Wednesday, December 30, 2020

Kilasbalik 2020 : gita karya di tengah pandemi.

 oleh : Arif Setiawan. E-mail : a.setiawan@swaraowa.org


bentangalam kawasan hutan Petungkriyono


Bulan januari 2020, rencana untuk kegiatan-kegiatan pelestarian primata khususnya jenis-jenis owa  sudah sedemikian rupa telah  disusun,  tanpa menaruh perhatian pada gemuruh badai global yang sudah begerak. 2 kegiatan utama yaitu  untuk konservasi Owa di Jawa Tengah dan Owa bilou di Kep.Metawai telah menjadi motivasi kuat untuk memperkuat kerja konservasi di tingkat tapak.

Kegiatan bersama dengan tim malinggai Uma Mentawai disiberut selatan, dilakukan dengan tujuan untuk  meningkatkan kapasitas anggota Malinggai Uma, dengan mengenalkan fotografi satwa untuk tujuan pelestarian budaya dan keanekargaman hayati. 2 anggota malinggai uma telah di persenjatai dengan 2 kamera yang akan digunakan untuk berburu satwa, merekam sejarah alam, dan meninggalkan kebiasaan berburu yang tidak lagi menggunakan adat.

Program ini telah sedikit banyak memberikan dampak langsung, dengan terbitnya buku burung Mentawai dan buku primata Mentawai. Kerja kolaboratif dengan mendorong warga sekitar sebagai actor utama “paraconservationist” .  Tidak hanya primata, namun mengenalkan keanekargaman hayati lainnya yang ada di mentawai sekaligus memperkuat nilai budaya asli.

Bilou (Hylobates klossii)

Kegiatan Mentawai di bulan januari tersebut, sebenarnya juga akan mengawali kegiatan promosi konservasi primata Mentawai melalui wisata pengamatan primata, promosi melalui  website https://wildgibbonindonesia.com/  juga sudah di mulai dan perjalanan ini sebenarnya sudah di lakukan untuk ujicoba sebuah trip wisata pengamatan primata endemik Mentawai, dengan kombinasi wisata budaya. Baca trip reportnya di sini. Namun hal ini juga tertuda untuk pengembangannya, kalau sejak bulan Maret sampai saat ini wisata ke Mentawai juga masih tertunda untuk wisatawan target primatewatching ini yang kebanyak dari luar negeri. Beberapa kelompok wisatawan sudah memesan perjalanan ini sejak promosi kami di akhir tahun 2019, namun harus di batalkan karena situasi pandemi global.

Bulan februari, menjadi bulan terakhir sebelum tatanan global berubah karena pandemi virus covid 19, kesempatan mengupgrade pengetahuan, dan pengalaman tentang primate-primata sumatera datang Ketika Noel Rowe PCI mengajak untuk melakukan  primate watching trip ke sumatera bagian tengah, dan yang menjadi target species adalah jenis-jenis Presbytis sp.

Konsep primate watching trip ini lebih mirip perjalanan overland, dengan kendaraan 4x4, yang melintas hutan-hutan yang dapat di lalui kendaraan roda 4, namun masih memungkinkan melihat primate-primata. Perjalanan dimulai dari Padang sumatera barat, Jambi, Riau, hingga ke Sumatera Utara, dan Kembali lagi ke Padang. Total panjang perjalanan ini adalah kurang lebih 3500 km, selama 24 hari. Selain melihat langsung dan mendokumentasikan species-species simpai sumatera bagian tengah, juga melihat langsung ancaman kelestarian habitat dan populasi monyet daun endemik Sumatera. Taksonomi jenis-jenis simpai Sumatra ini memang masih sangat membingungkan dan di perdebatkan, selain kurang di perhatikan di kalangan peneliti dan konservasionist.  Primate watching ini sebenarnya baru di inisiasi dan akan menjadi salah satu sumberpendaan kegiatan swaraowa, pengalaman merencanakan, handling tamu dan juga kondisi lapangan menjadi sarana latihan untuk tur primata. Cerita perjalanan ini dapat di ikuti di Instagram swaraowa mulai tanggal 5 februari sampai 25 Februari 2020. Beberapa spot lokasi untuk pengamatan Ungko dan siamang terdata dengan kemungkinan akan di kunjungi lagi  di waktu mendatang. Hari-hari terakhir primatewatching trip Sumatra, kabar mengenai virus corona 19 sudah menyebar, di berbagai negara, namun sepertinya di Indonesia masih belum mendapat perhatian serius.

