bentangalam kawasan hutan Petungkriyono |
Bulan januari 2020, rencana untuk kegiatan-kegiatan pelestarian primata khususnya jenis-jenis owa sudah sedemikian rupa telah disusun, tanpa menaruh perhatian pada gemuruh badai global yang sudah begerak. 2 kegiatan utama yaitu untuk konservasi Owa di Jawa Tengah dan Owa bilou di Kep.Metawai telah menjadi motivasi kuat untuk memperkuat kerja konservasi di tingkat tapak.
Kegiatan bersama dengan tim malinggai Uma Mentawai disiberut
selatan, dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas anggota Malinggai Uma,
dengan mengenalkan fotografi satwa untuk tujuan pelestarian budaya dan
keanekargaman hayati. 2 anggota malinggai uma telah di persenjatai dengan 2
kamera yang akan digunakan untuk berburu satwa, merekam sejarah alam, dan
meninggalkan kebiasaan berburu yang tidak lagi menggunakan adat.
Program ini telah sedikit banyak memberikan dampak langsung, dengan terbitnya buku burung Mentawai dan buku primata Mentawai. Kerja kolaboratif dengan mendorong warga sekitar sebagai actor utama “paraconservationist” . Tidak hanya primata, namun mengenalkan keanekargaman hayati lainnya yang ada di mentawai sekaligus memperkuat nilai budaya asli.
Bilou (Hylobates klossii) |
Kegiatan Mentawai di bulan januari tersebut, sebenarnya juga akan mengawali kegiatan promosi konservasi primata Mentawai melalui wisata pengamatan primata, promosi melalui website https://wildgibbonindonesia.com/ juga sudah di mulai dan perjalanan ini sebenarnya sudah di lakukan untuk ujicoba sebuah trip wisata pengamatan primata endemik Mentawai, dengan kombinasi wisata budaya. Baca trip reportnya di sini. Namun hal ini juga tertuda untuk pengembangannya, kalau sejak bulan Maret sampai saat ini wisata ke Mentawai juga masih tertunda untuk wisatawan target primatewatching ini yang kebanyak dari luar negeri. Beberapa kelompok wisatawan sudah memesan perjalanan ini sejak promosi kami di akhir tahun 2019, namun harus di batalkan karena situasi pandemi global.
Bulan februari, menjadi bulan terakhir sebelum tatanan
global berubah karena pandemi virus covid 19, kesempatan mengupgrade
pengetahuan, dan pengalaman tentang primate-primata sumatera datang Ketika Noel Rowe PCI mengajak untuk melakukan
primate watching trip ke sumatera bagian tengah, dan yang menjadi target
species adalah jenis-jenis Presbytis sp.
Konsep primate watching trip ini lebih mirip perjalanan
overland, dengan kendaraan 4x4, yang melintas hutan-hutan yang dapat di lalui
kendaraan roda 4, namun masih memungkinkan melihat primate-primata. Perjalanan
dimulai dari Padang sumatera barat, Jambi, Riau, hingga ke Sumatera Utara, dan
Kembali lagi ke Padang. Total panjang perjalanan ini adalah kurang lebih 3500
km, selama 24 hari. Selain melihat langsung dan mendokumentasikan
species-species simpai sumatera bagian tengah, juga melihat langsung ancaman
kelestarian habitat dan populasi monyet daun endemik Sumatera. Taksonomi
jenis-jenis simpai Sumatra ini memang masih sangat membingungkan dan di
perdebatkan, selain kurang di perhatikan di kalangan peneliti dan
konservasionist. Primate watching
ini sebenarnya baru di inisiasi dan akan menjadi salah satu sumberpendaan
kegiatan swaraowa, pengalaman merencanakan, handling tamu dan juga kondisi
lapangan menjadi sarana latihan untuk tur primata. Cerita perjalanan ini dapat
di ikuti di Instagram swaraowa mulai tanggal 5 februari sampai 25 Februari
2020. Beberapa spot lokasi untuk pengamatan Ungko dan siamang terdata dengan
kemungkinan akan di kunjungi lagi di
waktu mendatang. Hari-hari terakhir primatewatching trip Sumatra, kabar
mengenai virus corona 19 sudah menyebar, di berbagai negara, namun sepertinya
di Indonesia masih belum mendapat perhatian serius.
