Akhir tahun 2017, kita pertamakali mencoba mengenalkan teknik
budidaya lebah kepada warga sekitar hutan habitat Owa di Pekalongan (baca disini liputannya). Berawal
dari pengamatan sehari-hari ketika musim kemarau memang banyak sekali pemburu
lebah madu, ada beberapa warga yang sudah mencoba membudidayakan dengan metode
tradisional. Artinya pengetahuan dan
praktik budidaya sudah ada hanya perlu di tingkatkan pengetahuan dan
prakteknya.
Melihat tempat lain sebagai referensi juga sangat membantu
pengetahuan budidaya lebah ini, terutama membangun sesama pegiat lebah saling
tukar pengalaman dan pengetahuan. Sisi ekonomi juga sudah mulai muncul, karena
madu juga di banyak di jual belikan di dusun-dusun sekitar hutan.
Seperti tulisan terdahulu, lebah klanceng sangat potensial
untuk dikembangkan untuk mendukung pelestarian hutan habitat owa, pengelolaan
yang berkelanjutan menjadi tantangan ke depan, karena selain ada nilai ekonomi,
budidaya lebah juga sangat erat kaitannya dengan sistem budidaya pertanian yang
ramah lingkungan. Dan sangat sesuai apabila di terapkan dalam sistem
agroforest, sebagai kawasan penyangga hutan habitat Owa.
Sedang memeriksa kotak lebah di Ds.Sokokembang |
Di Sokokembang kini ada salah satu alumni pelatihan tahun
lalu yang terus mencoba pengembangan budidaya Klanceng ini, pengalaman setahun
ini dimulai dari koloni liar yang coba di domestikasi dan di kembangkan di
sekitar rumah. Sudah ada sekitar 20 kotak, lebah yang terus di pantau
perkembangannya. Ada yang pergi, ada yang mati, ada yang di serang kelompok
lebah lain, menyesuaikan ukuran kotak lebah, dan produksi madu dapat di pantau
selama setahun ini, dan sepertinya untuk melangkah ke sisi bisnis, juga masih
perlu waktu dan ketekunan.
Budah durian di dusun Mendolo, setelah 1 minggu usai berbunga |
Di Dusun Mendolo, kita juga mempunya tempat belajar tentang
lebah ini, hampir semua warga dusun sudah mengenal lebah klanceng, berburu madu
hutan menjadi pekerjaan sampingan yang utama ketika musim kemarau. Bukan hal
baru tentang lebah madu, tapi selalu ada yang baru untuk dipelajari dari
kegiatan ini. Salah satu warga di dusun ini saat ini juga mempunyai kurang
lebih 30 kotak lebah, dan melihat hal ini beberapa tetangga juga sudah mulai
ada yang memelihara 1-3 kotak di sekitar rumah. Pengalaman yang berbeda dengan
di Sokokembang juga memunculkan hal-hal yang tidak di perkirakan sebelumnya,
misalnya, kondisi sekitar tempat budidaya adalah banyak sumber bunga, produksi
madu juga sangat melimpah.
kotak-kotak lebah di sela-sela tanaman kebun sekitar rumah |
Lebah, T. itama di hutan habitat Owa Jawa |
Catatan publikasi terbaru tentang populasi serangga termasuk
di dalamnya lebah dan kumbang, di bebebrapa negara tropis mengalami penurunan
yang cukup drastic. Tahun 2014 para ahli serangga dunia telah memperingatkan
bahwa telah terjadi penurunan hingga 45%. Dan tahun 2017 publikasi terbaru ini
telah mengalami penurunan hingga 75 %. Tentu saja hal ini di peroleh dari data
yang informasi tentang serangga ini sudah cukup tersedia dengan baik. Dari tulisan tersebut sangat sederhana
indikatornya, dan mungkin bisa kita coba juga di tempat kita. Kalau berkendara
malam hari dalam jarak tertentu berapa banyak serangga yang menabrak kaca mobil
kita, atau lampu depan kita? Karena serangga bisanya mencari arah datang sumber
cahaya kalau malam hari. Bisa anda ingat
waktu kecil anda kalau sering naik motor atau mobil malam hari sering nggak
nabrak serangga terbang malam hari? dan kalau anda ingat, bandingkan dengan
sekarang apakah serangga yang menabrak anda ketika jalan malam hari lebih
banyak sekarang atau jauh lebih sedikit?
Apa nilai pentingnya serangga? Lebih dari 70% species
binatang adalah serangga. Mungkin bisa saja kita katakan sekedar serangga, tapi
merekalah yang membuat sistem ekologi di bumi berputar. Serangga menyerbuki
tanaman pangan yang kita makan (sayuran, durian, mangga, pisang, pohon buah di hutan), serangga merupakan pengendali alami hama
tanaman pangan, ada juga serangga-serangga yang khusus menguraikan
sampah-sampah kita.
Ya mereka sangat penting untuk kehidupan kita. Kehilangan
para serangga bisa terjadi bencana ekologis !!
Owa jawa primata pemakan buah |
Sentul, atau kecapi (Sandoricum sp) salah satu buah kesukaan Owa |
Kegiatan-kegiatan di sekitar hutan, sebagai pendukung untuk
menjaga hutan tetap ada seperti hutan berdasarkan hubungan saling
ketergantungan inilah menjadi salah satu yang coba terus di arus utamakan dalam
bingkai konservasi Owa jawa. Prinsip
ekologis yang saling terkait, peran penting
hidupan liar untuk kehidupan , dalah hal
yang mudah di baca atau di ucapkan, namun pelaksanaan dari ide atau gagasan itu
tidaklah semudah yang ada dalam tulisan, karena madu memang tidak selalu “manis”.
Sumber bacaan :
No comments:
Post a Comment