Penulis: Alex Rifa’i1 & Sri Windriyah2;
Penyunting: Sidiq Harjanto
1Koordinator Divisi Konservasi
Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo
2Ketua Kelompok Brayan
Urip, Desa Mendolo
|
Aneka olahan Umbi Gadung |
"Dari hutan ke meja makan, setiap langkah punya cerita
luar biasa. Ini cerita perjalanan panjang aneka bahan pangan bersama harapan
semua orang yang terlibat di dalamnya". Begitulah kira-kira rangkuman
rangkaian acara Hari Pangan Sedunia 2024 di Desa Mendolo pada tahun ini.
Pada tanggal 19-20 Oktober 2024 Paguyuban Petani Muda (PPM)
Mendolo berkolaborasi dengan Kelompok Petani Perempuan Brayan Urip merayakan
Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober. Adapun tujuan
perayaan ini adalah untuk mengenalkan kepada semua orang yang ikut
berpartisipasi dalam acara ini tentang keanekaragaman pangan lokal yang ada di
sekitar hutan Desa Mendolo.
Mengusung tema Hari Pangan Sedunia tahun 2024 ini yaitu
"Hak Atas Pangan untuk Kehidupan yang Lebih Baik dan Masa Depan yang Lebih
Baik", kami sekaligus melaunching produk olahan umbi gadung dan
memfasilitasi kelompok Brayan Urip untuk memaparkan segala tentang produk yang
dihasilkan.
Agenda Perayaan Hari Pangan tahun ini tidak sepadat dan
sekompleks perayaan hari pangan tahun kemarin. Rangkaian acara yang kami
selenggarakan dimulai dari kegiatan meramban
(mencari dan memanen sayur, jamur, dan buah di hutan) bersama-sama dengan
kawan-kawan dari Indonesia Dragonfly Society (IDS), Green Community, dan para
kaum muda-mudi Desa Mendolo. Acara meramban ini berlangsung pada tanggal 19
Oktober 2024 dari pagi sampai siang.
|
Ibu-Ibu pahlawan di belakang layar |
Setelah hasil meramban dirasa cukup, pada siang sampai sore
kami menyortir semua bahan pangan lokal dari hutan yang sudah terkumpul, mulai dari
jenis sayur, jamur, buah-buahan kita kelompokkan masing-masing menurut
jenisnya. Sayangnya, hasil meramban tahun ini sedikit kurang maksimal
dikarenakan cuaca yang ekstrem sehingga banyak bahan pangan lokal yang tidak
bisa kami temukan di hutan. Sorenya, para ibu sudah memulai mengolah bahan yang
sekiranya akan memakan waktu lama.
Di hari kedua, para ibu disibukkan di bagian dapur mulai
dari pagi-pagi sekali mengolah semua bahan makanan yang akan kita santap
bersama di siang hari nanti. Seperti tahun lalu, kali ini panitia kembali
mengadakan workshop ditujukan bagi anak-anak untuk mengisi kegiatan di pagi
hari. Workshop ini berupa latihan bersama membuat bungkus makanan dari daun
pisang. Kami menyebutnya "takir".
Setelah acara workshop selesai, semua panitia mulai membantu
semua persiapan yang masih belum sempurna. Siangnya, kami merayakan Hari Pangan
Sedunia 2024 dengan makan bersama dengan menu yang berasal dari hutan sekitar
desa kami. Para warga desa membaur dengan tamu dari luar desa dengan antusias
luar biasa bersama-sama menikmati hasil meramban semua sajian, seperti:
jenis-jenis sayuran, jamur, bunga kecombrang, dan buah-buahan hutan.
|
pemotongan tumpeng nasi Gadung |
Setelah makan bersama selesai, kami bersama-sama menuju
lapangan untuk memulai segala rangkaian acara yaitu launching produk olahan
umbi gadung hasil inovasi kelompok Brayan Urip. Rangkaian acara meliputi sambutan
dari ketua PPM Mendolo, sambutan Bapak Kepala Desa Mendolo, disusul acara inti
yaitu Launching Produk Olahan Gadung secara simbolis melalui pemotongan tumpeng
nasi gadung.
Selanjutnya, Sri Windriyah selaku koordinator kelompok
brayan urip sekaligus ketua panitia acara perayaan hari pangan sedunia pada
tahun ini memaparkan produk-produk inovasi gadung yang telah dihasilkan
kelompok Brayan Urip. Acara ditutup
dengan pertunjukan seni musik gamelan oleh Sanggar Seni Puspita Sari dan
Sanggar Seni Chandra Laras.
|
antusias warga ke lokasi perayaan hari pangan yang guyur hujan |
Bukan hanya menjadi superhero
di bagian konsumsi selama acara hari pangan berlangsung, kali ini dengan
memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) kelompok Ibu-ibu Kebun Brayan Urip
ingin menunjukkan keterampilanya dalam perayaan hari pangan sedunia kali ini.
Umbi Gadung kita bisa menyebutnya, atau dalam bahasa
ilmiahnya Dioscorea hispida merupakan
tanaman umbi-umbian yang tumbuh subur di sekitar hutan di Desa Mendolo. Tanaman
dengan batang berduri yang merambat di pohon-pohon hutan yang lebih tinggi di sekelilingnya.
