Saturday, March 26, 2016

Mencari Rekrekan di Gunung Ungaran

ditulis oleh : Asman Adi Purwanto

Curug Lawe dan Perkebunan Teh Medini, Ungaran

Google Maps di Smartphone saya sudah susah untuk menunjukan arah jalan menuju Curug Lawe yang berada di kaki Gunung Ungaran, Kendal, Jawa Tengah 10 Maret lalu. Sinyal untuk internet mulai menghilang. Beruntunglah ada yang bisa kami tanya sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan kami ke curug lawe untuk mencari keberadaan Rekrekan  (Presbytis comata fredericae) dan Lutung Jawa (Trachypithecus auratus).
Jalanan beraspal telah habis berganti dengan jalan makadam (berbatu) dan jalanan hanya bisa untuk satu mobil. Sampai akhirnya kami menemukan tanda-tanda perkampungan dan papan penunjuk jalan menuju Medino – Promasan. Tapi tidak untuk Curug Lawe. Nah lho?
Ternyata curug lawe yang kami tuju memang belum tenar seperti Curug Sewu Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Tempatnya nyelempit, dari kampung terakhir masih satu kilometer jarak tempuh jalan kaki. Dikarenakan waktu yang sudah menunjukan pukul 16:30 dan cuaca mendung akhirnya kamiputuskan untuk menginap di rumah salah seorang warga dan perjalanan ke curug lawe mencari kawanan Lutung Jawa keesokan harinya.
Dan, setelah kami tanya – tanya ke warga akhirnya kami menginap di Medini, di kediaman Pak Min yang menjadi Base Camp pendakian gunung ungaran.

********
 Jumat (11/03) pagi cuaca di medini terlihat kurang begitu bersahabat. Diluar rumah kabut terlihat cukup tebal disertai dengan gerimis.
“ Kalau sudah gerimis pasti turun kabut, Mas. Dan itu bisa sampai satu hari” terang pak Min kepada kami. “ Tidak apa-apa, Pak. Semoga saja nanti ada matahari” jawab saya.
Pak Min menyibukan diri membersihkan sampah dedaunan yang ada di halaman rumahnya. Beberapa kolam ikan Nila terisi sebagai cadangan sumber makanan keluarga. Beberapa warga terlihat bersiap memetik teh. Mereka diangkut menggunakan kendaraan Truk menuju lokasi perkebunan.
Waktu terus beranjak tapi kabut tak kunjung menghilang. Tapi ada tanda-tanda akan menghilang. Setelah makan pagi, kami berpamitan ke Pak Min dan keluarga untuk naik ke arah promasan. Menurut pak min, Lutung Jawa biasanya akan terlihat di hutan yang berada di atas perkebunan teh. Nah, kami coba mengamati lokasi yang disebutkan pak min. Menurut beliau kelompok lutung di jalur antara medini – promasan itu bisa diamati dari jalan.

Sepanjang perjalanan tampak para pemetik teh sedang memetik daun-daun teh yang masih terlihat segar. Beberapa sudah ada yang disimpan dipinggir jalan, dimasukan ke dalam karung angkut. Mereka terlihat tetap menggunakan jas hujan plastik. Siap-siap jika sewaktu-waktu turun hujan. Saya dan mas Wawan pun sesekali turun dari mobil dan mengamati kondisi hutan disekitar perkebunan teh. Hasilnya nihil, tidak ada penampakan lutung dan rekrekan.
Dilihat dari pencitraan satelit, kondisi hutan di sekitaran medini dan promasan itu terpetak – petak di punggungan yang berada diatas perkebunan teh medini. Sedangkan dari penampakan secara langsung kondisinya pun demikian. Hutan yang masih terlihat bagus terbagi – bagi di punggungan yang tidak dibuka sebagi perkebunan. Burung Cica koreng Jawa (Megalurus palustris) dan Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster) menjadi pelipur lara saya karena belum ada penampakan lutung jawa seperti yang disebutkan Pak Min.
Cica Koreng Jawa

Dalam perjalanan turun, di seberang jalan terlihat tanda-tanda adanya sekelompok Lutung Jawa sedang mencari makan. Jarak dari posisi kami berdiri sekitar 270 meter, jika difoto hanya terlihat titik gumpalan hitam-hitam di pepohonan. Total lutung jawa yang teramati 6 ekor terdiri dari remaja dan dewasa. Pengamatan kami  lakukan sekitar 5 – 10 menit dan berhenti karena gerimis kembali turun. Para lutung tetap tenang memetik pucuk daun dan memasukannya ke mulut. Tak peduli gerimis kembali turun.

