Oleh : Luhur Septiadi
Jurusan Biologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia,
Jurusan Biologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia,
email : luhur.septiadi@gmail.com
Sebagai
agenda lanjutan dari Simposium dan Kongres Primata pada 18-20 September 2019
lalu, maka dilaksanakan Workshop MaxEnt sebagai upaya konservasi Primata di
Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Jurusan Kehutanan
Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan ini dilaksanakan mulai dari 25-26
Oktober 2019 dan diikuti oleh sebanyak 25 peserta yang telah diseleksi sebelumnya, dari berbagai macam universitas,
komunitas, praktisi BKSDA, NGO, dan berbagai macam instansi lain dari Jawa dan ada juga beberapa peneliti dari Kalimantan.
Kegiatan
ini eksklusif dilaksanakan di Malang, dalam upaya meningkatkan kapasitas peneliti muda dan juga berjejaring dengan pegiat konservasi primata dan satwaliar khususnya yang ada di Jawa Timur. Acara ini diisi dengan pengenalan
teori pada hari pertama sekaligus praktik pemodelan distribusi yang
dilaksanakan pada hari berikutnya. Agenda pertama diisi oleh Iwan Kurniawan
dari Javan Langur Center- Aspinall Foundation Indonesia Program, yang menjelaskan terkait
pengetahuan dasar mengenai primata di Indonesia, pola perdagangan primata di
Jawa, perlakuan dalam konservasi primata, proses rehabilitasi primata,
sekaligus upaya konservasi yang sejauh ini telah dilakukan khususnya di wilayah
Jawa Timur diantaranya di Coban Talun dan Pantai Kondang Merak. Dari
pemaparannya, upaya konservasi primata khususnya di Jawa Timur memerlukan
perhatian yang lebih.
Agenda
selanjutnya diisi oleh Salmah Widyastuti, Mahasiswi Program Magister Biologi Institut
Pertanian Bogor, yang menjelaskan terkait Pengantar Model Distribusi Spesies
menggunakan MaxEnt. Melalui penelitiannya tentang model kesesuian habitat Owa
Jawa di daerah Jawa Tengah, dapat diketahui bahwa habitat dari Owa Jawa telah
terfragmentasi, berdasarkan variabel lingkungannya berupa hutan alami,
ketinggian, jarak ke wilayah produksi, dan temperatur. Dari sini, peserta dapat
memahami cara kerja dan penggunaan MaxEnt untuk konservasi primata, yang
kemudian akan dilanjutkan keesokan harinya untuk praktiknya dalam aplikasi
secara langsung.
Foto Bersama peserta Workshop MaxEnt di Ruang Sidang Jurusan Kehutanan, UMM 2019 |
Keesokan harinya,
agenda pelatihan MaxEnt dipandu langsung oleh Swiss Winasis dari Burungnesia.
Peserta dibimbing secara intensif, dalam pengoperasian platform penganalisis
spasial seperti ArcGIS dan MaxEnt. Dari praktiknya secara langsung, diketahui
bahwa penggunaan MaxEnt akan lebih efektif apabila yang dimodelkan
distribusinya merupakan spesies spesifik, memiliki preferensi habitat tertentu,
dan dalam skala yang lebih luas.
foto bersama perserta pelatihan di hari ke-2 |
Pemodelan
distribusi habitat dari suatu spesies spesifik khususnya primata sangatlah
diperlukan dewasa ini, mengingat konversi lahan dan deforestasi di pulau Jawa
yang kian hari kian meningkat. Keberadaan satwa-satwa primata di Indonesia
sangatlah penting untuk di lestarikan, dan diharapkan peserta workshop kali ini
dapat menerapkan ilmu yang didapatkan, untuk diterapkan ke lingkungan dan
bidang ilmunya masing-masing. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan upaya
konservasi Primata di Indonesia juga semakin mendapatkan prioritas dan
perhatian lebih di seluruh lapisan dan elemen masyarakat.
Acara Workshop
MaxEnt – Post Congress Training Program, Indonesia Primate Symposium &
Congress 2019, dengan tema “Pemodelan Distribusi Spesies & Aplikasinya
dalam Konservasi Primata Indonesia”, terselenggara berkat dukungan dari banyak
pihak diantaranya Jurusan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang,
Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata Indonesia (PERHAPPI), Kongress PrimataIndonesia, ARCUS Foundation, dan SwaraOwa.
Informasi mengenai
rangkuman dalam cara dan penggunaan terkait teknis dalam analisis MaxEnt, dapat
diunduh pada link dibawah ini.