Para sound recordist bilang kalau suara bisa menjelaskan ribuan gambar. Meskipun berupa gelombang suara yang tidak terlihat, namun ada cara atau metode untuk memvisualisasikan suara ini.
Suara-suara primata terutama dari jenis-jenis primata adalah sangat khas, dan dari suara ini juga telah muncul penelitian-penelitian yang lebih dalam untuk melihat karakter individu. Karena suara bisa menjadi finger print untuk masing masing individu. Suara juga digunakan untuk monitoring ekologi.
Perkembangan penelitian tentang suara untuk monitoring ekologi dan konservasi juga terus berkembang. Beberapa sumber di internet sangat membantu untuk referensi tentang sound recordist atau hidupan liar.
Swaraowa telah mengawali kegiatan perekaman suara ini sejak tahun 2014, ada 2 judul penelitian tentang suara owa telah selesai, dan beberapa data rekaman juga dapat di dengarkan melalui soundcloud. Kami mengajak anda untuk mengenal suara primata Indonesia di habitat aslinya.
Owa jawa (Hylobates moloch) di hutan Sokokembang
Ungko (Hylobates agilis) di Bukit Bulan,Sorulangun, Jambi
Bilou (Hylobates klosii) di Siberut
Owa tangan putih (Hylobates lar) di Aceh.
Meskipun tidak sering bersuara namun jenis-jenis monyet daun juga menarik, seperti
Joja (Presbytis potenziani), Siberut Mentawai
Thomas's Leaf Monkey (Presbytis thomasi), Aceh
Javan langur (Trachypithecus auratus)
Kami membuka kesempatan untuk berkolaborasi bagi anda peneliti atau pegiat konservasi, atau bahkan musisi untuk melakukan penelitian suara, atau berkolaborasi untuk kegiatan pelestarian alam yang terkait dengan suara-suara satwaliar dari habitat aslinya, silahkan emal di : swaraowa@gmail.com
Monday, October 30, 2017
Friday, October 20, 2017
Gibbon Watching, an alternative eco-tour in Java
Javan Silvery Gibbon |
This week our team receiving special guest who want to see
wild primates in Sokokembang forest. The guest is coming from WorldWideWeb to find us, and interested to watch gibbon in
the wild. They found our website and contact us by email, soon we arrange dates
for them to do primate watching.
From the email they introduce them self from Finland, and
have been back packing to Southeast Asia and want to see some Indonesian
wildlife, Komodo and Javan gibbon are their list priorities. Jussi and Outi
both from Finland have done asking through the emails how to do primate
watching in Sokokembang. In this trip we also give an introduction that this
trip is a part of conservation activities in Central Java, to promote Javan
gibbon (Hylobates moloch) as
endangered and endemic primates. And the date come, on 11 October 2017 their visit
our base in Yogyakarta, see our coffee house and drinking coffee from our shade
grown habitat.
Javan gibbon habitat |
Departing from Yogyakarta at afternoon, we head to
Sokokembang ride our 4wd vehicle off course with many stops. Along the way
chats inside the vehicle made us feel happy to know these guest. And we reach
Sokokembang at 9 pm. Soon we reach Sokokembang we introduce to our Pa’e Tasuri (Owa coffee house owner), and we ask
him to guide tomorrow morning for primate watching.
Next morning, soon after coffee ritual about 6.30 we are
ready to the field, boot and raincoat is provided, binocular also will help to
see the primates. We have already give an introduction about primates in sokokembang,
there are Javan gibbon (Hylobates moloch),
Javan Langur (Trachypithecus auratus),
Javan surili (Presbytis comata) and
Longtailed macaques (Macaca fascicularis).
Pa'e Tasuri is guiding to watch the gibbon |
There are primate watching route established in Sokokembang,
using public road. From this road we can see the primates, however we have been
monitor groups distribution along this route. Less than 1 hour walk first
primate was detected is Javan langur. The langur is leaf eating monkeys and
they living in 2-15 individuals in Sokokembang forest. Then we are so lucky not so far from the
langurs there were Gibbon hanging on the fruiting trees. The gibbon is lesser
ape, doesn’t have any tail and
frugivore, their living pair with stable homerange. There are about 21 to 28
groups of gibbon found in Sokokembang forest.
meet and greet due to Javan gibbon |
It was fun when we watching the gibbon, a local resident
come to us and want to take photo with Jussi and Outi. We explain to the locals
that these guests are wanted to see javan gibbon in the wild, far from their
home, this is their motivation to visit the rainforest of Java.
drink shade grown help save the forest |
Coffee-ing is
another following activities, we introduce that our project is grass root level
acvtivities, to promote Javan gibbon
also to engage local community to
preserve their natural resources, Owa
coffee is sustainable products that meets ecology and economy problems in
the Javan gibbon habitat, through this coffee we explain that shade grown
coffee of Sokokembang is important for the gibbon habitat and source of income
for people nearby the forest. Visiting shade grown coffee and see how the
coffee is produced for local market in the Javan gibbon habitat are activities
that we share to our special guest.
