ditulis oleh : Arrayaana Artaka
Rekrekan (Presbytis fredericae) |
Hallo dunia, saya Arra, mahasiswi dari Fakultas Kehutanan di Institut Pertanian Malang, kampus kecil yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, skripsi merupakan hal yang wajib hukumnya untuk dituntaskan. Beruntungnya saya mendapatkan beasiswa dari SwaraOwa yang ditujukan untuk penelitian dengan judul “Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat Rekrekan (Presbytis comata fredericae, Sody 1930) Menggunakan Analisis MaxEnt di Hutan Petungkriyono, KPH Pekalongan Timur”.
Rekrekan adalah nama lokal untuk jenis monyet pemakan daun ( leaf eating monkeys) Presbytis fredericae, jenis monyet ini endemik jawa, hanya ada di Pulau Jawa di bagian tengah hingga jawa bagian barat, kalau di jawa barat di kenal dengan nama surili. Jadi terkait penelitian saya, “Pemodelan” adalah proses membuat model atau representasi sederhana dari suatu objek atau sistem yang kompleks. Pemodelan digunakan untuk memahami dan memprediksi bagaimana suatu sistem bekerja, dan dapat membantu dalam pengembangan sistem baru atau perbaikan sistem yang sudah ada. Dalam konteks habitat modelling atau kesesesuaian habitat, pemodelan digunakan untuk memetakan distribusi habitat satwa liar, di penelitian saya Rekrekan monyet lutung endemik jawa yang menjadi object penelitian saya.
Jadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian habitat Rekrekan dan variabel yang berpengaruh terhadap prediksi keberadaan Rekrekan di Hutan Petungkriyono dengan harapan dapat menjadi pertimbangan perlindungan kawasan yang memiliki kesesuaian habitat tinggi bagi Rekrekan. Dalam istilah yang lebih sederhana, habitat modelling adalah cara untuk memprediksi di mana hewan hidup dan bagaimana mereka menggunakan lingkungan mereka. Ilmuwan menggunakan habitat modelling untuk memahami bagaimana spesies yang berbeda berinteraksi dengan lingkungan mereka dan bagaimana mereka mungkin merespons perubahan di habitat mereka.
Sejak tercetusnya judul tersebut, petualangan baru di hidup saya dimulai. Bagi seseorang yang sulit berkomunikasi dengan orang baru sepertiku, hal ini termasuk sebuah tantangan besar, apalagi saya yang bisa dikatakan manja ini kali ini harus melakukanya sendiri, mulai dari penyusunan sekaligus pengantaran proposal ke instansi terkait, sampai melewati berbagai macam jalan berdasarkan panduan GoogleMaps, kurang lebih 425 Km atau 13 Jam perjalanan dengan motor Beat “Pokoloko” milikku.
Sejak tercetusnya judul tersebut, petualangan baru di hidup saya dimulai. Bagi seseorang yang sulit berkomunikasi dengan orang baru sepertiku, hal ini termasuk sebuah tantangan besar, apalagi saya yang bisa dikatakan manja ini kali ini harus melakukanya sendiri, mulai dari penyusunan sekaligus pengantaran proposal ke instansi terkait, sampai melewati berbagai macam jalan berdasarkan panduan GoogleMaps, kurang lebih 425 Km atau 13 Jam perjalanan dengan motor Beat “Pokoloko” milikku.
Singkat cerita, peneltian saya ini dilakukan kurang lebih selama 3 minggu, terhitung mulai pada tanggal 8 April 2023, bertepatan dengan minggu kedua puasa, kemudian pulang pada tanggal 15 April 2023 dan kembali lagi pada tanggal 7-20 Mei 2023. Ada dua macam data yang saya butuhkan, yaitu data kehadiran Rekrekan berupa titik koordinat perjumpaan rekrekan dan data variabel lingkungan berupa peta. Data perjumpaan Rekrekan dilakukan dengan cara survei langsung menggunakan metode transek untuk mencatat titik koordinat setiap perjumpaan Rekrekan. Ada 8 jalur yang digunakan dalam penelitian ini, dengan panjang jalur pengamatan masing-masing 2 Km. Setiap kelompok Rekrekan yang dijumpai akan diamati, kemudian dicatat waktu Rekrekan terlihat, jarak peneliti dengan Rekrekan, koordinat perjumpaan, jumlah individu dan tipe habitat.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh 25 titik sebaran kelompok Rekrekan dengan jumlah total individu 80 ekor. Jumlah individu dalam kelompok terdapat 2 ekor sampai 7 ekor, bahkan ada yang teramati hanya 1 ekor (sendiri). Perjumpaan kelompok Rekrekan didapatkan menyebar dengan tipe hutan alam primer, sekunder dan hutan tanaman. Pada hutan sekunder, Rekrekan sering terlihat di pinggir jalan, atau perbatasan perkebunan, sedangkan pada hutan tanaman sering terlihat di hutan pinus, sengon, dan durian. Perjumpaan Rekrekan terbanyak didapatkan di jalur sepanjang jalan , yaitu 5 titik perjumpaan dengan total perjumpaan sebanyak 17 ekor. Hal ini dikarenakan jalur sepanjang jalan mudah diakses oleh pengamat, dan terdapat banyak pohon yang menjadi pakan Rekrekan.
