ditulis oleh : Asman Adi Purwanto
e-mail : raptor.aap@gmail.com
|
Curug Lawe dan Perkebunan Teh Medini, Ungaran |
Google Maps di Smartphone saya sudah susah
untuk menunjukan arah jalan menuju Curug Lawe yang berada di kaki Gunung
Ungaran, Kendal, Jawa Tengah 10 Maret lalu. Sinyal untuk internet mulai
menghilang. Beruntunglah ada yang bisa kami tanya sehingga kami bisa
melanjutkan perjalanan kami ke curug lawe untuk mencari keberadaan Rekrekan (Presbytis
comata fredericae) dan Lutung Jawa (Trachypithecus
auratus).
Jalanan beraspal telah habis berganti dengan
jalan makadam (berbatu) dan jalanan
hanya bisa untuk satu mobil. Sampai akhirnya kami menemukan tanda-tanda
perkampungan dan papan penunjuk jalan menuju Medino – Promasan. Tapi tidak
untuk Curug Lawe. Nah lho?
Ternyata curug lawe yang kami tuju memang
belum tenar seperti Curug Sewu Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Tempatnya
nyelempit, dari kampung terakhir masih satu kilometer jarak tempuh jalan kaki.
Dikarenakan waktu yang sudah menunjukan pukul 16:30 dan cuaca mendung akhirnya
kamiputuskan untuk menginap di rumah salah seorang warga dan perjalanan ke
curug lawe mencari kawanan Lutung Jawa keesokan harinya.
Dan, setelah kami tanya – tanya ke warga
akhirnya kami menginap di Medini, di kediaman Pak Min yang menjadi Base Camp pendakian gunung ungaran.
********
Jumat
(11/03) pagi cuaca di medini terlihat kurang begitu bersahabat. Diluar rumah
kabut terlihat cukup tebal disertai dengan gerimis.
“ Kalau sudah gerimis pasti turun kabut, Mas.
Dan itu bisa sampai satu hari” terang pak Min kepada kami. “ Tidak apa-apa, Pak. Semoga saja nanti ada
matahari” jawab saya.
Pak Min menyibukan diri membersihkan sampah
dedaunan yang ada di halaman rumahnya. Beberapa kolam ikan Nila terisi sebagai
cadangan sumber makanan keluarga. Beberapa warga terlihat bersiap memetik teh.
Mereka diangkut menggunakan kendaraan Truk menuju lokasi perkebunan.
Waktu terus beranjak tapi kabut tak kunjung
menghilang. Tapi ada tanda-tanda akan menghilang. Setelah makan pagi, kami
berpamitan ke Pak Min dan keluarga untuk naik ke arah promasan. Menurut pak
min, Lutung Jawa biasanya akan terlihat di hutan yang berada di atas perkebunan
teh. Nah, kami coba mengamati lokasi yang disebutkan pak min. Menurut beliau
kelompok lutung di jalur antara medini – promasan itu bisa diamati dari jalan.
Sepanjang perjalanan tampak para pemetik teh
sedang memetik daun-daun teh yang masih terlihat segar. Beberapa sudah ada yang
disimpan dipinggir jalan, dimasukan ke dalam karung angkut. Mereka terlihat
tetap menggunakan jas hujan plastik. Siap-siap jika sewaktu-waktu turun hujan.
Saya dan mas Wawan pun sesekali turun dari mobil dan mengamati kondisi hutan
disekitar perkebunan teh. Hasilnya nihil, tidak ada penampakan lutung dan
rekrekan.
Dilihat dari pencitraan satelit, kondisi hutan
di sekitaran medini dan promasan itu terpetak – petak di punggungan yang berada
diatas perkebunan teh medini. Sedangkan dari penampakan secara langsung
kondisinya pun demikian. Hutan yang masih terlihat bagus terbagi – bagi di
punggungan yang tidak dibuka sebagi perkebunan. Burung Cica koreng Jawa (Megalurus palustris) dan Cucak Kutilang
(Pycnonotus aurigaster) menjadi
pelipur lara saya karena belum ada penampakan lutung jawa seperti yang
disebutkan Pak Min.
