Untuk ke 7 kalinya tahun ini, proyek kopi dan konservasi
primata menyelenggarakan acara tahunan untuk mengarus utamakan konservasi Owa
di Indonesia. Seperti acara-acara sebelumnya acara ini di laksanakan bekerjasama
dengan Kelompok Pemerhati dan Peneliti Primata (KP3 Primata) dari Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sebagai panitia teknis acara.
Tanggal 11-13 Oktober 2019, sebanyak 25 peserta dari berbagai universitas , organisasi
komunitas, BKSDA, Perhutani, juga turut hadir dalam acara ini.
Acara tahun ini juga dilaksanakan untuk merayakan hari Owa
internasional, yang di peringati setiap tanggal 24 Oktober 2019. Acara
International Gibbon day sendiri juga di promosikan oleh IUCN gibbon
specialist group, dan biasanya di adakan secara global di berbagai negara
habitat asli owa owa, dan para peneliti dan pemerhati Owa di dunia. Acara ini
dapat di ikuti di sosial media dengan hashtagh #IGD2019 atau
#InternationalGibbonDay.
Tanggal 11 Oktober 2019, para peserta yang di organize oleh
panitia yang di ketuai Giot Simanulang, sudah mulai berdatangan ke sokokembang,
tercatat ada perwakilan dari Jakarta (UIN), Bandung ( Unpad), Yogyakarta (UGM),
Semarang (Undip), kelompok pecinta alam, kelompok pegiat wisata di kabupaten Pekalongan,
dan beberapa peserta yang merupakan warga di sekitar habitat Owa di Kecamatan
Petungkriyono . Peserta tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kalau
sebelumnya kita mengirim undangan untuk lembaga, atau kelompok studi untuk
mengirimkan perwakilan peserta, namun kali ini peserta tahun ini di buat
terbuka tidak dengan undangan namun dengan mengirimkan surat motivasi,
menyebutkan alasan kenapa ingin bergabung ikut acara ini dan menceritakan
sedikit latar belakang kegiatan yang sudah dilakukan. Yang menarik dari sebaran peserta tahun ini
ada dari sekitar habitat Owa sendiri dan yang terjauh dari Sumatera Utara,
mahasiswa Universitas Padjajaran Bandung.
Acara dibuka langsung oleh perwakilan pemerintah desa Kayupuring, yang di wakili oleh Bapak Markuat kepala dusun Sokokembang, pak kadus memperkenalkan kepada peserta bahwa Sokokembang ini terkenal sebagai tempat wisata pendidikan, yang datang kesini biasanya untuk belajar tentang hutan dan segala isiniya. Panitia acara dari KP3 Primata juga memberikan sambutan selamat datang kepada peserta dan menjelaskan acara akan dimulai malam ini dengan materi pengantar oleh tim swarowa tentang metode line transect untuk survey primata.
Hari ke dua 12 Oktober 2019, jam 6.30 smua peserta sudah
bersiap untuk menuju hutan untuk praktek lapangan metode line transek, ada 3
jalur yang sudah disiapkan oleh tim swaraowa,dengan peserta juga di damping oleh
pemandu dari warga setempat. Beberapa peserta yang baru pertama kali masuk
hutan dan merasakan langsung susahnya topography di hutan sokokembang ini. Pengalaman
ini juga di ungkapkan beberapa peserta langsung dan berikut komentar salah satu
peserta dari Sumatera Utara.
Acara sore hari tanggal 12 oktober adalah sesi sharing dari
pembicara tamu, yaitu mas Anton Nurcahyo dari BOS foundation, dan Mbak
Salmah Widyastuti mahasiswa pascasarjana
Institute Pertanian Bogor. Mas Anton menceritakan pengalamannya sejak mahasiswa
S1 hingga saat ini. Pengalaman organisasi di kampus dan aktif dalam kegiatan
Pengamat burung di Yogyakarta, menjadi motivasi awal mas Anton untuk terus
berkegiatan terkait dengan konservasi alam, kemudian bergabung dengan WCS
Indonesia di sumatera selatan untuk penelitian siamang dan ungko. Setelah dengan
WCS mas anton sempat bergabung dengan TNC dan BOS Foundation untuk konservasi
Orangutan.Penelitian terbaru dari mas Anton adalah tentang Orangutan
Tapanuli (Pongo tapanuliensis) dimana
beliau salah satu yang terlibat langsung untuk meneliti sampel sampel tengkorak
orangutan di seluruh dunia yang ada terutama yang ada di museum-museum sejarah
alam.
Persiapan sebelum ke hutan |
Pembicara kedua acara ini adalah mbak Salmah Widyastuti yang
mempresentasikan tentang penelitiannya di Pegunungan Dieng untuk kesesuaian
habitat Owa jawa. Penelitian ini sedang berjalan dan hasil awal penelitian ini
menyebutkan bahwa sebaran owa jawa ini meliputi di 4 kabupaten, yaitu Batang,
Pekalongan, Banjarnegara, dan Wonosobo, dan wilayah hutan di kabupaten
Pekalongan merupakan wilayah dengan kesesuaian habitat tertinggi untuk Owa
Jawa.
Hari ketiga, 13 oktober 2019, acara pelatihan untuk metode
vocal count, khusus untuk Owa Jawa, metode ini menggunakan suara Owa sebagai
dasar untuk estimasi populasi dan distribusi Owa, dengan menyiapkan titik-titik
pengamatan sebagai Listening Post, peserta sudah mulai di lokasi sejak pukul
06.00 pagi, mencatat setiap suara yang terdengar, mencatat arahnya dan
mengestimasi jaraknya. Mengenali suara owa juga menjadi pengalaman berbeda bagi
para peserta, ada 2 lokasi yang mana perta menggunakan sebagai titik pengamatan
(LPS), pengambilan data dilakukan hingga jam 8.30, dimana setelah jam ini sudah
tidak terdengar ada owa yang bersuara lagi. Kemudian peserta kembali dari
lapangan untuk menganalisis data yang diperoleh selama pengamatan suara dan
mempresentasikan hasil pengamatan yang dilakukan.
Acara pelatihan MSP ini menjadi acara tahunan di
Sokokembang bekerjasama dengan teman-teman dari KP3 Primata dan Forestation Fakultas Kehutanan UGM, dan acara yang ke-7 kali ini merupakan bagian dari kegiatan ProyekKopi dan Konservasi Primata yang didukung oleh Wildlife Reserve Singapore,
Ostrava Zoo, dan Fortwayne Children’s Zoo.
No comments:
Post a Comment