Oleh : Nur Azizah Firdaus
![]() |
Hutan Mendolo |
Halo! Saya Zizah, mahasiswi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti banyak mahasiswi tingkat akhir yang lain, saya melakukan penelitian lapangan untuk tugas akhir/skripsi dengan Beasiswa SwaraOwa. Topik penelitian saya adalah Wilayah Jelajah dan Preferensi Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch) di Hutan Mendolo. Hutan ini berlokasi di Dukuh Sawahan, Desa Mendolo, Pekalongan. Lalu mengapa owa jawa? Karena mereka primata endemik Indonesia yang berperan dalam menjaga ekosistem hutan tropis di Pulau Jawa. Namun, sayangnya mereka terancam punah. Mereka adalah pesan alam yang mungkin kita abaikan. Nyanyian mereka yang indah di pagi hari kini menjadi lagu terakhir dari kanopi hutan yang kian sepi. Jadi, ini bukan hanya tentang kewajiban akademik, tetapi perjalanan hidup yang tak terduga.
Perjalanan menuju hutan, saya tidak sendirian tetapi bersama Nisa, Yessy, dan tim monitoring PPM Mendolo. Komunitas lokal anak muda yang menjaga dan menjadi pendengar setia nyanyian hutan. Saya terkagum pada tekad mereka yang melangkah dengan keberanian untuk ikut andil dalam konservasi. Dengan kamera, catatan lapangan, dan langkah yang ringan menyusuri jalur curam, mereka menjadikan hutan sebagai sahabat yang harus dijaga. Bagi saya, masa depan hutan di tangan mereka bukan sebagai cerita kehilangan, tetapi kisah yang terus hidup.
![]() |
Pencarian owa jawa |
![]() |
Sepasang owa jawa beristirahat (doc. PPM Mendolo) |
Pakan owa jawa. A. Kukuran, B. Bulu karet (Ficus elastica), C. Sempu (Dillenia sp.), D. Klepu (Nauclea sp.), E. Miosis (Maeopsis eminii), dan F. Rao (Dracontomelon dao)
Dari kejauhan, kanopi hutan agroforestri yang menjadi habitat owa jawa disini masih tampak hijau dan lebat. Nyatanya, dari jarak dekat banyak kanopi hutan yang hilang. Banyak hal yang menarik dan menantang saat di lapangan. Mulai dari cerita terdahulu, dimana masyarakat memburu owa jawa dengan senapan. Meskipun, kini suara tembakan hilang, tetapi luka memori mereka belum sepenuhnya pulih. Ketika melihat manusia, mereka sangat waspada dan bersiap untuk berpindah dengan cepat. Awalnya terasa menyakitkan, seolah kehadiran kami dari jarak jauh sudah mengusik mereka yang seharusnya tenang. Tapi, saya sadar itu bukan penolakan, itu naluri yang melindungi mereka sejak manusia pernah datang membawa ancaman. Terkadang, di sela pergerakan mereka yang waspada dan cepat, ada momen kecil dimana seekor owa jawa berhenti. Matanya menangkap keberadaan kami yang mungkin bukan seperti melihat ancaman, tetapi rasa ingin tahu dan mencoba mengerti: siapa kami dan apa yang kami cari disini.
Tidak hanya owa jawa yang ditemukan saat pengamatan. Kami juga bertemu primata lutung jawa (Trachypithecus auratus), rek-rekan (Presbytis comata fredericae), dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Keberadaan monyet ekor panjang ini terkadang membuat onar di kebun kopi warga. Monyet memetik buah kopi dan memakannya. Tak lama dari itu, pemilik kebun mengusir mereka dengan teriakan. Owa jawa yang sedang tenang tiba-tiba ketakutan dan hilang tanpa jejak.
Rasanya masih belum puas, masih ada satu primata endemik Pulau Jawa, yaitu kukang jawa. Primata ini aktif pada malam hari dan tentunya kami mencoba untuk pengamatan malam di Dukuh Mendolo Kulon. Perkiraan setengah jam kami melakukan pencarian dengan headlamp, mencari mata yang bersinar. Akhirnya ketemu, kukangnya berada di balik ranting pohon sengon. Saya mengira pergerakannya lambat, tetapi ternyata tidak. Keheningan malam terasa penuh makna.
![]() |
Kegiatan konservasi oleh PPM Mendolo. A. Penanaman pohon, B. Edukasi konservasi (bird watching for kids) |
No comments:
Post a Comment