Monday, September 8, 2025

Madagascar : pulau endemis dan Kongres Primata Dunia ke-30 ( bagian 3)

Ranomafana, tidak hanya lemur, namun karena musim ini musim dingin, perjumpaan dengan jenis-jenis yang “aneh” tidak seperti ketika cuaca sedang hangat, jenis-jenis burung pun tidak se’colourful’ ketika musim panas, Coquerel's Coua sempat melihatnya di Taman nasional Ranomafana. Ada insect yang sangat unik, dan ini adalah termasuk salah satu serangga yang harus di lihat kalau ke madagascar, yaitu Geraffe weevil, (Trachelophorus giraffa).

Giraffe weevil
Coquerel's Coua, (Coua coquereli)

Menemukan ini, sebuah ketidak sengajaan, karena pada awalnya saya sedang berjalan menyusuri jalan hutan di sekitar CvB, dan kemudian saya menyapa beberapa bapak-bapak yang lagi duduk-duduk di tepi jalan, “Salama” , dan bapak itu membalas, isect, giraffe betle.., sambil menunjukkan sebuah wadah cotainer, bulat dan membukanya, pelan-pelan, dalam hati saya, wah ini serangga yang saya ingin lihat juga..., ): Kumbang yang benar-benar unik, Kumbang Jerapah dinamai demikian karena leher kumbang jantannya sangat panjang, yang lebih panjang dari tubuhnya dan digunakan untuk melawan saingan dan membangun sarang. Sesaat kemudian teman saya dari vietnam Hiep and Quyet datang, dan mereka berdua juga sangat excited, waw..wow…’ berteriak kegirangan. Bapak bapak ini sepertinya memang sudah terbiasa menawarkan serangga-serangga untuk di tawarkan di foto kepada pengunjung, meskipun tidak mengerti bahasanya, dari gesturnya, menujukkan serangga kemudian minta uang, Kami kemudian memfoto dengan puas serangga ini, hingga akhirnya berkumpul beberapa warga yang lain yang membawa serangga juga. Ternyata sama jantan geraffe weevil juga, Quyet men setting 2 serangga itu untuk di foto bersama setelah puas dengan memfoto serangga ini, kami mengasih tips kepada bapak2 itu, masing-masing kami memberi 20000 Ar.

 Tanggal 19 juli 2025, jam 5 pagi kami telah Bersiap di minibus yang telah disiapkan oleh Noel Rowe, dan Benzy driver kami juga telah siap. Kami meninggalkan Ranomafana, menuju Antananarivo. Untuk esok siang pembukaan kongress primata dimulai. Perjalanan kembali ke antanarivo, kami singgah di kota yang sangat ramai sekali, Antsirabe. Kota dengan ciri arsitektur eropa, menurut sejarahnya kota ini jadi tempat istirahat para misionaris di tahun 1800an, dan berkembang menjadi tempat wisata yang terkenal dengan adanya becak-becak yang di tarik manusia, dan kerajinan tangan yang di jual untuk tamu-tamu. Dari makanan, kain, kerajinan bambu, sampai batu akik dari berbagai jenis batu dijual di tawarkan ketika tamu-tamu wisatawan singgah di kota ini. 

Perjalanan kembali, ke Antanarivo ternyata lebih lama lebih dari 15 jam, karena kendaraan kami bermasalah, kami berhenti beberapa kali, sempat memanggil mekanik lokal, namun tidak bisa memperbaiki, kendaraan berasap tebal dan tidak ada tenaga, meskipun sampai juga di Antanarivo, namun minibus ini perlu masuk bengkel mungkin butuh waktu beberapa hari untuk memperbaiki. 

Acara Kongress Primata dan Symposium , 20-25 Juli,  Antananarivo

venue IPS congress Antanarivo

pembukaan IPS Congress ke 30 oleh Walikota Madagascar

Pembukaan acara pada tanggal 20 Juli 2025, sore hari ,  sangat atraktif dengan iringan musik perkusi malagasy, dan langit cerah menghangatkan suasana yang dingin, “tonga soa” selamat datang dalam Bahasa malagasy, ikon ringtailed lemur dan sifaka diletakkan di sudut-sudut taman, dan replika giant lemur  dengan ukuran yang sebenarnya, menyambut kedatangan peserta. Ya Giant lemur, lemur terbesar yang berukuran sebesar orangutan saat ini, pernah ada di madagascar hingga 700 tahun yang silam, dan kini telah punah.