Tim kopi owa ds.Tlogohendro |
Bulan Maret 2020, kegiatan proyek kopi dan konservasi primata 2020, akan ada kunjugan resmi dari Ostrava zoo, yang di wakili staf kebun binatang dan wakil duta besar dari Ceko untuk Indonesia. Kegiatan yang di rencakan mengunjungi Sokokembang dan desa mendolo untuk melihat demplot budidaya Lebah, namun bersamaan dengan acara ini, kami mendapat surat edaran dari Bupati kabupaten Pekalongan kalau tidak boleh mengadakan acara yang sifatnya mengumpulkan orang dan berkerumun untuk mencegah penularan virus. Sangat kecewa tentusaja, tapi ini juga mengikuti aturan pemerintah, apalagi untuk menjaga situasi tetap kondusif di desa tempat kegiatan. Acara di batalkan dan kami hanya bertemu dengan perwakilan staff kebun binatang Ostrava Zoo di Kota Pekalongan, dan langsung balik ke Jakarta.
Bulan Maret awal adan
juga tim swaraowa yang ikut pameran di Indofest awal bulan maret juga harus
kembali ke habitat asal, karena acara festival produk-produk outdoor dan wisata
alam itu juga di tutup sebelum acara selesai. Acara ini sebenarnya juga menjadi
media promosi wisata minat khusus, di habitat owa jawa, namun sepertinya juga
banyak hal yang harus dipersiapkan dan tertunda untuk pengembangan wisata ini.
Sepertinya kegiatan wisata juga yang paling terkena dampak dari pandemi
covid19.
Dari semua kegiatan proyek kopi dan konservasi primata tahun
2020, yang paling terasa dampaknya adalah ketika rantai penjualan komoditas
kopi ramah hutan yang bekerjasama dengan Singapore zoo, terhenti, karena café
shop utama yang menjual kopi owa di
Singapore tutup karena covid19. Stok kopi menumpuk di gundang kopi owa di
Jogja, dan di rumah warga sekitar hutan habitat owa di Petungkriyono. Rencana
kunjungan tim Wildlife Reserve Singapore dan journalist dari Singapore yang
telah disusun pertengahan tahun 2019 juga harus di batalkan karena pandemi ini
Kuncitara terjadi dimana-mana, membatasi gerak manusia dan ekonomi
, namun yang terjadi di habitat owa tidaklah sepenuhnya terkuncitara, dari
pengamatan bulan Maret-Juni 2020, orang-orang sudah mulai jenuh dengan kondisi
di rumah saja, dampaknya terhadap habitat owa apa ? hal ini juga masih menjadi
tanda tanya. 2 bulan pertama lockdown saja jalan-jalan hutan sepi, setelah itu
sepertinya hutan menjadi tempat hiburan di kala pandemi, wisatawan lokal setiap
hari datang, entah hanya sekedar jalan-jalan, melihat hutan, dan beberapa spot wisata sungai juga menjadi tempat mengisi waktu. Kegiatan monitoring
owa di sepanjang jalan dilakukan oleh warga di sokokembang, mencatat perjumpaan
primate di sepanjang jalan antara Kroyakan hingga Sokokembang, kurang lebih 6
km.
Kegiatan panen madu klanceng di Ds. Mendolo |
Kegiatan budidaya klanceng, yang telah berkembang di Dusun Mendolo, kecamatan Lebakbarang, kabupaten Pekalongan, terus dipantau dari jarak jauh selama pandemic, meskipun tidak melihat langsung namun laporan-laporan perkembangan kegiatan terus di update tim di Mendolo.
Bulan Mei 2020, menjadi bulan baik
untuk Owa
Bilou, publikasi survey salah satu primata endemik Mentawai ini terbit di
jurnal biodiversitas, yang di dukung penerbitannya oleh
PERHAPPI melalui kongres primata Indonesia bulan September 2019.
Seri diskusi konservasi, menjadi
kegiatan yang di tiadakan di tahun 2020, karena tidak memungkinkan untuk
membuat acara mengumpulkan banyak orang di masa pandemi, kegiatan seri diskusi
konservasi ini bertujuan untuk mengarus utamakan kegiatan pelestarian alam di
habitat owa jawa, tidak hanya terkait dengan owa saja, tapi keanekaragaman
hayati secara umum dan bagaimana memperkuat nilai tambahnya, sebagai bagian
dari ekosistem, dan potensi sosial ekonominya. Sempat membuat acara pengganti
seri diskusi konservasi ini dengan podcast swaraowa, yang kebetulan sempat menginterview Dr. Bas van Balen
ketika berkunjung ke Petungkriyono. Podcastpun juga tidak dapat di lakukan
secara berseri dengan kendala teknis.