Tim kopi owa ds.Tlogohendro

Bulan Maret 2020, kegiatan proyek kopi dan konservasi primata 2020, akan ada kunjugan resmi dari Ostrava zoo, yang di wakili staf kebun binatang dan wakil duta besar dari Ceko untuk Indonesia. Kegiatan yang di rencakan mengunjungi Sokokembang dan desa mendolo untuk melihat demplot budidaya Lebah, namun bersamaan dengan acara ini, kami mendapat surat edaran dari Bupati kabupaten Pekalongan kalau tidak boleh mengadakan acara yang sifatnya mengumpulkan orang dan berkerumun untuk mencegah penularan virus. Sangat kecewa tentusaja, tapi ini juga mengikuti aturan pemerintah, apalagi untuk menjaga situasi tetap kondusif di desa tempat kegiatan. Acara di batalkan dan kami hanya bertemu dengan perwakilan staff kebun binatang Ostrava Zoo di Kota Pekalongan, dan langsung balik ke Jakarta.

Bulan  Maret awal adan juga tim swaraowa yang ikut pameran di Indofest awal bulan maret juga harus kembali ke habitat asal, karena acara festival produk-produk outdoor dan wisata alam itu juga di tutup sebelum acara selesai. Acara ini sebenarnya juga menjadi media promosi wisata minat khusus, di habitat owa jawa, namun sepertinya juga banyak hal yang harus dipersiapkan dan tertunda untuk pengembangan wisata ini. Sepertinya kegiatan wisata juga yang paling terkena dampak dari pandemi covid19.

Dari semua kegiatan proyek kopi dan konservasi primata tahun 2020, yang paling terasa dampaknya adalah ketika rantai penjualan komoditas kopi ramah hutan yang bekerjasama dengan Singapore zoo, terhenti, karena café shop  utama yang menjual kopi owa di Singapore tutup karena covid19. Stok kopi menumpuk di gundang kopi owa di Jogja, dan di rumah warga sekitar hutan habitat owa di Petungkriyono. Rencana kunjungan tim Wildlife Reserve Singapore dan journalist dari Singapore yang telah disusun pertengahan tahun 2019 juga harus di batalkan karena pandemi ini

Kuncitara terjadi dimana-mana, membatasi gerak manusia dan ekonomi , namun yang terjadi di habitat owa tidaklah sepenuhnya terkuncitara, dari pengamatan bulan Maret-Juni 2020, orang-orang sudah mulai jenuh dengan kondisi di rumah saja, dampaknya terhadap habitat owa apa ? hal ini juga masih menjadi tanda tanya. 2 bulan pertama lockdown saja jalan-jalan hutan sepi, setelah itu sepertinya hutan menjadi tempat hiburan di kala pandemi, wisatawan lokal setiap hari datang, entah hanya sekedar jalan-jalan, melihat hutan, dan beberapa spot  wisata  sungai juga menjadi tempat mengisi waktu. Kegiatan monitoring owa di sepanjang jalan dilakukan oleh warga di sokokembang, mencatat perjumpaan primate di sepanjang jalan antara Kroyakan hingga Sokokembang, kurang lebih 6 km.

Kegiatan panen madu klanceng di Ds. Mendolo

Kegiatan budidaya klanceng, yang telah berkembang di Dusun Mendolo,  kecamatan Lebakbarang, kabupaten Pekalongan, terus dipantau dari jarak jauh selama pandemic, meskipun tidak melihat langsung namun laporan-laporan perkembangan kegiatan terus di update tim di Mendolo.

Bulan Mei 2020, menjadi bulan baik untuk Owa Bilou, publikasi survey salah satu primata endemik Mentawai ini terbit di jurnal biodiversitas, yang di dukung penerbitannya oleh PERHAPPI melalui kongres primata Indonesia bulan September 2019.

Seri diskusi konservasi, menjadi kegiatan yang di tiadakan di tahun 2020, karena tidak memungkinkan untuk membuat acara mengumpulkan banyak orang di masa pandemi, kegiatan seri diskusi konservasi ini bertujuan untuk mengarus utamakan kegiatan pelestarian alam di habitat owa jawa, tidak hanya terkait dengan owa saja, tapi keanekaragaman hayati secara umum dan bagaimana memperkuat nilai tambahnya, sebagai bagian dari ekosistem, dan potensi sosial ekonominya. Sempat membuat acara pengganti seri diskusi konservasi ini dengan podcast swaraowa, yang kebetulan sempat menginterview Dr. Bas van Balen ketika berkunjung ke Petungkriyono. Podcastpun juga tidak dapat di lakukan secara berseri dengan kendala teknis.

