Oleh : Kurnia Ahmaddin
Kegiatan ini merupakan kontribusi swaraOwa sebagai anggota forum Kolaborasi Pengelolaan Hutan Petungkriyono yang telah mendapatkan SK Gubernur Jawa Tengah no 660.1/26 Tahun 2020. Dengan melibatkan warga, kegiatan monitoring keanekaragaman hayati tahun 2025 berfokus di 3 Desa yaitu Desa Mendolo dan Kayupuring di Kabupaten Pekalongan serta Desa Pacet di Kabupaten Batang. Secara rutin kami melakukan survei selama minimal 7 hari dalam 1 bulan yang dilakukan oleh 14 pemuda lokal. Kegiatan ini juga sebagai upaya pendampingan 5 pemburu aktif agar mendapatkan alternatif penghasilan dengan melibatkan mereka dalam kegiatan monitoring ataupun patrol hutan. Kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kapasitas, dan mendorong kesadaran konservasi untuk warga sekitar hutan, yang dapat mengubah kegiatan exploitasi sumberdaya hutan menjadi kegiatan ekonomi produktif. Mengumpulkan informasi keanekaragaman hayati yang sangat potensial untuk di kembangkan sebagai asset daerah dan pelestarian alam berbasis komunitas. Seluruh data keragaman primata, geospasial dan catatan lain di lapangan diinput melalui aplikasi ‘KOBOTOOLBOX’. Perolehan data dari aplikasi ini belum sepenuhnya terukur menggunakan metode yang konsisten. Beberapa laporan merupakan sumbangan dari tim monitoring ketika sedang melintas dan bertemu dengan primata sehingga dapat dikatan perolehan data ini adalah data ‘citizen science’.
![]() |
| grafik perjumpaan primata |
Berdasarakan survei populasi owa pada tahun 2021 desa Kayupuring merupakan kawasan high suitable habitat untuk Owa Jawa. Sehingga patroli yang dilakukan adalah dengan menelusuri jalur-jalur rawan perburuan di desa tersebut. Metode patroli serupa juga kami lakukan di desa Pacet yang merupakan titik sebaran Owa jawa paling Timur di pegunungan Dieng. Mengingat banyak hutan yang telah beralih fungsi menjadi kebun durian dan kebun kopi non-shadeground di Mendolo, patroli dilakukan sebisa mungkin dilakukan dengan mengikuti pergerakan Owa jawa untuk mengetahui jalur pergerakan, preferensi pakan dan perilaku di low suitable habitat. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan program penanaman pohon. Sehingga titik penanaman pohon yang bertujuan agar Owa jawa dengan indikasi terisolasi di Mendolo memiliki koridor penyeberangan alami dikemudian hari.
Selama 10 bulan berjalan, hasil monitoring
yang telah terinput oleh tim monitoring adalah 242 catatan perjumpaan dengan 5
spesies primata Jawa. Seluruh data Geospasial yang tercatat memiliki rata-rata
akurasi GPS sebesar 7.327892 m dari gawai yang digunakan tim monitoring. Dengan
mengeliminasi catatan mengenai Owa jawa yang berusaha untuk diikuti di Mendolo,
karena kami anggap sebagai 1 grup. Hasil dari pengamatan dengan catatan
perjumpaan terbanyak adalah Lutung jawa (Trachypithecus auratus). Spesies
tersebut tercatat sebanyak 75 kali perjumpaan, dengan 15 individu terbanyak
dalam 1 kelompok dan rata-rata jumlah individu dalam sekali pengamatan adalah 5
individu. Sedangkan Kukang jawa (Nycticebus javanicus) merupakan jenis
yang paling jarang tercatat, hanya 3 kali perjumpaan dengan 1 individu teramati
pada tiap kali teramati.
Monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis)
menempati rangking ke 2 terendah dalam hal catatan perjumpaan dengan 31 kali
perjumpaan. Meskipun demikian, spesies ini menempati peringkat pertama dalam
hal jumlah individu terbanyak dalam 1 kelompok yaitu 18 individu dengan
rata-rata 8,13 individu. Catatan perjumpaan dengan Rekrekan (Presbytis
comata fredericae) adalah 34 kali perjumpaan, dengan jumlah individu
tertinggi adalah 16 individu dan rata-rata 5,059 individu.
Perjumpaan dengan Owa jawa (Hylobates
moloch) diluar wilayah jelajah kelompok yang diikuti di Mendolo adalah 57 kali
laporan perjumpaan dengan rata-rata jumlah individu Owa yang terhitung adalah
2,54 jumlah individu dan 8 individu terbanyak dalam satukali pengamatan di desa
Kayupuring. Seluruh perhitungan rata-rata dan jumlah individu ini adalah
catatan perjumpaan dengan primata yang mengikutsertakan laporan dari suara
terdengar tanpa terlihat yang kami hitung sebagai 1 individu.
Persebaran primata
![]() |
| sebaran perjumpaan Owa Jawa |
Area hutan desa Kutorojo, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan merupakan wilayah hutan dengan catatan primata paling Barat di Kawasan hutan pegunungan Dieng pada monitoring periode ini. Area hutan tersebut hanya absen jenis Kukang jawa (Nyticebus javanicus) karena tim tidak melakukan monitoring pada malam hari ketika mengunjungi desa tersebut. Meski tidak dijupai secara langsung namun berdasarkan wawancara dengan masyarakat lokal, mereka dapat menyebutkan ciri fisik dengan baik hingga waktu terbaik untuk bertemu dengan satwa ini pada puncak musim bunga kopi. Di luar kawasan tersebut, Kukang jawa (Nyticebus javanicus) selama periode monitoring hanya di jumpai di desa Mendolo. Hanya 3 catatan perjumpaan di area hutan dengan shadeground kopi di bawahnya dan rata-rata altitude di ketinggian 624 mdpl.
Lutung jawa (Trachypithecus auratus)
tercatat pada ketinggian dan habitat yang lebih moderat jika dibandingkan
dengan jenis lain di lansekap ini. Tercatat mulai dari ketiggian 404.651 mdpl
di kayupuring hingga
1770.83 mdpl di Pacet, dengan habitat mulai dari perkebunan hingga hutan alami.
Sedangkan catatan Rekrekan (Presbytis comata fredericae) di sisi Barat
tercatat pada ketinggian 393.76 mdpl di Kutorojo. Sedangkan di sisi Timur yaitu
desa Pacet tercatat pada 1637.3 mdpl sehingga rata-rata ketinggian 658.2403
mdpl dari 34 catatan perjumpaan di seluruh wilayah monitoring. Habitat
perjumpaan spesies ini mirip dengan Lutung jawa (Trachypithecus auratus),
bahkan 2 catatan perjumpaan berada di perkebunan teh yang memiliki pohon Afrika
(Maesopsis eminii) sebagai tanaman penaung teh.


No comments:
Post a Comment