Thank you for your contribution Jussi and Outi.
PS: feel free, do email us at : swaraowa at gmail.com for further info
about this gibbon watching trip.
Tuesday, October 17, 2017
Pelatihan metode survey primata, hutan Sokokembang.
Foto bersama seluruh Peserta |
Habitat Owa jawa , hutan Sokokembang minggu ini menerima
tamu-tamu istimewa, anak-anak muda yang
begitu antusiast untuk datang, belajar, berbagi pengalaman dan berjejaring
untuk pelestarian primata di habitat aslinya . Pelatihan metode survey primata
yang ke-5, dilaksanakan tanggal 13-15 Oktober 2017. Kegiatan yang menjadi agenda
tahunan yang telah dilakukan sejak tahun 2013. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mendorong munculnya peneliti primata atau pegiat konservasi primata dari generasi muda, Meningkatkan
kemampuan teknis dan pengetahuan tentang primata, dan mendorong munculnya jejaring peneliti
atau pegiat konservasi primata di wilayah habitat asli primata yang terancam
punah.
acara bertempat di Pendopo Kopi Owa |
Bertempat di rumah Kopi Owa di dusun Sokokembang,
Kayupuring, Kecamatan Petungkriono , secara khusus 22 peserta di berbagai
institusi mewakili organisasi mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, kelompok
pecinta alam, dan perwakilan dari BKSDA dan Perhutani di wilayah Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta, hadir untuk mengkuti rangkaian acara Pelatihan Metode Survey
Primata 2017.
Pengamatan langsung di hutan |
Selama 3 hari peserta di kenalkan dengan dasar-dasar teknik
survey primata, yang diperkenalkan oleh tim SwaraOwa, tidak hanya dasar teori
tapi juga langsung praktek di lapangan. Ada dua metode dasar yang di
perkenalkan untuk survey primata, yaitu line
transect dan metode vocal
count-triangulation yang khusus di gunakan untuk estimasi populasi Owa
Jawa. Dasar teori di berikan di awal acara dan kemudian esok harinya di
praktekkan secara langsung di lapangan, termasuk bagaimana menganalisis data
yang di peroleh.
Metode line transect diterapkan untuk
mengestimasi populasi primata secara
langsung, dengan menggunakan jalur-jalur monitoring yang telah di persiapkan.
Metode suara atau vocal count-triangulasi diterapkan berdasar Listening post (LPS) yang juga telah di
persiapkan.
Jalur transek yang telah disiapkan |
peserta di bagi dalam kelompok kecil untuk data collecting |
Dalam kegiatan ini juga turut kita undang 3 pembicara yang
berbagi pengalaman tentang penelitian dan konservasi Primata di tempat lain. Rahayu
Octaviani dari Pusat penelitian dan konservasi Owa jawa di Gunung Halimun
Salak, berkisah tentang kegiatan penelitian perilaku dan upaya pelestarian Owa
Jawa. Penelitian sejak tahun 2007 di wilayah hutan Citalahab memberikan
gambaran yang jelas tentang perkembangan perilaku dan populasi Owa jawa.
Rahayu Octaviani presentasi tentang Owa Jawa di Citalahab |
Pembicara kedua yang kita datangkan di acara pelatihan ini
adalah Nur Aolia coordinator program rehabilitasi Orangutan Yayasan Jejak
Pulang, Kalimantan Timur. Aolia memaparkan ancaman kepunahan orangutan akibat
hilangnya hutan dan perburuan. Banyak orangutan kemudian di”manusiakan”.
Kegiatan rehabilitiasi yang mencoba menghutankan kembali orangutan, menjadi
pengalaman yang berbeda bagi peserta.
Aolia presentasi tentang Orangutan |
Ada satu pembicara yang di undang di acara ini adalah Andie Ang dari Singapura yang menceritakan pengalamannya membangun upaya
konservasi dan penelitian monyet daun singapura (Raffless banded langur)-Presbytis femoralis. Penelitian DNA untuk pelestarian primata di Singapura menjadi
contoh yang menarik untuk melestarikan primata dengan melibatkan teknologi dan
ilmu pengetahuan modern. Kegiatan citizen science yang di inisiasi untuk warga singapura
memberikan hasil positif untuk meningkatkan kesadaran konservasi untuk primata
yang terancam punah di Singapura.
Andie Ang dengan Raffles Banded Langur |
Acara ini terselenggara melalui kegiatan "Kopi dan Konservasi Primata 2017, atas kerjasama dengan Kelompok Studi dan Pemerhati Primata Fakultas Kehutanan UGM di dukung oleh SwaraOwa, Fortwayne children zoo, Ostrava Zoo, dan Wildlife reserve Singapore.
Subscribe to:
Posts (Atom)