Kelompok Brayan Urip yang beranggotakan para ibu rumah
tangga berupaya untuk mewarisi skill
dan keterampilan dari leluhur. Salah satunya dalam pengolahan umbi gadung ini. Melalui
proses yang panjang dan sangat membutuhkan ketelatenan, umbi beracun sianida bisa
diubah menjadi berbagai macam makanan yang sangat lezat dan aman.
Fakta luar biasanya, tepung gadung ini menjadi terobosan
baru dari kelompok ibu-ibu brayan urip,
setelah puluhan tahun lamanya umbi gadung hanya diproses sederhana untuk
dijadikan makanan pengganti beras pada krisis pangan karena perang, dan di
tahun 50-an ada orang dari luar desa mengajari pengolahan umbi gadung menjadi
keripik.
|
workshop pembuatan Takir untuk anak-anak |
Pada jaman dahulu, para tetua desa kami mengolah umbi gadung
dengan cara direndam untuk menetralkan racun, lalu dibakar/dikukus dan langsung
bisa disantap. Lazimnya metode memasak orang dulu adalah dibakar dalam bentuk
gumpalan, tanpa melalui proses penjemuran lagi untuk dijadikan tepung, karena
fungsi gadung kala itu adalah untuk sumber karbohidrat pengganti beras.
Kira-kira tujuh puluh tahun lamanya untuk sampai di tahun
2024, munculah ide dan inovasi-inovasi baru dari olahan umbi gadung, dan salah
satu inovasi yang ditawarkan kali ini adalah pembuatan tepung dari umbi gadung.
Secara garis besar, proses pembuatan tepung menggunakan
proses penetralan racun yang sama dengan apa yang telah diwariskan oleh para
leluhur. Produk akhirnya saja yang berbeda. Gadung iris dilumuri abu dapur di
hari pertama untuk untuk selanjutnya ke proses penjemuran. Setelah kering, umbi
gadung direndam di air yang mengalir minimal selama 3 hari 2 malam, dan dicuci
sehari 2 kali pagi dan sore agar sisa-sisa racun dan abu hilang.
|
pentas seni sanggar Seni Puspita Sari dan Sanggar Seni Chandra Laras. |
Setelah proses perendaman selesai, umbi gadung masih melalui
proses penjemuran kembali hingga kering. Pengeringan gadung sangat terbantu
dengan adanya dome pengering yang difasilitasi Swaraowa beberapa waktu lalu. Sesudah
kering pasca penjemuran ini, barulah umbi gadung bisa diproses untuk dijadikan
tepung. Dengan cara ditumbuk hingga halus, lalu diayak.
Tepung gadung yang dihasilkan memiliki aroma dan rasa khas,
dan teksturnya sedikit kasar. Tepung gadung bisa digunakan untuk membuat
berbagai olahan berbahan dasar tepung pada umumnya, seperti: kerupuk, brownies,
kue lapis, bahkan menjadi nasi tiwul gadung seperti yang kami sajikan pada saat
pemotongan tumpeng sebagai penanda launching produk.
Bukan tidak mungkin akan muncul inovasi-inovasi olahan umbi
gadung lain yang akan muncul di masa yang akan datang. Atau bahkan akan muncul
olahan keanekaragaman hasil hutan bukan kayu (HHBK) dari hutan Desa Mendolo yang
lain lagi. Hutan Mendolo kaya dengan potensi.
Selain keanekaragaman hayati pangan lokal, masih ada juga
fauna yang banyak jenisnya. Satwa-satwa penghuni hutan Desa Mendolo sangat
menarik untuk diperbincangkan, dan keunikan hutan Desa Mendolo adalah menjadi tempat
hidup bagi lima satwa primata jawa, yaitu: Owa jawa (Hylobates moloch), Lutung jawa (Trachypithecus
auratus), Monyet ekor-panjang (Macaca
fascicularis), Rek-rekan (Prebytis
comata fredericae), Kukang jawa (Nycticebus
javanicus).
Tentunya, perayaan Hari Pangan Sedunia ini bisa menjadi
salah satu langkah awal bagi kami para warga Desa Mendolo untuk tetap menjaga
kelestarian hutan dan hidup berdampingan dengan semua makhluk hidup yang ada di
dalamnya. Harapan kami adalah tetap terjaganya kelestarian hutan Desa Mendolo
yang selama ini menjadi sumber penghidupan kami serta warga desa lain yang juga
ikut mendapatkan manfaatnya. Dengan
terjaganya kelestarian dan keanekaragaman hayati hutan, alam akan memberikan
kita banyak manfaat untuk kehidupan sekarang dan masa depan.
Ucapan terimakasih kepada Pemerintah Desa
Mendolo, SwaraOwa, Indonesia Dragonfly Society, dan Green Community yang sudah
ikut berkolaborasi dalam acara perayaan Hari Pangan Sedunia tahun 2024. Tak
lupa kepada seluruh warga Desa Mendolo, Sanggar Seni Puspita Sari, dan Sanggar
Seni Chandra Laras yang sudah ikut meramaikan acara ini.