World Wildlife Day Regional Youth Symposium 24-25 February 2024, Singapura
Oleh : Kurnia Ahmaddin dan Nur Aoliya
World Wildlife Day (WWD) merupakan hari untuk merayakan keragaman satwaliar di seluruh dunia dan memperingati penandatanganan pertama Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) pada tanggal 3 Maret 1973. Dalam rangka perayaan global ini, National Parks Board (NParks) Singapura menggagas acara World Wild Life Day Regional Symposium yang menyoroti hidupan liar Asia Tenggara. Acara ini diselenggarakan oleh anak muda ( dibawah usia 35 tahun) yang tergabung dalam program Youth Stewards for Nature dari NParks. Agenda tahunan yang dimulai sejak 2022 ini di selenggarakan pada tanggal 24-25 Feb 2024 di Singapura. Acara ini dihadiri lebih dari 300 peserta, yang terdiri dari anak-anak muda dari regional asia Tenggara yang tertarik atau sedang belajar dan bahkan terlibat dalam konservasi alam dan satwa liar. Peserta juga merupakan perwakilan dari regional negara anggota ASEAN yang diundang oleh peyelenggara. Lebih dari 10 lembaga konservasi dari Indonesia diundang untuk mengikuti simposium ini, termasuk kami dua orang delegasi yang mewakili Swaraowa
Tema global WWD 2024 adalah “Connecting
People and Planet: Exploring Digital Innovation in Wildlife Conservation”. Sesuai
dengan tema tersebut acara ini memiliki lima tujuan utama, yaitu : 1) Membangun
jaringan konservasi generasi muda di Asia Tenggara. 2) Menghubungkan generasi
muda dengan mentor di bidang konservasi satwa liar. 3) Meningkatkan kesadaran
internasional akan praktik konservasi inovatif di Asia Tenggara. 4) Menyoroti solusi digital baru untuk pemantauan
dan perlindungan satwa liar. 5) Mendorong pengelolaan lingkungan dan
perlindungan alam untuk masa depan. Acara terdiri dari seminar dari para ahli
yang bergeak dibidang konservasi alam dan satwaliar, focus group discussion,
workshop dan youth show case.
Acara pada hari pertama dimulai dengan pembukaan berupa sambutan oleh ministry for national development Singapore Mr. Desmond Lee. Sambutan kedua disampaikan oleh Dr. Sonja Luz yang merupakan CEO Mandai Nature dan ditutup dengan pesan yang disampaikan oleh Ms. Ivonne Higuero sebagai Sekretaris Jenderal CITES melalui video yang dibuat khusus untuk membuka acara ini. Acara dilanjukan dengan seminar sesi pertama mengenai konservasi biodiveritas yang dibantu dengan teknologi. Pemateri pertama adalah Mr Nguyen Van Thai dari Vietnam yang menyampaikan presentasi mengenai penggunaan kamera trap, drone, SMART patrol dan GPS tracker untuk patroli pemantauan satwa liar dan tindak perburuan di Vietnam. Garis besar paparannya adalah penggunaan kamera trap yang diengkapi dengan penguat sinyal untuk pemantaun perburuan secara ‘realtime’. Lebih lanjut lagi beliau bercerita mengenai penggunaan GPS tracker untuk mengetahui keberadaan Trenggiling (Manis sp.) dan untuk mencari keberadaan tregiling tersebut antena tracker dipasangkan pada drone sehingga jangkauan pencarian lebih luas dan cepat dibandingkan tracking manual hanya mengandalkan manusia.
Pemateri selanjutnya adalah Mr. Malcom Soh dari National
Park Board Singapore yang mempresentasikan mengenai koleksi data satwa liar dan
tumbuhan dengan kamera trap dan alat perekam pasif serta upaya pencegahan
konflik antara manusia dan satwa Liar. Pemateri ketiga adalah Anton L. Delgado
dari Pulitzer Center Cambodia point besar penyampaiannya adalah pentingnya
penggunaan sosial media oleh anak-anak muda dalam melaporkan atau memberitakan
kejahatan perdagangan satwa liar di Kamboja. Selepas makan siang Ms Trang Nguyen dari WildAct Vietnam dan Ms. Reaksmey
Luy dari CEPA Kamboja bercerita mengenai pentingnya pendidikan dan peranan
wanita dalam perlindungan satwa liar di negara mereka. Sebagai penutup sesi
seminar Bapak Alex Waisimon dari Isyo
Hill’s Eco-Tourism Papua Indonesia menuturkan kepada kami para peserta untuk
menyeimbangkan hubungan antara manusia dan satwa liar. Beliau bercerita
mengenai proses merubah pemburu burung untuk aktif menjadi guide wisata
pengamatan burung di Papua.
Menutup rangkaian hari pertama acara, semua peserta mengikuti focus group discussion yang difasilitasi oleh youth biodiversity leaders dari seluruh ASEAN. Para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil 10-12 orang/kelompok dan diberikan sekenario tertentu dimana setiap orang dalam kelompok tersebut memilik peran masing-masing sebagai pemangku kepentingan. Dari kegiatan ini peserta belajar mengenai tantangan dan peluang dalam pelibatan pemangku kepentingan untuk konservasi keanekaragaman hayati.
Hari kedua peserta dibebaskan memilih workshop yang diadakan, dimana
tersedia 10 workshop dari Lembaga-lembaga di Sigapura. Beberapa workshop
diantaranya adalah kunjungan ke Mandai Nature untuk melihat konservasi burung
secara ex-situ dan mengetahui bagaimana
penggunaan teknologi dalam Singapore Zoo. Peserta yang tertarik dengan
konservasi terumbu karang juga dapat mengujungi workshop di St John’s Island
National Marine Laboratory (SJINML). Peserta yang lebih tertarik dengan
kegiatan kampanye dapat mengikuti wokshop di ArtScience Museum, WWF-Singapore
Workshop, Global Youth Biodiversity Network Southeast Asia, dan Nature
Storytelling Workshop. Kami memilih untuk mengikuti Ethnobotany Workshop:
Connecting People, Plants and Culture di Singapore Botanic Gardens dan LKCNHM
Workshop: Revealing Conservation Narratives through Taxonomy di Lee Kong Chian
Natural History Museum (LKCNHM).
Acara terakhir ditutup dengan
youth show case yang merupakan presentasi dari proyek-proyek konservasi yang
diprakarsai oleh pemuda di kawasan ASEAN. Adapun penampilan proyek tersebut
berupa pemaparan poster dan Indonesia menampilkan dua proyek yaitu dari Nusa Biodiversitas Indonesia
dan PROGRES Sulawesi yang menampilkan kegiatan pendampingan masyarakat di
Lombok dan Sulawesi. Kami juga menyaksikan presenter poster dari negara lain
seperti Kamboja, Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Acara
ditutup dengan foto bersama seluruh peserta yang mengikuti rangkaian acara.
Kami merasa sangat beruntung menjadi bagian dari Simposium pemuda ini. Hal ini karena kami mendapatkan pengetahuan baru yang disampaikan oleh pengisi seminar dan fasilitator workshop, kami juga dapat menambah jaringan pertemanan di Asia Tenggara. Bayaknya peserta muda yang hadir merupakan secercah harapan mengenai regenerasi dan tersambungnya rantai generasi konservasi biodiversitas di Asia Tenggara. Salam Konservasi
No comments:
Post a Comment