![]() |
| Ibu-ibu anggota KWT menyiapkan sajian hutan Mendolo |
Oleh : Sidiq Harjanto
Kamis pagi, 27 November 2025, kesibukan mulai menyeruak di Dusun Sawahan, Desa Mendolo, Kecamatan Lebakbarang. Para ibu sibuk memetik berbagai sayur di hutan seperti aneka pakis, gorang, kecombrang, lengko, dan berbagai jenis jamur liar. Warga dusun jamak menyebut aktivitas ini “meramban”. Beberapa pemuda membantu mengambil daun pisang dan kayu bakar. Sebagian lainnya disibukkan dengan agenda menghias panggung pertunjukan di lapangan dusun. Batang-batang tanaman jagung yang habis dipanen dan daun-daun kelapa disulap menjadi karya seni yang estetik dan ramah lingkungan.
Ini bukanlah awal. Jauh-jauh hari sebelumnya, para perempuan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Brayanurip juga telah mengolah beberapa karung biji pucung/kepayang untuk dijadikan keluwek, salah satu bahan pangan hasil hutan unggulan Desa Mendolo. Demikian juga para pemuda yang tergabung dalam Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo, nyaris tiap malam disibukkan dengan gladi tari. Tak hanya melatih diri sendiri, mereka sekaligus melatih adik-adik mereka.
![]() |
| hasil olahan pangan dari hutan Mendolo |
Serangkaian kesibukan ini adalah persiapan menuju puncak acara Pekan Pangan Mendolo 2025 yang digelar pada 29 November 2025. Pekan Pangan merupakan hasil evolusi dari Perayaan Hari Pangan yang telah dirintis warga Mendolo bersama SwaraOwa sejak 2022. Tak salah kiranya menggunakan nama “Pekan Pangan” karena pada kenyataannya selama sepekan, warga telah sibuk dengan berbagai aktivitas seperti meramban bahan pangan dari hutan, persiapan venue, hingga latihan pentas seni bagi para penampil.
Pekan Pangan sebagai simpul konservasi
Tahun ini bisa dikatakan menjadi babak baru dalam skema “community conservation” yang diusung sebagai kolaborasi SwaraOwa, Pemerintah Desa Mendolo, beserta warga masyarakat yang tergabung dalam PPM Mendolo dan KWT Brayanurip. Skema ini telah menggulirkan program pengembangan ekonomi berkelanjutan seperti pengelolaan kopi robusta di bawah naungan, produksi madu klanceng, dan inovasi produk berupa tepung gadung. Ekonomi berkelanjutan menjamin inklusivitas, sehingga melibatkan berbagai kalangan, termasuk kaum perempuan.
![]() |
| para penari KWT Brayan Urip |
Sebagai upaya melestarikan desa dengan keanekaragaman hayati tinggi, termasuk lima jenis primata dan berbagai jenis burung terancam punah seperti elang jawa dan raja-udang kalung-biru, kolaborasi ini telah menginisasi berbagai program konservasi. Salah satunya adalah program koridor hutan melalui penanaman berbagai jenis pohon hutan. Tujuannya untuk menjaga konektivitas habitat bagi berbagai spesies langka dan terancam punah seperti owa jawa dan raja-udang kalung-biru yang mendiami kawasan hutan di desa ini.
Pekan Pangan Mendolo 2025 menjadi simpul untuk merangkum berbagai program konservasi yang telah dijalankan. Selaras dengan skema yang dijalankan, pada tahun ini mengusung tema “Pangan dan Konektivitas Ekosistem”. Perhelatan ini berupaya membangkitkan kesadaran kita semua bahwa kunci keberhasilan program konservasi adalah merawat konektivitas ekosistem. Pangan sendiri adalah koneksi antara manusia dengan alam. Seyogyanya kita memilih bahan pangan yang seimbang dan menyehatkan tubuh, serta disediakan dengan cara-cara yang berkelanjutan tanpa merusak keseimbangan ekosistem. Pada konteks lokal Mendolo, tradisi pangan masyarakat dan kelestarian hutan owa jawa adalah satu nafas yang tak terpisahkan.
![]() |
| Tari geculan bocah |
Merajut asa untuk masa depan hutan owa
Edukasi menjadi langkah strategis dalam membangun skema konservasi berbasis masyarakat, khususnya dalam menyiapkan generasi penerus yang cinta lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Di Mendolo, langkah strategis itu telah diejawantahkan dalam kegiatan nyata. Melalui momen Pekan Pangan Mendolo ini, panitia menyelipkan agenda peluncuran Generasi Lestari.
