Saturday, December 20, 2025

Membangun Gerakan Imuwan Warga : Monitoring Primata di Desa Mendolo , Desa Kayupuring dan Desa Pacet.

Oleh : Kurnia Ahmaddin

Kegiatan ini merupakan kontribusi swaraOwa sebagai anggota forum Kolaborasi Pengelolaan Hutan Petungkriyono yang telah mendapatkan SK Gubernur Jawa Tengah no 660.1/26 Tahun 2020. Dengan melibatkan warga, kegiatan monitoring keanekaragaman hayati tahun 2025 berfokus di 3 Desa yaitu Desa Mendolo dan Kayupuring di Kabupaten Pekalongan serta Desa Pacet di Kabupaten Batang. Secara rutin kami melakukan survei selama minimal 7 hari dalam 1 bulan yang dilakukan oleh 14 pemuda lokal. Kegiatan ini juga sebagai upaya pendampingan 5 pemburu aktif agar mendapatkan alternatif penghasilan dengan melibatkan mereka dalam kegiatan monitoring ataupun patrol hutan. Kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kapasitas, dan mendorong kesadaran konservasi untuk warga sekitar hutan, yang dapat mengubah kegiatan exploitasi sumberdaya hutan menjadi kegiatan ekonomi produktif. Mengumpulkan informasi keanekaragaman hayati yang sangat potensial untuk di kembangkan sebagai asset daerah dan pelestarian alam berbasis komunitas. Seluruh data keragaman primata, geospasial dan catatan lain di lapangan diinput melalui aplikasi ‘KOBOTOOLBOX’. Perolehan data dari aplikasi ini belum sepenuhnya terukur menggunakan metode yang konsisten. Beberapa laporan merupakan sumbangan dari tim monitoring ketika sedang melintas dan bertemu dengan primata sehingga dapat dikatan perolehan data ini adalah data ‘citizen science’.

grafik perjumpaan primata 

Berdasarakan survei populasi owa pada tahun 2021 desa Kayupuring merupakan kawasan high suitable habitat untuk Owa Jawa. Sehingga patroli yang dilakukan adalah dengan menelusuri jalur-jalur rawan perburuan di desa tersebut. Metode patroli serupa juga kami lakukan di desa Pacet yang merupakan titik sebaran Owa jawa paling Timur di pegunungan Dieng. Mengingat banyak hutan yang telah beralih fungsi menjadi kebun durian dan kebun kopi non-shadeground di Mendolo, patroli dilakukan sebisa mungkin dilakukan dengan mengikuti pergerakan Owa jawa untuk mengetahui jalur pergerakan, preferensi pakan dan perilaku di low suitable habitat. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan program penanaman pohon. Sehingga titik penanaman pohon yang bertujuan agar Owa jawa dengan indikasi terisolasi di Mendolo memiliki koridor penyeberangan alami dikemudian hari.

Selama 10 bulan berjalan, hasil monitoring yang telah terinput oleh tim monitoring adalah 242 catatan perjumpaan dengan 5 spesies primata Jawa. Seluruh data Geospasial yang tercatat memiliki rata-rata akurasi GPS sebesar 7.327892 m dari gawai yang digunakan tim monitoring. Dengan mengeliminasi catatan mengenai Owa jawa yang berusaha untuk diikuti di Mendolo, karena kami anggap sebagai 1 grup. Hasil dari pengamatan dengan catatan perjumpaan terbanyak adalah Lutung jawa (Trachypithecus auratus). Spesies tersebut tercatat sebanyak 75 kali perjumpaan, dengan 15 individu terbanyak dalam 1 kelompok dan rata-rata jumlah individu dalam sekali pengamatan adalah 5 individu. Sedangkan Kukang jawa (Nycticebus javanicus) merupakan jenis yang paling jarang tercatat, hanya 3 kali perjumpaan dengan 1 individu teramati pada tiap kali teramati.

Monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis) menempati rangking ke 2 terendah dalam hal catatan perjumpaan dengan 31 kali perjumpaan. Meskipun demikian, spesies ini menempati peringkat pertama dalam hal jumlah individu terbanyak dalam 1 kelompok yaitu 18 individu dengan rata-rata 8,13 individu. Catatan perjumpaan dengan Rekrekan (Presbytis comata fredericae) adalah 34 kali perjumpaan, dengan jumlah individu tertinggi adalah 16 individu dan rata-rata 5,059 individu.

