Mentawai masih menjadi sesuatu yang berbeda di antara
keunikan Sumatera, terutama dari sisi primatanya. Dan juga tulisan ini saya tujukan untuk mengenang almarhum Dr.Tony Whitten, yang menjadi inisiator di awal pekerjaan ini. Perjalanan pertama ke Kepulauan Mentawai yang masih sangat saya ingat setiap langkahnya, ketika buku
“Gibbon of Siberut” menjadi inspirasi untuk berangkat ke Mentawai di akhir tahun 2010.
tahun 2011, tim penulis bersama salah satu Sikeri di ds.Matotonan |
Bulan Mei 2020 ini, secara resmi publikasi dari kegiatan
saya dan teman-teman di Metawai secara resmi di terbitkan. Menjadi salah satu
tulisan ilmiah terbaru di antara jurnal-jurnal ilmiah tentang keanekargaman
hayati di Kepulauan yang jaraknya 157 km dari Padang itu.
Publikasi tersebut dapat di akses di journal Biodiversitas,volume 21 No 5 , Bulan Mei 2020. Publikasi berjudul “Distribution survey ofKloss’s Gibbon (Hylobates klossii) in Mentawai Island, Indonesia, merupakan
hasil kegiatan penelitian survey di tahun 2010-2012, dan tahun 2017. Tujuan
kegiatan tersebut adalah untuk menilai kerapatan, distribusi, habitat dan
ancaman untuk Bilou di Kepulauan Mentawai. Kawasan diluar kawasan konservasi , menjadi target lokasi survey, dengan pertimbangan
kerentanan, pusat aktifitas manusia namun
memiliki potensi keanekargaman yang tinggi.
salah satu lokasi survey di Siberut |
Survey di lakukan dengan kombinasi metode vocal count
(berdasarkan panggilan suara bilou)
karena bilou dan jenis-jenis Owa dapat dengan mudah kita ketahui
keberadaannya dengan mendengarkan suaranya, dan line transek (perjumpaan langsung)
untuk dapat mengetahui komposisi kelompok Bilou dan habitatnya. Tercatat 113
panggilan suara bilou (Morning call) yang terdengar dari 13 lokasi titik
pengamatan (Listening Post) dengan kerapata 1.04-4.16 kelompok/km2.
75 data dari total yang tercatat tersebut kita gunakan untuk analisis
kerapatanan populasi, kenapa hanya 75 karena ada minimum kriteria jarak yang
terdengar untuk metode ini. Total panjang transek yang telah kita lalui dengan
berjalan kaki adalah sepanjang 67 km dan berhasil mencatat perjumpaan dengan 35
individu Bilou. Sayangnya survey di Pulau Sipora dan Pagai Selatan tidak
mencatat perjumpaan dengan Bilou,suarapun tidak terdengar.
tengkorak primata di Uma Matotonan |
Tim dari Uma Malinggai menjadi ujung tombak dalam survey ini, dengan kemampuan lapangan yang tidak diragukan lagi menjadi kunci
keberhasilan kegiatan ini, selain memiliki motivasi yang tinggi untuk
pelestarian primata dan budaya Mentawai. Pengalaman survey hingga
mempublikasikan tulisan ini adalah pengalaman yang sangat berharga dan bisa di
pertimbangkan untuk di terapkan di lokasi lain dengan target species yang
berbeda dan latar belakang permasalahan yang berbeda juga. Artinya memberi
kesempatan penduduk setempat untuk terlibat langsung dalam upaya pelestarian
dan promosi konservasi primata.
Daftar Pustaka :
Setiawan A, Simanjuntak C, Saumanuk I, Tateburuk D,Dinata Y, Liswanto D, Rafiastanto A. 2020. Distribution survey ofKloss’s Gibbons (Hylobates klosii) in Mentawai Islands,Indonesia. Biodiversitas 21:2224-2232
No comments:
Post a Comment