Perburuan Burung
Lokasi berikutnya adalah kawasan hutan di aliran sungai air terjun “curug” lawe. Menurut informasi dari KP3 Primata Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang sebelumnya berkegiatan dilokasi tersebut, ditemukan beberapa Lutung.
Mobil kami parkir di pinggir jalan dekat rumah warga. Menurut informasi warga sekitar, jarak dari tempat parkir ke curug lawe sekitar 1 kilometer. Hutan diatas aliran sungai tampak bagus dan rimbun. Tepat kalau dibilang sebagai habitat primata jawa. Hutannya masih terlihat alami dengan pohon-pohon besar mendominasi. Suara burung saling bersahutan. Minus suara burung elang yang selalu menjadi favorit saya. Mungkin karena cuaca siang itu baru saja selesai gerimis dan matahari tak kunjung keluar.
Sepah kecil, sebagai burung pemikat

Tak kurang seratus meter dari lokasi air terjun kami menemukan kegiatan perburuan burung. Terdapat dua sangkar burung yang di isi Sepah Kecil , Burungmadu Pengantin dan Gelatik Batu Kelabu sebagai burung pemikat. Metode yang digunakan adalah menggunakan getah pohon Artocarpus sp. yang dililitkan pada ranting dan sangkar burung diletakan di bawah ranting dengan perekat tersebut. Tidak lama kami berada di lokasi itu dua orang pemburu yang berasal dari daerah sekitar curug lawe itu muncul. Ternyata tidak hanya menggunakan getah sebagai perekat, mereka juga menggunakan jaring kabut dan burung pemikat lainnya yakni Beluk Ketupa (Ketupa ketupu).
Kegiatan penangkapan burung di curug lawe menurut keterangan dua orang pemburu tersebut memang kerap terjadi. Sasarannya adalah burung- burung kicau seperti Burungmadu, Sikatan, Kacamata, Cica daun dan burung kicau lainnya.

“ Sampeyan Cuma cari burung apa semua jenis satwa yang bisa ditangkap juga sampeyan ambil, Mas?”. Tanya saya kepada kedua pemburu tersebut. “Misal ada lutung juga sampeyan tangkap”. Saya menambahkan.“ndak, Mas. Kami Cuma cari burung saja kok, Mas. Itu saja susah, burungnya makin sedikit”. Jawab salah satu dari mereka.
“Biasanya sampeyan jual sendiri ke pasar apa ada pengepul yang datang ke rumah sampeyan? Atau sampeyan jual kemana?” “Dikumpulin dulu di rumah, kalau sudah kumpul dan burung sudah bisa makan pur (pelet) baru kami bawa ke pasar, Mas. Biasanya kami jual ke Wajo”

Curug Lawe

Kawasan Curug Lawe, Medini dan Ungaran pada khususnya merupakan kawasan diluar kawasan konservasi/lindung yang lemah segi penegakan hukumnya sehingga aktifitas perburuan burung dan satwaliar lainnya luput dari pengawasan pihak/instansi terkait. Yang kami khawatirkan para pemburu burung juga akan menangkap semua jenis satwa yang mereka temukan. Misal Lutung Jawa yang berada di kawasan curug lawe hingga ke ungaran.

Melalui kegiatan survey ini selain kami mencari data keberadaan Rekrekan dan Lutung Jawa di Ungaran juga sembari berbagi informasi kepada warga mengenai keberadaan dua jenis satwa tersebut. Hal itu kami harap bisa menjadi jembatan saling tukar informasi dengan warga. Meskipun target utama pencarian kami tidak tercapai, berbagi informasi kepada warga sekitar habitat rekrekan dan lutung jawa juga sangat penting. 

No comments:

Post a Comment