Cica Koreng Jawa |
Dalam perjalanan turun, di seberang jalan
terlihat tanda-tanda adanya sekelompok Lutung Jawa sedang mencari makan. Jarak
dari posisi kami berdiri sekitar 270 meter, jika difoto hanya terlihat titik
gumpalan hitam-hitam di pepohonan. Total lutung jawa yang teramati 6 ekor
terdiri dari remaja dan dewasa. Pengamatan kami
lakukan sekitar 5 – 10 menit dan berhenti karena gerimis kembali turun. Para
lutung tetap tenang memetik pucuk daun dan memasukannya ke mulut. Tak peduli
gerimis kembali turun.
Perburuan
Burung
Lokasi berikutnya adalah kawasan hutan di
aliran sungai air terjun “curug” lawe. Menurut informasi dari KP3 Primata
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang sebelumnya berkegiatan dilokasi
tersebut, ditemukan beberapa Lutung.
Mobil kami parkir di pinggir jalan dekat rumah
warga. Menurut informasi warga sekitar, jarak dari tempat parkir ke curug lawe
sekitar 1 kilometer. Hutan diatas aliran sungai tampak bagus dan rimbun. Tepat
kalau dibilang sebagai habitat primata jawa. Hutannya masih terlihat alami
dengan pohon-pohon besar mendominasi. Suara burung saling bersahutan. Minus
suara burung elang yang selalu menjadi favorit saya. Mungkin karena cuaca siang
itu baru saja selesai gerimis dan matahari tak kunjung keluar.
Sepah kecil, sebagai burung pemikat |
Tak kurang seratus meter dari lokasi air
terjun kami menemukan kegiatan perburuan burung. Terdapat dua sangkar burung
yang di isi Sepah Kecil , Burungmadu Pengantin dan Gelatik Batu Kelabu sebagai
burung pemikat. Metode yang digunakan adalah menggunakan getah pohon Artocarpus sp. yang dililitkan pada
ranting dan sangkar burung diletakan di bawah ranting dengan perekat tersebut. Tidak
lama kami berada di lokasi itu dua orang pemburu yang berasal dari daerah
sekitar curug lawe itu muncul. Ternyata tidak hanya menggunakan getah sebagai
perekat, mereka juga menggunakan jaring kabut dan burung pemikat lainnya yakni
Beluk Ketupa (Ketupa ketupu).
Kegiatan penangkapan burung di curug lawe
menurut keterangan dua orang pemburu tersebut memang kerap terjadi. Sasarannya
adalah burung- burung kicau seperti Burungmadu, Sikatan, Kacamata, Cica daun
dan burung kicau lainnya.
“ Sampeyan Cuma cari burung apa semua jenis
satwa yang bisa ditangkap juga sampeyan ambil, Mas?”. Tanya saya kepada kedua
pemburu tersebut. “Misal ada lutung juga sampeyan tangkap”. Saya menambahkan.“ndak, Mas. Kami Cuma cari burung saja kok,
Mas. Itu saja susah, burungnya makin sedikit”. Jawab salah satu dari mereka.
“Biasanya sampeyan jual sendiri ke pasar apa
ada pengepul yang datang ke rumah sampeyan? Atau sampeyan jual kemana?” “Dikumpulin dulu di rumah, kalau sudah kumpul
dan burung sudah bisa makan pur
(pelet) baru kami bawa ke pasar, Mas. Biasanya kami jual ke Wajo”
Curug Lawe |
Kawasan Curug Lawe, Medini dan Ungaran pada
khususnya merupakan kawasan diluar kawasan konservasi/lindung yang lemah segi
penegakan hukumnya sehingga aktifitas perburuan burung dan satwaliar lainnya
luput dari pengawasan pihak/instansi terkait. Yang kami khawatirkan para
pemburu burung juga akan menangkap semua jenis satwa yang mereka temukan. Misal
Lutung Jawa yang berada di kawasan curug lawe hingga ke ungaran.
Melalui kegiatan survey ini selain kami
mencari data keberadaan Rekrekan dan Lutung Jawa di Ungaran juga sembari
berbagi informasi kepada warga mengenai keberadaan dua jenis satwa tersebut.
Hal itu kami harap bisa menjadi jembatan saling tukar informasi dengan warga.
Meskipun target utama pencarian kami tidak tercapai, berbagi informasi kepada
warga sekitar habitat rekrekan dan lutung jawa juga sangat penting.