Pola persebaran Rekrekan dipengaruhi oleh ketersediaan sumber pakan, kebutuhan sumber air dan faktor gangguan. Rekrekan merupakan satwa Folivorus yang cenderung menyukai dedaunan, sehingga pada saat pengamatan, perjumpaan kelompok Rekrekan ditemukan berada pada beberapa jenis vegetasi yang menjadi pakan alaminya yaitu: Kayu Afrika (Meisopsis eminii), Beunying (Ficus fistulosa), Saninten (Castanopsistungeureut), Mbulu krandang (Ficus drupacea), Klepu (Nauclea orientalis), Bendo (Artocarpus elasticus), Dao (Drakontomelon dao) Hantap (Sterculia oblongata) Kesowo (Engelhardia serrata) dan Gorang (Trevesia sundaica).
Sedangkan untuk pengambilan dan pengolahan data variabel lingkungan dilakukan dengan cara membuat peta yang mewakili karakter habitat Rekrekan. Variabel yang dipilih yaitu ketinggian, kelerengan, Vegetasi, suhu permukaan bumi,. informasinya menggunakan DEMNAS 64 bit yang memiliki resolusi 5-8 m, dan data Citra Landsat-8 TM. Data-data ini di kombinasikan dengan data perjumpaan Rekrekan yang di analisis menggunakan applikasi arcGis.
Pada penelitian ini mengklasifikasi kesesuaian habitat Rekrekan dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang dan kesesuaian rendah. Menurut hasil analisa MaxEnt diperoleh bahwa Rekrekan tersebar di Hutan Petungkriyono.
Berdasarkan hasil analisa MaxEnt, kelas kesesuaian habitat Rekrekan di Hutan Petungkriyono, KPH Pekalongan Timur, seluas 2.658 ha (46%) merupakan kategori rendah, seluas 1.562 ha (27%) merupakan kategori sedang dan seluas 1.554 ha (26%) termasuk kategori tinggi.
Dengan adanyya penelitian ini, saya berharap Rekrekan, Hutan petungkriyono beserta ekosistemnya tetap lestari. Penelitian ini juga menghasilkan deliniasi daerah yang dianggap sesuai bagi Rekrekan. Dimana dengan adanya deliniasi tersebut maka dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola untuk melakukan perlindungan dan pengamanan terhadap lokasi tersebut, sehingga pengelolaan habitat Rekrekan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Adanya deliniasi juga dapat membantu pengelola kawasan Hutan petungkriyono dalam melakukan survei dan monitoring terhadap Rekrekan sehingga jumlah populasi satwa liar tersebut dapat diketahui dengan baik juga untuk upaya peningkatan populasinya.
Dengan adanyya penelitian ini, saya berharap Rekrekan, Hutan petungkriyono beserta ekosistemnya tetap lestari. Penelitian ini juga menghasilkan deliniasi daerah yang dianggap sesuai bagi Rekrekan. Dimana dengan adanya deliniasi tersebut maka dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola untuk melakukan perlindungan dan pengamanan terhadap lokasi tersebut, sehingga pengelolaan habitat Rekrekan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Adanya deliniasi juga dapat membantu pengelola kawasan Hutan petungkriyono dalam melakukan survei dan monitoring terhadap Rekrekan sehingga jumlah populasi satwa liar tersebut dapat diketahui dengan baik juga untuk upaya peningkatan populasinya.
Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih kepada SwaraOwa atas saran-masukan dan supportnya baik moral maupun material selama penelitian. Semoga semua makhluk hidup berbahagia menjalani petualangan gilanya masing-masing. Untuk membaca secara lengkap hasil penelitian saya, dapat di unduh di sini.
Salam Lestari!
Salam Lestari!
No comments:
Post a Comment