Oleh: Sidiq Harjanto
|
Persemaian Mendolo, membuat bibit durian |
Musim kemarau tahun 2023 yang diwarnai dengan fenomena el-nino membawa
dampak kekurangan air di berbagai wilayah. Tak terkecuali dirasakan pula oleh
masyarakat di site kegiatan kami Desa Mendolo, Kecamatan Lebakbarang. Di Dusun
Mendolo Wetan, suplai air melalui Pamsimas untuk kebutuhan rumah tangga bahkan
tidak mencukupi. Sumber air di Gunung Pawon tak lagi mampu mengairi sekira lima
puluh rumah warga. Beruntungnya, ada beberapa mata air kecil di sekitar dusun
yang masih mengeluarkan air.
Masyarakat Dusun Sawahan, yang mayoritas merupakan petani durian,
terpaksa berebut air untuk mengairi pohon-pohon durian usai musim pembungaan.
Kalau tidak disusul dengan penyiraman, buah-buah muda bisa-bisa rontok tak
bersisa. Beberapa mata-air yang muncul di alur-alur/anak sungai yang masuk ke Kali
Wisnu debitnya jauh menyusut dampak kemarau panjang.
Kali Wisnu sendiri adalah badan air yang membelah Desa Mendolo dan
merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Sengkarang. Menjadi urat nadi
kehidupan masyarakat, keberadaan sungai ini menunjang kebutuhan sehari-hari,
menyuplai kebutuhan pertanian, dan menjadi sumber energi melalui pembangkit
listrik tenaga mikrohidro.
Kondisi kekeringan telah menebalkan tekad masyarakat Desa Mendolo untuk
melakukan gerakan penanaman di area-area terbuka. Program pembibitan pohon
hutan yang dikelola Paguyunan Petani Muda Mendolo menghasilkan sekira 200 bibit
pucung (Pangium edule) yang mulai
ditanam sejak awal tahun ini. Jenis ini dipilih karena dua alasan utama. Pertama, pucung sangat baik
menjaga tata air. Kebanyakan mata air di Mendolo terlindung di antara
pohon-pohon pucung berukuran raksasa.
|
bibit pohon Pucung, di persemaian Mendolo |
Alasan kedua, biji buah pucung bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Dikenal
sebagai buah kepayang, biji pucung mengandung racun sianida. Tentu sangat
berbahaya jika dikonsumsi langsung. Namun, jika diproses dengan benar, biji
pucung menjelma menjadi olahan lezat. Masyarakat menyebutnya
blibar. Kalau difermentasi lebih lanjut
sampai 40 hari, bisa dihasilkan
kluwak,
bumbu masak berwarna hitam yang khas digunakan untuk brongkos dan rawon. Di
Pekalongan sendiri, ada kuliner
pindang tetel
yang memakai kluwak sebagai bumbu utama.
Ciptakan koridor satwa
Dengan menanam pohon, banyak manfaat bisa dipetik. Terjaganya suplai air,
misalnya. Pepohonan punya fungsi dalam melindungi tanah dari erosi dan aliran
permukaan (surface runoff), serta
mampu menyimpan air. Pohon dan hutan yang lestari menjadi kunci bagi
ketersediaan air yang mencukupi. Tentu masih banyak manfaat lainnya dari
aktivitas menanam pohon dan memelihara hutan bagi ekosistem kita.
Menanam pohon tidak hanya mendatangkan manfaat bagi manusia. Satwa liar
juga diuntungkan saat pohon-pohon di hutan masih terawat. Pada konteks Mendolo, menanam pohon ditujukan
untuk menciptakan koridor-koridor agar populasi primata dan aneka satwa lainnya
tetap saling terkoneksi. Swaraowa sangat mendukung program rehabilitasi sempadan
Kali Wisnu, mengingat kawasan ini juga sangat penting bagi aneka hidupan liar,
seperti: jenis-jenis primata, burung, herpetofauna, ikan, dan banyak jenis serangga.
Terinspirasi dari program jangka panjang konservasi berbasis masyarakat
untuk howler monkey di Belize (https://www.howlermonkey.org/), kami
memfasilitasi para petani yang lahan kelolaannya dilalui sungai maupun
anak-anak sungai untuk menghijaukan kembali area sempadannya. Zona sempadan
inilah, sebagaimana dimaksud di atas, nantinya berfungsi menjadi
koridor-koridor yang menghubungkan populasi-populasi satwa sehingga terhindar
dari ancaman penurunan kualitas gen atau hanyutan genetik (genetic drift) akibat fragmentasi atau isolasi habitat.
|
Kukang Jawa ( Nycticebus coucang), di habitat wanatani durian ds.Mendolo |
Lebih jauh lagi, masyarakat diharapkan menjadi bagian aktif dari gerakan
konservasi primata itu sendiri. Kawasan hutan Desa Mendolo menjadi habitat bagi
lima jenis primata jawa: owa jawa, lutung jawa, rekrekan/surili, monyet ekor
panjang, dan kukang jawa. Dengan kekayaan jenis-jenis primata dan kesadaran serta
partisipasi masyarakatnya yang terus tumbuh, desa ini potensial untuk menjadi pionir
dalam gerakan konservasi primata berbasis masyarakat.
Selain jenis-jenis primata, burung raja udang kalung biru (Alcedo euryzona) menjadi spesies
prioritas lainnya. Burung ini membutuhkan habitat sungai yang ternaungi hutan
alam. Fragmentasi habitat dan pengurangan tutupan vegetasi menjadi ancaman
serius bagi jenis burung dengan status keterancaman kritis (CR) ini. Oleh karenanya, merawat vegetasi di sempadan
sungai dan merehabilitasi area-area terbuka menjadi keniscayaan dalam upaya melestarikan
si burung pemalu ini.
|
Raja udang Kalung Biru ( Alcedo euryzona) |
Para peternak lebah jadi
ujung tombak
Komunitas peternak lebah klanceng di Dusun Sawahan memelopori gerakan
penanaman ini. Dari kurang lebih 20 orang petani yang merelakan lahannya
ditanami, sebagian merupakan pembudidaya lebah klanceng (lebah nirsengat). Keseimbangan
ekosistem menjadi isu penting bagi peternak lebah. Dari situlah semangat
menanam muncul. Menanam pohon berarti menyediakan habitat, pakan, maupun kebutuhan
vital lainnya bagi kelangsungan hidup lebah.
Seturut dengan warga Sawahan, Kelompok Tani Hutan Podo Dadi Dusun
Mendolo Wetan, yang sebagian besar anggotanya juga peternak lebah dan pemanen
madu hutan juga berencana melakukan kegiatan pembibitan dan penanaman serupa. Sebelumnya,
para peternak lebah di Mendolo Wetan telah mengidentifikasi lebih dari 30 jenis
pohon hutan yang penting dalam mendukung usaha perlebahan yang telah mereka
rintis. Beberapa jenis pohon hutan paling disukai oleh lebah, antara lain:
sarangan, kayu babi, dan nagasari.
Program budidaya lebah telah diinisiasi oleh Swaraowa pada 2017,
bertujuan untuk menumbuhkan alternatif ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat
yang tinggal di tepi kawasan hutan. Budidaya lebah juga digadang mampu menjadi
media untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya merawat
hutan. Sebagai serangga penyerbuk yang dominan, keberadaan populasi lebah
sangat bernilai bagi keberlanjutan ekosistem hutan itu sendiri.
No comments:
Post a Comment