Oleh : Sidiq Harjanto
Ibu Ibu dukuh sawahan pulang dari Hutan mencari Umbi Gadung |
Tanggal 25 Februari 2025 menjadi hari bersejarah bagi kelompok perempuan “Brayan Urip” di dukuh Sawahan, Desa Mendolo. Kelompok informal ini telah bertransformasi menjadi Kelompok Wanita Tani (KWT) dan akan semakin intens mewarnai kegiatan-kegiatan berkelanjutan yang dijalankan di Mendolo. Sri Windriyah didapuk memimpin kelompok yang sementara telah merekrut 16 orang ini untuk periode kepengurusan 2025-2030.
Sebagai
kelompok yang kegiatan utamanya di bidang pertanian, KWT Brayan Urip mengusung
visi: Terciptanya budaya pertanian yang mengedepankan solidaritas, gotong
royong, kreativitas, inovasi, dan menjaga nilai-nilai kearifan lokal. Tentunya,
untuk mencapai visi tersebut perlu upaya-upaya nyata merawat pengetahuan dan
keterampilan yang telah menjadi tradisi turun-temurun dan terbukti menjamin
keberlanjutan.
![]() |
musyawarah pengukuhan KWT Brayan Urip disaksikan Kepada Desa Sawahan |
Dengan adanya KWT,
posisi dan peran kaum perempuan bisa diperkuat. Kelompok juga bisa mengelaborasi
berbagai ide dan membuahkan inovasi pangan, praktik pertanian berkelanjutan, hingga
konservasi secara umum. Berbagai permasalahan bisa dirembug dan dicari
penyelesaiannya. Di samping itu, adanya kelompok perempuan ini bisa menjadi
medium regenerasi dalam komunitas masyarakat, terutama untuk mewariskan
berbagai pengetahuan praktis maupun filosofis mengenai kehidupan masyarakat
dekat hutan.
![]() |
Sri Windriyah Ketua KWT Brayan Urip dukuh Sawahan |
Ekologi pangan: merawat ekosistem dari dapur
Menurut Piramida
Maslow, pangan adalah kebutuhan fisiologis umat manusia, menempati posisi paling
dasar bersama oksigen, air, pakaian, shelter
(tempat berlindung), dan seks. Kebutuhan ini sifatnya biologis dan mendesak sehingga pasti menjadi
prioritas pemenuhan setiap manusia. Jika kebutuhan ini belum terpenuhi, maka
manusia tidak termotivasi mengejar kebutuhan di tingkat selanjutnya.
Kebutuhan pangan
dipenuhi dari alam, baik melalui pembudidayaan atau pertanian maupun pemanenan berbagai
spesies liar. Karena tergantung faktor alam, pangan bisa mencerminkan relasi
manusia dengan alam atau lingkungannya. Apa yang kita makan bisa saja memberikan
dampak buruk bagi keseimbangan alam, tanpa kita sadari. Diperlukan kearifan
dalam memilih pangan yang kita konsumsi sehari-hari. Misalnya, memilih pangan organik,
non-GMO ( genetically modified organism), diproduksi lokal (meminimalkan jejak karbon), dan berbagai pertimbangan
lainnya.
Sebagai
kaum ibu yang sangat berkepentingan dalam penyediaan pangan sehat bagi
keluarga, para anggota KWT Brayan Urip bertekad untuk merawat dan terus mempraktikkan
tradisi pangan lokal yang selama ini masih terpelihara. Tradisi ini kiranya
masih relevan dengan semangat menjaga keseimbangan alam. Memperjuangkan
kelestarian dan keberlanjutan alam bisa dimulai dari dapur-dapur tiap rumah. Dari pilihan menu makan sehari-hari yang
bijak dan bertanggung jawab.
Memilih
pangan lokal membawa banyak manfaat. Sebagaimana disebutkan di atas, memilih
pangan lokal bisa mengurangi jejak karbon karena minim pengangkutan. Tak cuma
itu saja, tradisi pangan lokal bisa mendorong masyarakat setempat untuk
melindungi sumber daya alam yang ada. Pangan lokal sendiri merupakan bagian dari biodiversitas yang penting dalam
ekosistem. Pada aspek lain, pangan lokal cenderung lebih segar sehingga lebih
kaya nutrisi, dan lebih sehat karena tanpa pengawetan. Pangan lokal juga
berpotensi mendongkrak ekonomi setempat.