Setelah menyapa dan berjumpa dengan teman-teman peserta lain, acara pembukaan ini seakan menjadi acara reuni setiap dua tahun untuk peserta, dan juga peserta-peserta baru yang belum sama sekali pernah bertemu. Acara dibuka dengan pembukaan oleh ketua panita prof Jonah Ratzimbazafi menyambut dengan selamat datang kepada semua peserta, dan tarian-tarian dan musik khas Madagascar, ada salah satu penampilan artis difable, tidak mempunyai jari-jari tangan tapi mampu memainkan musik bambu sperti gitar.

suasan pembukaan IPS Madagascar dan foto bersama peserta dari India dan Singapura 

Congress dan symposium secara resmi di buka pada pagi hari tanggal 21 Agustus 2025 oleh walikota Antananarivo, dalam sambutannya Wali Kota Antananarivo menyampaikan pentingnya acara tersebut bagi kota dan negara, sekaligus menekankan pentingnya konservasi lemur dan kolaborasi internasional. Jonah sebagai ketua acara menyampaikan bahwa acara ini dihadiri lebih dari 700 peserta dari 53 negara. Acara yang beralangsung selama 5 hari ini, setiap pagi di buka dengan keynote speaker dan simposium dan workshop di 8 tempat yang berbeda. Peserta bisa memilih sesuai dengan minat di masing-masing tema.

Presentasi SwaraOwa

presentasi swaraowa di IPS Madagascar

Mewakili swaraOwa, di Madagascar di hari pertama  saya bergabung dalam symposium “Flagship primates: Building national identity for biodiversity conservation”. Bersama Yunkawasi, dari Peru, symposium ini di gagas pertama kali setelah congress ips tahun 2023 di Kuching Malaysia. Fani Cornejo dan Gerson dari Yunkawasi Peru menjadi moderator, symposim ini bertujuan mengangkat jenis-jenis primate unggulan (flagship)  memainkan peran penting dalam konservasi dengan menjembatani hubungan ilmiah, budaya, dan emosional antara keanekaragaman hayati dan masyarakat dari berbagai latar belakang. Simposium ini akan menampilkan pengalaman global dalam memanfaatkan spesies primata ikonik untuk menumbuhkan kebanggaan, identitas, dan aksi konservasi, serta menyoroti peran ganda mereka sebagai spesies payung dan simbol budaya.

Simposium ini bertujuan untuk mengidentifikasi benang merah dalam memanfaatkan spesies unggulan untuk dampak maksimal, memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti kepada peserta untuk mereplikasi dan mengadaptasi strategi-strategi ini.  Mewakili swaraOwa dari Asia, saya mempresentasikan kegiatan swaraOwa  berjudul  “Preserving Gibbon Paradise : How to sustain conservation activities for gibbon in Java and Mentawai Island” . Pembicara dari Afrika,  Flagship Primate Species in Uganda: The Mountain Gorilla oleh Gladys Rhoda Kalema-Zikusoka , dari Madagascar , Flagship Species in Madagascar: The Indri, the ring-tailed lemur and the Golden Bamboo Lemur oleh Patricia Wright. Dari amerika Selatan ada dua  presentasi dari Peru, yaitu  The San Martín titi monkey: Driving conservation and pride in the San Martín region, oleh Jossy Claudia Luna Amancio dan  Achórate por el Mono Choro de Cola Amarilla: Mobilizing Conservation Action Through Pride and Identity in Peru, oleh Gerson Ferderer.   Simposium di tutup dengan presentasi review dari Russ Mittermier yang memberikan summary dari semua presentasi, bahwa berawal dari satu taxa primata, penelitian, dan edukasi konservasi sampai ke kebijakan suatu negara. Russ mencontohkan world lemur day, yang di peringati diseluruh dunia di awali dari Madagascar, inisiasi kawasan konservasi ranomafana juga salah satu keberhasilan pelestarian kawasan yang berawal dari species unggulan lemur.