Perjumpaan dengan Owa jawa (Hylobates moloch) diluar wilayah jelajah kelompok yang diikuti di Mendolo adalah 57 kali laporan perjumpaan dengan rata-rata jumlah individu Owa yang terhitung adalah 2,54 jumlah individu dan 8 individu terbanyak dalam satukali pengamatan di desa Kayupuring. Seluruh perhitungan rata-rata dan jumlah individu ini adalah catatan perjumpaan dengan primata yang mengikutsertakan laporan dari suara terdengar tanpa terlihat yang kami hitung sebagai 1 individu.

Persebaran primata

sebaran perjumpaan Owa Jawa

Area hutan desa Kutorojo, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan merupakan wilayah hutan dengan catatan primata paling Barat di Kawasan hutan pegunungan Dieng pada monitoring periode ini. Area hutan tersebut hanya absen jenis Kukang jawa (Nyticebus javanicus) karena tim tidak melakukan monitoring pada malam hari ketika mengunjungi desa tersebut. Meski tidak dijupai secara langsung namun berdasarkan wawancara dengan masyarakat lokal, mereka dapat menyebutkan ciri fisik dengan baik hingga waktu terbaik untuk bertemu dengan satwa ini pada puncak musim bunga kopi. Di luar kawasan tersebut,  Kukang jawa (Nyticebus javanicus) selama periode monitoring hanya di jumpai di desa Mendolo. Hanya 3 catatan perjumpaan di area hutan dengan shadeground kopi di bawahnya dan rata-rata altitude di ketinggian 624 mdpl.

 Dari 31 catatan perjumpaan dengan Monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis), 13 kali tercatat di desa Mendolo dan 10 kali di Kayupuring dengan rata-rata sering teramati pada ketinggian 542.2954 mdpl. Hanya terdapat 1 catatan di ketinggian 1007,64 mdpl di Sawanganronggo dan tidak laporan perjumpaan di desa Pacet dan kawasan lain dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl selain di Sawanganronggo. Meski catatan perjumpaan menunjukkan habitat spesies ini cukup moderat mulai dari perkebunan pinus, karet, dan durian namun, perjumpaan di kawasan hutan tergolong minim. Catatan di Kayupuring misalnya, meskipun habitat pada umumnya adalah hutan, namun catatan perjumpaan dengan spesies ini terkonsentrasi di sepanjang jalan utama. Hal ini dimungkinkan karena setidaknya 4 grup telah terhabituasi dengan kehadiran manusia. Kami masih mendapat laporan bahwa masyarakat dan wisatawan lokal sering memberi pakan Monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis) di sepanjang jalan utama menuju Petungkriyono. Beberapa laporan lain menginformasikan bahwa grup di pintu masuk hutan sudah mulai mengejar manusia yang membawa kantong plastik.

Lutung jawa (Trachypithecus auratus) tercatat pada ketinggian dan habitat yang lebih moderat jika dibandingkan dengan jenis lain di lansekap ini. Tercatat mulai dari ketiggian 404.651 mdpl di kayupuring hingga 1770.83 mdpl di Pacet, dengan habitat mulai dari perkebunan hingga hutan alami. Sedangkan catatan Rekrekan (Presbytis comata fredericae) di sisi Barat tercatat pada ketinggian 393.76 mdpl di Kutorojo. Sedangkan di sisi Timur yaitu desa Pacet tercatat pada 1637.3 mdpl sehingga rata-rata ketinggian 658.2403 mdpl dari 34 catatan perjumpaan di seluruh wilayah monitoring. Habitat perjumpaan spesies ini mirip dengan Lutung jawa (Trachypithecus auratus), bahkan 2 catatan perjumpaan berada di perkebunan teh yang memiliki pohon Afrika (Maesopsis eminii) sebagai tanaman penaung teh.

 Selama periode monitoring, Owa jawa (Hylobates moloch) hanya tercatat pada habitat hutan alam dengan toleransi tanaman kopi shadeground di bawah naungan hutan. Dilaporkan kera jenis ini dijumpai pada ketinggian rata-rata 596.516 mdpl. Catatan ketinggian terendah berada di 320.58 mdpl di Kutorojo dan tertinggi 1566.71 mdpl di Pacet. Keduanya mewakili catatan sebaran paling Barat dan paling Timur selama periode monitoring. Di Pacet teramati 3 individu teramati di curug Silawe  meski hanya 1 kali tercatat. Sedangkan di Kutorojo  teramati 5 individu dalam 1 kelompok.

No comments:

Post a Comment