Pendataan awal
mengenai potensi pangan berbasis hutan pada tahun 2022 telah menemukan tak
kurang 80 jenis tumbuhan dan jamur liar yang bisa dikonsumsi. Sebagian dari
potensi itu masih terus dimanfaatkan oleh masyarakat hingga saat ini. Sayur
pakis, belibar pucung, dan jamur lember misalnya, masih lazim mengisi
meja-meja makan warga Desa Mendolo.
Pemanenan dan
pengolahan umbi gadung telah menjadi tradisi turun-menurun bagi kaum perempuan di
Mendolo. Umbi ini umumnya diolah menjadi keripik maupun pengganti nasi. Pada
tahun 2024, kelompok Brayan Urip telah melakukan uji coba pembuatan tepung
berbahan gadung dengan hasil yang cukup menjanjikan. Ini merupakan sebentuk
inovasi setelah tak kurang 70 tahun pemanfaatan gadung di Mendolo. Maka pada tahun
ini, produksi tepung gadung hendak ditingkatkan pada skala yang lebih besar
sehingga diharapkan bisa turut mendongkrak perekonomian warga, khususnya kaum
perempuan.
Sebagai
catatan, umbi gadung (Dioscorea hispida)
tumbuh liar di area-area hutan di sekitar Dukuh Sawahan. Keberlanjutan tanaman
umbi ini tergantung kepada kelestarian hutan sebagai habitat. Artinya, upaya
kelompok perempuan Sawahan untuk mengelola potensi umbi gadung ini membawa
konsekuensi untuk adanya upaya memperjuangkan kelestarian hutan itu sendiri.
Di sisi
lain, hutan di Mendolo merupakan habitat bagi aneka satwa, termasuk owa jawa,
lutung jawa, rek-rekan, kukang, elang jawa, burung raja-udang kalung-biru, dan
lain sebagainya. Di sini kita menemukan irisan kepentingan yang sama antara urgensi
pelestarian hutan sebagai “lumbung pangan” bagi masyarakat dan hutan sebagai
habitat berbagai jenis satwa. Dua kepentingan yang perlu sinergi saling
menguatkan untuk hutan yang lestari.
Pendidikan sebagai salah satu misi strategis
![]() |
Kegiatan edukasi di Sawahan |
Mengawali
kiprah dalam bidang edukasi, KWT Brayan Urip berkolaborasi dengan PPM Mendolo dan
didukung Swaraowa mengajak anak-anak di lingkup Dukuh Sawahan untuk belajar
bersama mengenai potensi keanekaragaman hayati desa. Pada tanggal 19 Maret
2025, sembari menunggu waktu berbuka puasa, para ibu ini mengumpulkan
putra-putri dukuh sawahan untuk berdiskusi mengenai nilai penting
keanekaragaman hayati, serta dampaknya jika terjadi kerusakan.
Tema
keanekaragaman hayati ini sejalan dengan momentum perumusan Peraturan Dukuh (Perduk)
untuk pelestarian satwa liar. Telah disepakati perlindungan jenis-jenis ikan,
burung, dan primata di lingkup Sawahan. Sebagai salah satu elemen masyarakat,
KWT turut mendukung upaya pelestarian tersebut melalui bentuk pendidikan
lingkungan bagi anak-anak usia sekolah dasar.
Pendidikan
menjadi salah satu misi strategis yang diusung oleh KWT Brayan Urip. Banyak pengetahuan dan keterampilan lokal
yang saat ini belum terakomodir oleh lembaga pendidikan formal. Butuh media di
luar pendidikan formal yang sudah ada untuk mentransformasikannya. Atas dasar
itulah, kelompok membangun komitmen untuk mengisi ruang-ruang yang masih kosong
tersebut agar generasi muda di Dukuh Sawahan tidak tercerabut dari akar budaya
dan lingkungan tempat tumbuhnya.