Di hari yang lain, salah satu yang menarik dan memberikan inspirasi adalah presentasi tentang penggunaan thermal drone, oleh Fabiano dari Brazil. Penggunaan teknologi ini memang mahal di awalnya, karena  harga komersial  drone dengan thermal sensor saat ini bisa lebih dari Rp50,000,000, tapi menurut Fabino ini akan lebih menghemat biaya survey lapangan dengan metode transect convensional yang bisa dilakukan dalam waktu enam bulan dengan luasan lokasi yang sama. Teknologi drone yang dilengkapi dengan sensor panas dan camera resolusi tinggi dapat digunakan sekaligus dalam waktu bersamaan.

slide presentasi di symposium "direct cash tranfer for improved nature outcomes"

Ada yang menarik di salah satu symposium tanggal 22 July, berjudul “ Direct cash transfers for Improved nature outcomes: can they work for the apes and other primates?” dalam symposium ini membahasa contoh-contoh ataupun mengulas tentang teori pembiayaan konservasi dalam konteks primate. Strategi pembiayaan  ini berpusat pada pencairan dana atau uang tunai kepada entitas atau masyarakat lokal. Hal ini terus berkembang , dan contohnya saat ini adalah  pembayaran untuk jasa ekosistem, REDD+, obligasi konservasi, program bagi hasil, dan pendapatan dasar konservasi , pembiayaan ini ada yang bersyarat dan tidak bersyarat. Program transfer tunai konservasi juga semakin dibantu oleh teknologi yang ada dan yang sedang berkembang di sektor keuangan (mata uang digital dan uang seluler), salah satu presenter mempresentasikan TAHANU, sebuah platform digital yang, menggunakan uang digital dan AI  untuk konservasi gorilla di Rwanda. Program transfer tunai konservasi berupaya untuk memungkinkan koeksistensi manusia-satwa liar dengan memberikan insentif moneter atau kompensasi langsung kepada orang-orang yang terlibat dalam perilaku pro-alam.

peserta workshop "primatology from the global south"

Di tanggal 24 Juli 2024, sebuah lokakarya berjudul “Primatology from the Global South: Promoting Practices and Collaborations to Strengthen the Discipline in Primate Habitat Countries” menjadi sesi yang paling aktif, karena saya ikut berkontribusi dalam workshop ini dari awal penyusunan konsep, dan pelaksanaan. Workshop ini didasari oleh permasalah primata dan primatology di belahan bumi bagian Selatan, yang merupakan habitat asli dari primata-primata dunia. Tantangan pengembangan ilmu primatology dan praktek konservasi berkembang tidak seimbang karena muncul dari belahan bumi utara, atau negara-negara maju. Workshop selama kurang lebih 3 jam ini berlangsung sangat aktif, dengan inisiasi awal tentang survey singkat yang di lakukan tentang Kekuatan, Kelemahan, ,Peluang, dan Ancaman dari primatology di belahan bumi Selatan. Diskusi berfokus pada identifikasi praktik kolaboratif, promosi kemitraan yang adil, dan pembangunan jaringan untuk mendukung kemajuan primatologi di negara-negara habitat di belahan bumi selatan.

 Post Congress Field Trip

Andasibe

26 agustus 2025, kami berangkat 11 orang menuju Andasibe, salah satu kawasan konservasi yang paling dekat dengan ibukota Madagascar. Pagi itu sangat cerah, seperti biasa suhu udara pagi itu berkisar antara 10-12 derajat Celsius. Perjalanan ke Andasibe, akan memakan waktu kuranglebih 4 jam, dan jalan lebih bagus daripada ke Ranomafana. Melewati kampung-kampung di tepi Sungai dengan jemuran pakaian sepanjang kanan kiri sungai,dan pemukiman di kanan kirinya. Ada tambang batu granit yang memotong sebuah bukit, dan tumpukan batu granit deng ukuran persegi , sangat rapi, seperti potongan menggunakan mesin, padahal hanya menggunakan palu saja,  Batu-batu ini adalah untuk bahan bangunan rumah. Rumah-rumah sepanjang hampir 25 km dari kota, masih rapi, dan bagus.

