi mewakili organisasi mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, kelompok pecinta alam, dan perwakilan dari BKSDA dan Perhutani di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, hadir untuk mengkuti rangkaian acara Pelatihan Metode Survey Primata 2017.
Pengamatan langsung di hutan

Selama 3 hari peserta di kenalkan dengan dasar-dasar teknik survey primata, yang diperkenalkan oleh tim SwaraOwa, tidak hanya dasar teori tapi juga langsung praktek di lapangan. Ada dua metode dasar yang di perkenalkan untuk survey primata, yaitu line transect dan metode vocal count-triangulation yang khusus di gunakan untuk estimasi populasi Owa Jawa. Dasar teori di berikan di awal acara dan kemudian esok harinya di praktekkan secara langsung di lapangan, termasuk bagaimana menganalisis data yang di peroleh.
Metode line transect diterapkan untuk mengestimasi populasi  primata secara langsung, dengan menggunakan jalur-jalur monitoring yang telah di persiapkan. Metode suara atau vocal count-triangulasi diterapkan berdasar Listening post (LPS) yang juga telah di persiapkan.

Jalur transek yang telah disiapkan
peserta di bagi dalam kelompok kecil untuk data collecting

Dalam kegiatan ini juga turut kita undang 3 pembicara yang berbagi pengalaman tentang penelitian dan konservasi Primata di tempat lain. Rahayu Octaviani dari Pusat penelitian dan konservasi Owa jawa di Gunung Halimun Salak, berkisah tentang kegiatan penelitian perilaku dan upaya pelestarian Owa Jawa. Penelitian sejak tahun 2007 di wilayah hutan Citalahab memberikan gambaran yang jelas tentang perkembangan perilaku dan populasi Owa jawa.
Rahayu Octaviani presentasi tentang Owa Jawa di Citalahab

Pembicara kedua yang kita datangkan di acara pelatihan ini adalah Nur Aolia coordinator program rehabilitasi Orangutan Yayasan Jejak Pulang, Kalimantan Timur. Aolia memaparkan ancaman kepunahan orangutan akibat hilangnya hutan dan perburuan. Banyak orangutan kemudian di”manusiakan”. Kegiatan rehabilitiasi yang mencoba menghutankan kembali orangutan, menjadi pengalaman yang berbeda bagi peserta.
Aolia presentasi tentang Orangutan

Ada satu pembicara yang di undang di acara ini adalah Andie Ang dari Singapura yang menceritakan pengalamannya membangun upaya konservasi dan penelitian monyet daun singapura (Raffless banded langur)-Presbytis femoralis. Penelitian DNA  untuk pelestarian primata di Singapura menjadi contoh yang menarik untuk melestarikan primata dengan melibatkan teknologi dan ilmu pengetahuan modern.  Kegiatan citizen science  yang di inisiasi untuk warga singapura memberikan hasil positif untuk meningkatkan kesadaran konservasi untuk primata yang terancam punah di Singapura.
Andie Ang dengan Raffles Banded Langur

Acara ini terselenggara melalui kegiatan "Kopi dan Konservasi Primata 2017, atas kerjasama dengan Kelompok Studi dan Pemerhati Primata Fakultas Kehutanan UGM di dukung oleh SwaraOwa, Fortwayne children zoo, Ostrava Zoo, dan Wildlife reserve Singapore.




No comments:

Post a Comment