Tuesday, October 29, 2019

Pelatihan Pemodelan Distribusi Spesies menggunakan MaxEnt untuk Konservasi Primata Indonesia


Oleh : Luhur Septiadi
Jurusan Biologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia, 
email : luhur.septiadi@gmail.com

Sebagai agenda lanjutan dari Simposium dan Kongres Primata pada 18-20 September 2019 lalu, maka dilaksanakan Workshop MaxEnt sebagai upaya konservasi Primata di Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Jurusan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan ini dilaksanakan mulai dari 25-26 Oktober 2019 dan diikuti oleh sebanyak 25 peserta yang telah diseleksi sebelumnya,  dari berbagai macam universitas, komunitas, praktisi BKSDA, NGO, dan berbagai macam instansi lain dari Jawa dan ada juga beberapa peneliti dari Kalimantan.

Kegiatan ini eksklusif dilaksanakan di Malang, dalam upaya meningkatkan  kapasitas peneliti muda dan juga berjejaring dengan pegiat konservasi primata dan satwaliar khususnya yang ada di Jawa Timur. Acara ini diisi dengan pengenalan teori pada hari pertama sekaligus praktik pemodelan distribusi yang dilaksanakan pada hari berikutnya. Agenda pertama diisi oleh Iwan Kurniawan dari  Javan Langur Center- Aspinall Foundation Indonesia Program, yang menjelaskan terkait pengetahuan dasar mengenai primata di Indonesia, pola perdagangan primata di Jawa, perlakuan dalam konservasi primata, proses rehabilitasi primata, sekaligus upaya konservasi yang sejauh ini telah dilakukan khususnya di wilayah Jawa Timur diantaranya di Coban Talun dan Pantai Kondang Merak. Dari pemaparannya, upaya konservasi primata khususnya di Jawa Timur memerlukan perhatian yang lebih.

Agenda selanjutnya diisi oleh Salmah Widyastuti, Mahasiswi Program Magister Biologi Institut Pertanian Bogor, yang menjelaskan terkait Pengantar Model Distribusi Spesies menggunakan MaxEnt. Melalui penelitiannya tentang model kesesuian habitat Owa Jawa di daerah Jawa Tengah, dapat diketahui bahwa habitat dari Owa Jawa telah terfragmentasi, berdasarkan variabel lingkungannya berupa hutan alami, ketinggian, jarak ke wilayah produksi, dan temperatur. Dari sini, peserta dapat memahami cara kerja dan penggunaan MaxEnt untuk konservasi primata, yang kemudian akan dilanjutkan keesokan harinya untuk praktiknya dalam aplikasi secara langsung.
Foto Bersama peserta Workshop MaxEnt di Ruang Sidang Jurusan Kehutanan, UMM 2019

Keesokan harinya, agenda pelatihan MaxEnt dipandu langsung oleh Swiss Winasis dari Burungnesia. Peserta dibimbing secara intensif, dalam pengoperasian platform penganalisis spasial seperti ArcGIS dan MaxEnt. Dari praktiknya secara langsung, diketahui bahwa penggunaan MaxEnt akan lebih efektif apabila yang dimodelkan distribusinya merupakan spesies spesifik, memiliki preferensi habitat tertentu, dan dalam skala yang lebih luas.

foto bersama perserta pelatihan di hari ke-2

Pemodelan distribusi habitat dari suatu spesies spesifik khususnya primata sangatlah diperlukan dewasa ini, mengingat konversi lahan dan deforestasi di pulau Jawa yang kian hari kian meningkat. Keberadaan satwa-satwa primata di Indonesia sangatlah penting untuk di lestarikan, dan diharapkan peserta workshop kali ini dapat menerapkan ilmu yang didapatkan, untuk diterapkan ke lingkungan dan bidang ilmunya masing-masing. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan upaya konservasi Primata di Indonesia juga semakin mendapatkan prioritas dan perhatian lebih di seluruh lapisan dan elemen masyarakat.

Acara Workshop MaxEnt – Post Congress Training Program, Indonesia Primate Symposium & Congress 2019, dengan tema “Pemodelan Distribusi Spesies & Aplikasinya dalam Konservasi Primata Indonesia”, terselenggara berkat dukungan dari banyak pihak diantaranya Jurusan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang, Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata Indonesia (PERHAPPI), Kongress PrimataIndonesia, ARCUS Foundation, dan SwaraOwa.

Informasi mengenai rangkuman dalam cara dan penggunaan terkait teknis dalam analisis MaxEnt, dapat diunduh pada link dibawah ini.


No comments:

Post a Comment