![]() |
| foto bersama dengan siswa SMA 1 Siberut Selatan |
Oleh : Nur Aoliya
Program edukasi konservasi primata telah diselenggarakan oleh swaraOwa dengan komunitas lokal di Mentawai sejak tahun 2019, dengan fokus awal pada pelatihan bagi guru budaya Mentawai. Dan tahun 2025 ini, sasaran program kali dialihkan kepada siswa SD-SMA dengan tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman dasar kepada siswa-siswi mengenai keanekaragaman, peran ekologis, serta ancaman terhadap primata endemik Mentawai.
2. Mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dan kearifan budaya lokal dalam pembelajaran tentang konservasi primata Mentawai.
3. Mendorong terbentuknya sikap peduli lingkungan dan perilaku pro-konservasi pada siswa-siswi sejak usia dini.
Rencana awal kegiatan dilaksanakan pada tanggal 19-20 November 2025, karena terkendala badai menyebabkan kegiatan mundur pada tanggal 21-22 November 2025 di Siberut Selatan. Sesi pertama berlangsung di SMP Negeri Siberut Selatan dengan peserta 42 siswa kelas VIII. Pada hari yang sama, agenda dilanjutkan di SD Negeri 06 Madobag dengan peserta sebanyak 46 siswa dari kelas IV–VI. Pada hari terakhir, program diikuti oleh 39 siswa SMA Negeri 1 Siberut Selatan yang tergabung dalam organisasi OSIS, Sispala, Pramuka, dan PKS.
Materi disampaikan oleh Eka Arismayanti untuk siswa SD dan SMP, sedangkan untuk siswa SMA materi disampaikan oleh Kurnia Akhmadin. Kegiatan dimulai dengan perkenalan singkat mengenai SwaraOwa, dilanjut presentasi interaktif selama kurang lebih 60 menit dan diakhiri diskusi ringan dan kuis berhadiah untuk siswa. Penyampaian materi disesuaikan dengan usia peserta dikarenakan kemampuan penalaran tiap jenjang pendidikan berbeda, serta metode pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing kelompok.
![]() |
| pengenalan keragaman primata Mentawai untuk Siswa SMP N 2 Siberut Selatan |
Materi yang disampaikan kepada siswa SD dan SMP pada umumnya sama, mencakup ekologi dan primata, ancamannya, keterkaitan budaya Mentawai dengan primata, serta peran manusia dalam upaya konservasi. Perbedaan terletak pada metode penyampaian materi, di mana pada tingkat SD digunakan lebih banyak gambar dan alat peraga berupa boneka primata. Kedua jenjang sekolah menunjukkan fokus yang baik selama penyampaian materi. Namun, pada sesi diskusi terlihat perbedaan tingkat partisipasi, di mana diskusi pada tingkat SD cenderung bersifat satu arah dari pemateri. Sementara siswa SMP menunjukkan interaksi tanya jawab dua arah anatara pemateri dan siswa.
![]() |
| pemberian buku burung dan primata Menawai , karya tim swaraowa, untuk guru SD N 6 Madobag |
Siswa SMA mendapatkan materi yang lebih mendalam mengenai isu konservasi kaitanya dengan siklus air, manfaat flora dan fauna, Ekologi primata Mentawai dan kaitanya dengan budaya Mentawai, serta peluang keterlibatan generasi muda dalam aksi konservasi. Diskusi pada tingkat SMA tidak hanya melibatkan pemateri dan siswa, namun juga terjadi pertukaran pendapat antar siswa sehingga diskusi berlangsung intraktuf dan multi arah. Salah satu isu yang menjadi pro-kontra antar siswa adalah terkait satwa primata yang dijadikan bahan makanan diluar kegiatan adat.
Pendekatan presentasi dan diskusi terbuka terbukti efektif untuk mendorong partisipasi siswa pada jenjang SMP dan SMA. Sementara itu, untuk siswa SD diperlukan penguatan metode yang lebih interaktif agar keterlibatan peserta dapat meningkat. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap upaya pelestarian primata dan lingkungan.



No comments:
Post a Comment