Beranggotakan 20 orang anak di lingkup Desa Mendolo, Generasi Lestari adalah platform komunitas belajar bagi generasi muda yang dilahirkan atas kolaborasi KWT Brayanurip, PPM Mendolo, dan SwaraOwa untuk mewujudkan skema pembelajaran yang holistik. Komunitas ini mengedepankan inklusivitas, dan menyentuh sisi kecerdasan emosional yang dirangkum dalam aktivitas bermain dan belajar. Pembiasaan-pembiasaan kecil seperti bertutur kata yang sopan, konsumsi makanan sehat, dan pembelajaran empati (termasuk kepada satwa liar) menjadi agenda utama Generasi Lestari.
Peluncuran ditandai dengan simbolis penyematan atribut berupa topi dan tas lapangan oleh Bapak Kaliri selaku Kepala Desa Mendolo kepada dua anak sebagai perwakilan, dilanjutkan pembacaan doa dan pemotongan tumpeng. Kiprah Generasi Lestari langsung dibuktikan dengan pertunjukan dua tarian, meliputi tari “Gaculan Bocah” yang menampilkan enam anak perempuan dengan riasan eksentrik menarikan tarian penuh kegembiraan. Tari kedua menampilkan tujuh anak laki-laki memainkan tari “Jingkrak Sundang” yang rancak.
![]() |
| Tarian Jingkrak Sundang |
Jam makan siang tiba. Segenap warga desa dan para tamu berkumpul di rumah salah satu warga. Pada meja yang ditata memanjang telah tersaji 31 jenis menu yang dihasilkan dari berbagai bahan berbasis hutan seperti aneka sayur hutan, jejamuran liar, aneka sambal: sambal kecombrang, sambal keluwak, sambal klanthing, dll. Setiap sajian telah diberikan informasi yang bisa dibaca oleh para tamu sembari menikmati hidangan. Amelia Nugrahaningrum dari Genau Indonesia dan Nur Choiriyah dari Indonesia Dragonfly Society membantu memfasilitasi para ibu dari KWT Brayanurip untuk melakukan kurasi dan intepretasi menu.
Seni: jembatan integral antara hati, pangan, dan hutan
Sejak pertama kali digelar pada tahun 2022 bertajuk Perayaan Hari Pangan Sedunia, ada satu elemen yang terus melekat dalam Pekan Pangan, ialah seni. Berawal dari seni-dolanan “uwi-uwinan” dan musikalisasi puisi oleh Tohir Susilo dan Yurizal Rahman pada 2022, diikuti Pentas Seni “Ketoprak Sayur” yang menampilkan lebih banyak talenta lokal pada 2023, dan Pentas Karawitan dan Ronggeng pada 2024. Puncaknya di tahun ini, ada lebih banyak penampil seni yang berpartisipasi. Mulai dari tari Gaculan, tari kontemporer yang dikreasi KWT, karawitan, ronggeng, dan tari Jingkrak Sundang (anak&dewasa).
![]() |
| Tarian jingkrak sundang bocah |
Seni tidak sekadar sebagai hiburan. Ia sarat akan makna, bisa menjadi media menyampaikan pesan, membangkitkan empati, meningkatkan kreativitas, dan melatih kerjasama. Setiap pertunjukan seni membawa misi tersendiri, seperti tari Jingkrak Sundang, tari kreasi Bapak Sujono dari Keron, Magelang ini menggambarkan kemarahan dan keputusasaan satwa liar yang kehilangan habitat. Melalui penjiwaan gerak dan musik, tari ini menjadi instrumen integral untuk membangkitkan empati—mengingatkan kita bahwa ketika hutan hilang, ada banyak kehidupan yang hancur di dalamnya.
Ucapan terima kasih
Atas terselenggaranya Pekan Pangan Mendolo 2025, SwaraOwa memberikan apresiasi sebesar-besarnya untuk para kolaborator lokal sebagai panitia penyelenggara, yaitu PPM Mendolo dan KWT Brayanurip atas kerja keras tanpa kenal lelah. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Pemerintah Desa Mendolo, Muspika Kecamatan Lebakbarang, Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur, Yayasan Astra Honda Motor beserta affiliated companies, CDK IV Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jawa Tengah, Dinas Pertanian, Indonesia Dragonfly Society, Genau Indonesia, dan segenap warga masyarakat dan para tamu yang turut memeriahkan acara.






No comments:
Post a Comment