Oleh : Sidiq Harjanto
Desa Mendolo, Lebak Barang,Kab. Pekalongan |
Selain di Petungkriyono, Swaraowa telah memperlebar sayap ke
Kecamatan Lebakbarang, dengan fokus kegiatan di Desa Mendolo. Desa ini
dikelilingi hutan. Masih ada owa jawa dan jenis-jenis primata lain, termasuk
kukang. Swaraowa mulai membuat kegiatan
di Mendolo pertama kali di tahun 2015, ketika itu bersama dengan Dinas
Kehutanan, Kabupaten Pekalongan, melakukan inventarisasi flora dan fauna
dilindungi di Kabupaten Pekalongan, dan
setelah itu mulai sering berkunjung kesana, dan mengembangkan kegiatan bersama
warga di Mendolo sejak tahun 2017 dan berjalan hingga sekarang. Desa ini
memiliki 4 pedukuhan, sebagian besar warganya hidup dari mengelola lahan hutan
dan memanen madu hutan. Karakter masyarakatnya yang sangat dekat dengan hutan
menjadi alasan kuat bagi kami untuk menjadikan Mendolo sebagai site kegiatan.
Owa jawa di hutan Mendolo |
Pada 2017 kami melakukan penggalian informasi mengenai
jenis-jenis lebah madu yang ada di kawasan Mendolo, beserta pemanfaatannya. Dari
hasil penggalian informasi tersebut ditemukan 5 jenis lebah madu, terdiri dari
2 jenis lebah bersengat, dan 3 jenis lebah tanpa sengat atau lazim disebut
klanceng. Sebagian jenis lebah madu telah dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pemanenan madu hutan Apis dorsata dan
lebah klanceng (Trigona spp.) dilakukan
turun-temurun dan menjadi tradisi yang telah melekat pada masyarakat Mendolo.
Hasil riset ini telah dipaparkan pada Seminar Nasional Perlebahan Tropik di Fak
Peternakan, September 2019.
Koloni lebah klanceng yang sedang di kembangkan di Mendolo |
Dengan informasi tersebut, bisa dikatakan bahwa perlebahan
merupakan salah satu potensi besar dari Desa Mendolo. Maka strategi kami selanjutnya
adalah melakukan uji coba budidaya khususnya untuk jenis-jenis lebah klanceng.
Tahapannya meliputi menentukan lokasi uji coba, menentukan jenis yang ideal,
membuat desain kotak budidaya (stup lebah). Langkah selanjutnya memperoleh
koloni dari alam, memelihara koloni-koloni dengan Kriteria jenis yang dipilih antara lain
jumlahnya melimpah, produksi madu ekonomis, dan mudah dipelihara. Selama satu
tahun uji coba, koloni-koloni lebah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan
dan dianggap layak untuk ditingkatkan skalanya.
Hasil uji coba budidaya yang dilakukan di tahun sebelumnya
menunjukkan hasil yang cukup baik. Maka pada 2019 kami memutuskan untuk membuat
demplot budidaya sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat. Ini menjadi
lompatan untuk scalling up meliponikultur
di Mendolo. Harapannya dengan adanya pusat informasi perlebahan ini, maka
masyarakat akan tertarik dan tergerak untuk melakukan budidaya. Ini akan
menjadi langkah awal untuk mengangkat Mendolo sebagai sentra budidaya klanceng.
Pada 2019 pula kami fokus pada penggalian informasi mengenai pakan lebah.
Ketersediaan pakan lebah menjadi kunci penting dalam budidaya. Ada sekitar 44
jenis tumbuhan hutan yang menjadi pakan bagi lebah. Tumbuhan berbunga
menyediakan sumber pakan, baik berupa nektar maupun serbuk sari.
Paguyuban Petani Muda Mendolo sedang belajar menyangrai kopi |
Kami menyadari bahwa peran aktor lokal menjadi kunci
kesuksesan program SwaraOwa di Mendolo. Antusiasme masyarakat lokal ditunjukkan
dengan terbentuknya sebuah komunitas pemuda, yang kemudian menamakan diri
sebagai Paguyuban Petani Muda Mendolo. Berdiri pada 18 Agustus 2019, dalam suasana
hari kemerdekaan, sekelompok pemuda sepakat untuk mendedikasikan diri bagi pengembangan
potensi desa mereka. Melalui diskusi bulanan mereka membangun persepsi dan
menumbuhkan cita-cita. Program yang telah mereka jalankan meliputi penguatan
kapasitas, partsisipasi dalam berbagai kegiatan, sampai kegiatan produksi. Kini
mereka telah memiliki produk kopi dengan brand Kopi Batir. Mereka juga mulai merintis kebun pembibitan guna
memenuhi kebutuhan bibit aneka tanaman budidaya bagi kebun-kebun mereka sendiri.
demplot lebah klanceng ds. Mendolo |
demplot lebah klanceng ds.Mendolo |
Sejatinya 2020 akan menjadi momentum untuk semakin
meningkatkan skala kegiatan, namun pandemi Covid-19 telah memaksa semuanya
berhenti. Yang bisa kami lakukan saat ini adalah melakukan refleksi terhadap
apa-apa yang telah dikerjakan, menjadikannya bahan untuk memulai langkah baru.
Situasi ini tentunya memaksa kami memutar otak untuk menyesuaikan diri. Akan
banyak modifikasi pada program-program yang telah kami rancang, atau bisa saja
akan ada ide segar yang benar-benar baru. Aapapun itu, semangat kami tetap akan
menyala untuk terus berkarya bersama masyarakat Mendolo. Semoga pandemi segera
berlalu, dan keadaan akan menjadi normal kembali.