 Coqurel’s Sifaka

Kami singgah di taman reptile, Reserve Peyrieras,  katanya disini ada sifaka juga, yang sudah terhabituasi, nampak dari luar, sepertinya taman ini juga menjadi salah satu opsi kunjungan wisata, terlihat dari adanya tempat parkir dan beberapa orang nampak menjual souvenir. Kami turun dan masuk, membeli tiket seharga ..dengan di temani oleh  2 orang guide. Guide itu nampak membawa wortel, dan guide menceritakan bahwa kita bisa melihat sifaka, dan beberapa setidaknya 5 jenis camelleon, dan leaf tailed gecko, ular dan kodok.

taman reptile, Reserve Peyrieras

Madagascar tomato frog (Dyscophus antongilii)

Di Andasibe, kami menginap di, yang terletak di samping kawasan tamanasional Andasibe Mantadia,  di sekitar taman nasional ini, ada komunity reserve, hutan yang dikelola wargas sekitar, untuk wisata minat khusus pengamatan lemur. Daftar jenis primata Madagascar bertambah lagi, mengunjungi lokasi penelitian dan konservasi lemur Madagascar, Maromizaha-GERP dalam bahasa prancis Groupe d’Étude et de Recherche sur les Primates de Madagascar,  yang berarti Kelompok Studi dan Penelitian Primata Madagaskar.  Organisasi ini bermarkas di universitas Antananarivo, salah satu research station yang saya kunjungi adalah Maromizaha, yang di kelola berkolaborasi dengan universitas Turino dari Itali dan warga sekitar. Untuk masuk ke Hutan Maromizaha, harus membayar dan di temani guide. Kami mengambil tiket untuk pengamatan siang dan malam hari, karena ada beberapa jenis lemur malam yang kami ingin lihat. Untuk persiapan tentusaja air minum dan makan siang sudah kami pack, dan kami mengambil rute panjang kuranglebih 7 -12 jam trekking. 

Maromizaha research station

Masuk ke jalur trekking, ternyata sudah tersedia jalur-jalur pengamatan dan banyak camera trap juga terpasang, karena ini adalah lokasi penelitian, banyak mahasiswa atua peneliti sedang melakukan penelitian di lokasi ini. Baru masuk jalur, guide menunjuk salah satu pangkal batang pohon kecil, tidak melihat apapun kecuali kulit batang  coklat keputihan. Namun setelah di amati dengan teliti, ternyata ada seekor leaf taile gecko disan, mengkamuflase dengan sempurna. Setelah foto-foto mengamati lebih detail mulai ada perubahan warna, sepertinya tokek ini merespon ancaman atau kehadiran kita dengan merubah warna kulitnya, sehingga nampak lebih jelas sekarang.

Kami melanjutkan perjalanan dan baru beberapa meter, burung raja udang kerdil Madagascar bertengger, langsung saja foto-foto, salah satu jenis raja udang yang berhabitat di dalam hutan.  Guide juga memberitahu kalau ada brown lemur juga,namun tidak dalam posisi yang bagus untuk memfoto. Kemudian kami melanjutkan perjalanan sampai di post istirahat, lokasi yang berada di puncak bukit dan bisa melihat pemandangan hutan Maromizaha, di tempat ini juga disediakan toilet, karena memang lokasi ini selain untuk penelitian juga untuk wisata, jadi fasilitas papan petunjuk, dan toilet menjadi standar kenyamanan pengunjung.