Memasuki bulan juni 2020, ada 2 kegiatan penelitian di Sokokembang, perempuan-perempuan tangguh yang sangat tertarik untuk tidak terpaku diam di rumah, namun lebih memilih hutan dan membaur bersama warga sekitar hutan, yang pertama Nur Aoliya dari IPB yang meneliti perilaku bersuara owa jawa di wilayah pegunungan Dieng, yang mencakup 2 kabupaten, Batang dan Pekalongan. Baca cerita lapangan Aoliya disini  yang mengisahakan Owa seperti Diva di tengah rimba.  Yenni Rachmawati dari UNAIR tertarik meneliti keberadaan salah satu burung yang sangat terancam punah, Raja Udang Kalung Biru, yang ditemukan oleh tim swaraowa tahun 2018.  Kedua penelitian ini merupakan bagian dari program beasiswa Kopi Owa yang setiap tahun di adakan oleh proyek kopi dan konseravasi primata di Jawa Tengah.  Penelitian-penelitian ini masih terus berjalan hingga awal tahun 2021.

Bulan Agustus 2020, swaraowa menerima salah salah satu mahasiswa magang dari sebuah sekolah di Inggris, kegiatan magang ini juga bertujuan untuk memperluas jejaring konservasi owa dan meningkatkan kapasitas generasi muda untuk ikut dalam kegiatan lapangan konservasi owa secara langsung.

Memasuki akhir tahun 2020, kegiatan terkait budidaya lebah di desa Mendolo selain monitoring rutin setiap bulan, di bulan Oktober kami mengadakan kegiatan pelatihan pengolahan produk-produk turunan dari kegiatan perlebahaan ( beekeeping). Beeswax yang di hasilkan dari kegiatan pemanenan madu hutan di olah menjadi lilin dan pomade perawatan rambut. Produk-produk ini masih dalam taraf ujicoba dan memberikan contoh kepada warga sekitar hutan bahwa ada produk lain yang bisa di kembangkan dari kegiatan budidaya lebah . Bulan oktober juga menjadi hari Owa Internasional, tidak seperti biasanya kegiatan Pelatihan Metode Survey Primata ( MSP) yang dilakukan setiap tahun sejak tahun 2013 harus di tiadakan, tahun ini seharunya menjadi acara yang ke-8.

Kegiatan konservasi Bilou di Kep.Mentawai, bulan November 2020 aktif kembali, dengan melaksanakan kegiatan yang sempat tertunda  karena pandemi. Pelatihan guru-guru untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan, serta metode mengajar yang menggunakan materi terkait dengan konservasi alam dan budaya Mentawai. Kegiatan ini didasari dari semakin terkikisnya budaya  asli Mentawai, yang juga semakin susahnya melihat primata-primata Mentawai , karena hilangnya hutan dan perburuan.

Salah satu kegiatan baru yang juga di inisiasi oleh tim swaraowa di masa  pandemi , adalah survey Monyet endemic pulau Natuna, Presbytis natunae. Bertujuan untuk mengupdate status dari jenis primata pemakan daun yang hanya ada di Pulau Natuna. Survey berhasil menemukan populasi Kekah Natuna di Pulau Bunguran. Hasil survey ini diharapkan juga dapat mengarusutamakan pelestarian primate di Pulau Natuna, dengan melibatkan pihak-pihak terkait .

Webinar Owa Indonesia menjadi salah satu kolaborasi aksi dengan pegiat konservasi primata Indonesia khususnya, jenis-jenis Owa dan hal ini terlaksana dengan adanya 3 seri diskusi online, seri Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

Beberapa kegiatan tidak sempat terdokumentasikan di website atau blog swaraowa, karena keterbatasan waktu untuk menulis. Salah satu capaian penting namun juga tantanganbaru  untuk konservasi Owa di Kabupaten Pekalongan adalah , pengelolaan kolaboratif yang diinisiasi di tahun 2019, mendapatkan perhatian dari permerintah provinsi dengan adanya surat keputusan forum kolaboratif pengelolaan Kawasan hutan Petungkriyono, yang dalam hal ini forum bersama multipihak di wilayah kecamatan petungkriyono mengusulkan kurang lebih 5,173.80  ha, untuk dikelola secara kolaboratif, dalam usulan Kawasan Ekosistem Esensial.

Satu hal penting , pandemic global ini telah membatasi gerak  manusia, dimana kita juga berbagi ruang dengan alam dan segala isi dan permasalah sosial ekonominya. Praktik budaya konsumsi dan produksi yang berkelanjutan harus tempatkan di daftar prioritas, meskipun dalam sekala kecil, dan komunitas yang terbatas, karena ini  adalah pilihan yang harus kita ambil demi setiap gerak berdampak untuk alam.  

Kopi Owa Bilou


Akhir tahun 2020, kami tutup dengan meluncurkan Kopi Owa Bilou, yang bertujuan untuk mempromosikan kegiatan konservasi primata khususnya Bilou ( Hylobates klosii), owa endemik Mentawai.   Penjualan kopi ini di prioritaskan di wilayah sumatera barat khususnya Padang, dan Kepulauan Mentawai, bekerjasama dengan Malinggai Uma di Siberut Selatan.

Selamat tahun baru 2021.

 







No comments:

Post a Comment