Memasuki bulan juni 2020, ada 2
kegiatan penelitian di Sokokembang, perempuan-perempuan tangguh yang sangat
tertarik untuk tidak terpaku diam di rumah, namun lebih memilih hutan dan membaur
bersama warga sekitar hutan, yang pertama Nur Aoliya dari IPB yang meneliti
perilaku bersuara owa jawa di wilayah pegunungan Dieng, yang mencakup 2
kabupaten, Batang dan Pekalongan. Baca cerita lapangan Aoliya disini yang mengisahakan Owa
seperti Diva di tengah rimba. Yenni Rachmawati dari UNAIR tertarik meneliti
keberadaan salah satu burung yang sangat terancam punah, Raja Udang Kalung Biru,
yang ditemukan oleh tim swaraowa
tahun 2018. Kedua penelitian ini merupakan bagian dari
program beasiswa
Kopi Owa yang setiap tahun di adakan oleh proyek kopi dan
konseravasi primata di Jawa Tengah. Penelitian-penelitian ini masih terus berjalan
hingga awal tahun 2021.
Bulan Agustus 2020, swaraowa menerima salah salah satu mahasiswa magang dari sebuah sekolah di Inggris, kegiatan magang ini juga bertujuan untuk memperluas jejaring konservasi owa dan meningkatkan kapasitas generasi muda untuk ikut dalam kegiatan lapangan konservasi owa secara langsung.
Memasuki akhir tahun 2020, kegiatan
terkait budidaya lebah di desa Mendolo selain monitoring rutin setiap bulan, di bulan Oktober kami mengadakan kegiatan pelatihan
pengolahan produk-produk turunan dari kegiatan perlebahaan ( beekeeping). Beeswax
yang di hasilkan dari kegiatan pemanenan madu hutan di olah menjadi lilin dan
pomade perawatan rambut. Produk-produk ini masih dalam taraf ujicoba dan
memberikan contoh kepada warga sekitar hutan bahwa ada produk lain yang bisa di
kembangkan dari kegiatan budidaya lebah . Bulan oktober juga menjadi hari Owa
Internasional, tidak seperti biasanya kegiatan Pelatihan Metode Survey Primata
( MSP) yang dilakukan setiap tahun sejak tahun 2013 harus di tiadakan, tahun
ini seharunya menjadi acara yang ke-8.
Kegiatan konservasi Bilou di
Kep.Mentawai, bulan November 2020 aktif kembali, dengan melaksanakan kegiatan
yang sempat tertunda karena pandemi. Pelatihan
guru-guru untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan, serta metode mengajar
yang menggunakan materi terkait dengan konservasi alam dan budaya Mentawai. Kegiatan ini didasari dari semakin terkikisnya
budaya asli Mentawai, yang juga semakin
susahnya melihat primata-primata Mentawai , karena hilangnya hutan dan
perburuan.
Salah satu kegiatan baru yang juga di
inisiasi oleh tim swaraowa di masa
pandemi , adalah
survey Monyet endemic pulau Natuna, Presbytis
natunae. Bertujuan untuk mengupdate status dari jenis primata pemakan daun
yang hanya ada di Pulau Natuna. Survey berhasil menemukan populasi Kekah Natuna
di Pulau Bunguran. Hasil survey ini diharapkan juga dapat mengarusutamakan
pelestarian primate di Pulau Natuna, dengan melibatkan pihak-pihak terkait .
Webinar Owa Indonesia menjadi salah
satu kolaborasi aksi dengan pegiat konservasi primata Indonesia khususnya,
jenis-jenis Owa dan hal ini terlaksana dengan adanya 3 seri diskusi online, seri
Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
Beberapa kegiatan tidak sempat
terdokumentasikan di website atau blog swaraowa, karena keterbatasan waktu
untuk menulis. Salah
satu capaian penting namun juga tantanganbaru untuk konservasi Owa di Kabupaten Pekalongan adalah , pengelolaan
kolaboratif yang diinisiasi di tahun 2019, mendapatkan
perhatian dari permerintah provinsi dengan adanya surat keputusan forum
kolaboratif pengelolaan Kawasan hutan Petungkriyono, yang dalam hal ini forum
bersama multipihak di wilayah kecamatan petungkriyono mengusulkan kurang lebih 5,173.80
ha, untuk dikelola
secara kolaboratif, dalam usulan Kawasan Ekosistem Esensial.
Satu hal penting , pandemic global ini telah membatasi gerak manusia, dimana kita juga berbagi ruang dengan alam dan segala isi dan permasalah sosial ekonominya. Praktik budaya konsumsi dan produksi yang berkelanjutan harus tempatkan di daftar prioritas, meskipun dalam sekala kecil, dan komunitas yang terbatas, karena ini adalah pilihan yang harus kita ambil demi setiap gerak berdampak untuk alam.
Kopi Owa Bilou |
Selamat tahun baru 2021.
No comments:
Post a Comment