The Madagascar pygmy kingfisher (Corythornis madagascariensis)

Indri (Indri indri)

The greater vasa parrot (Coracopsis vasa)

Setelah istirahat kami sangat beruntung bisa melihat Indri, lemur terbesar madgascar, dan kali ini kami melihat mereka sedang kawin, moment yang sangat langka bisa menyaksikan langsung. Kami sempat singgah di stasiun penelitian Maromizaha, bertemu dengan para peneliti yang sedang penelitian perilaku suara Indri, dan dibelakang stasiun penelitian kami menjumpai 3 individu diademed sifaka, sifaka yang paling indah warnanya disbanding jenis-jenis sifaka yang sebelumnya kami jumpai di Ranomafana dan Andasibe. Warna dominan rambut putih dengan warana orange kemerahan di bagian lengan dan kaki, dan gelap di bagian punggung. Ada bayi juga teramati di kelompok ini masih di gendong di depan, artinya umurnya kemungkinan dibawah 3 bulan. Kami kembali ke ketika hari sudah gelap, untuk pengamatan malam, dari Maromizaha field station jam 6.30 sudah gelap, dan berjalan kembali menyusuri jalur trekking tadi waktu berangkat. Headlamp dengan filter kuning sudah saya siapkan, dan ada headlamp warna putih kecil di pinjamkan oleh Noel rowe, untuk berjalan, dan karena headlamp kuning saya terlalu kuat cahayanya.


Diademed Sifaka (Propithecus diadema)


eastern woolly lemur (Avahi laniger)

Red ruffed lemur 

Eastern Wooly lemur, menjadi catatan terbanyak dijumpai, malam itu, Saya,  Noel Rowe, dan Monica dari Columbia berhasil melihat sampai 9 individu. Kami juga melihat katak pohon, chamelleon dan burung malam malagasy nightjars.  

Setidaknya ada 18 jenis lemur yang saya lihat dalam perjalanan kali ini, kirakira 10 % dari keragaman lemur madagascar. Berikut daftar lengkapnya :

Ranomafana National Park

1. Milne edwars sifaka (Propithecus edwardsi) ( 3 individu)

2. Sportive lemur ( 1 individu)

3. Red fronted brown lemur ( 3 individu

4. Red bellied brown lemur (  Eulemur rubriventer, 2 individu)

5. Golden Bamboo lemur 1 individu

6. Greater Bamboo lemur (Prolemur simus) 1 indvidu

7. Brown Mouse lemur ( Microcebus rufus) 4 individu

Anja Community  Nature

8. Ringtailed lemur (Lemur catta) (12 individu)

Andasibe- Reserve Peyrieras- Maromizaha-VOI MMA community forest

9. Common Brown lemur

10. Black and white ruffed lemur ( 3 indivdu)

11. Indri-Indri (7 individu)

12. Diademed lemur ( 4 individu, 1 infant)

13. Goodman’s mouse lemur ( 7 indivdu)

14. Eastern Wooly lemur ( 9 individu)

15. Coqurel’s Sifaka ( 4 individu)

Vakona lemur island

16  Red ruffed lemur ( 1 individu)

17 White fronted brown lemur ( 6 individu)

18.    Bamboo lemur ( 2 individu)

Kami mengakhiri kunjungan di Madagascar, dengan mengunjungi museum, dimusim inilah tersimpan fosil giant lemur dan elephant bird. Kedua species ini punah setelah gelombang migrasi pertama manusia ke Madagascar. Sayangya tidak di perkenankan mengambil foto-foto di museum. dan di hari terakhir saya dan dua orang teman dari vietnam, menjelajah kota antanarivo menggunakan taxi klasik, citroen cv2. Kendaraan klasik dan kendaraan 4wd tangguh banyak lalu lalang di jalan madagascar, mengingat kondisi jalan yang susah dan jarak antar kota yang cukup jauh. Menikmati madagascar di atas kendaraan roda empat ( overlanding) sangat menyenangkan, apabila anda seorang car enthusiast. 

Terimakasih untuk sponsor perjalanan menghadiri kongress IPS ke 30 di Madagascar untuk Primate Conservation Inc, Re-wild, Margoth Marsh Biodiversity Foundation.

Misaotra...Veloma Madagascar.






No comments:

Post a Comment