ditulis Oleh:
Kasih Putri Handayani
e-mail :kasihputri288@gmail.com
Awal bulan April ini, tim SwaraOwa bergerak menuju fragmen hutan yang lain di Kabupaten Pekalongan,
yakni di Desa Linggoasri. Mengawali hari, kami menuju ke Hutan alam yang
masih tersisa di kawasan ini, yang
berbatasan dengan sawah milik warga, dan bercampur dengan kebun kopi pada
beberapa lokasi.
Warga dusun ini cukup akrab dengan Owa Jawa atau
yang biasa mereka sebut dengan uwek-uwek
atau weweg atau owak-owak. Dan pagi
itu tim Swara Owa sangat beruntung karena bisa bertemu dengan kelompok
tersebut. Satu kelompok dengan 4 individu dewasa serta 1 juvenile. Pada
perjumpaan sebelumnya, kurang-lebih 2 tahun yang lalu, kelompok tersebut
terdiri dari 4 individu, yang berarti terdapat pertambahan jumlah individu
dalam 2 tahun terakhir.
Kelompok tersebut pun berlalu. Tidak lama
berselang, nampak oleh kami kelompok owa yang lain. Dua kelompok owa dengan
jarak yang tidak terlalu jauh, tidak sampai 500 meter. Satu hal yang menarik
bagi saya secara pribadi, karena saya pikir akan ada perilaku agonostic ketika dua kelompok primata
berdekatan, terlebih pada satu spesies yang sama. Namun hal tersebut tidak
terjadi. Dalam kondisi habitat yang tidak cukup luas, kemungkinan homerange
kelompok owa saling tumpang tindih.
Dari lokasi ini, kami kembali ke Obyek Wisata Kali Paingan dimana
kami menginap. Tempat wisata satu ini berbasis pada potensi sumber daya alam
terutama Sungai Kali Paingan yang di kelola oleh LMDH Kali Paingan dan hutan lindung yang dibawah pengelolaan
Perum Perhutani KPH Pekalongan
Timur. Fun rafting, river tubing, jungle tracking serta outbound
menjadi andalan obyek daya tarik wisata di kawasan ini. Melalui media wisata
tersebut, pengelola Kali Paingan juga ingin memperkenalkan keanekaragaman
hayati di sekitar Kali Paingan sekaligus upaya konservasinya. Saat ini,
rekan-rekan pengelola Kali Paingan bersama organisasi setempat tengah dalam
tahap pembangunan “mini arboretum” untuk konservasi jenis tumbuhan lokal. Dan
di akhir pekan itu, SwaraOwa bersama tim pemandu Kali Paingan menyusuri dua jalur yang berbeda
untuk mempelajari keberadaan primata di sekitar kawasan.
Hutan habitat Primata endemik Jawa di Linggo Asri |
Menyusuri jalan setapak yang biasa dilalui
masyarakat setempat, terlihat berbagai bentuk penggunaan lahan. Permukiman
baru, bekas permukiman yang harus direlokasi karena bahaya longsor lahan, kebun
kopi, sawah, sungai, hutan pinus serta tegakan hutan alam saling berinteraksi
lengkap dengan aktivitas manusia di dalamnya. Dalam perjalanan tersebut,
akhirnya kami berjumpa dengan Rekrekan yang menjadi target utama
survei, juga Owa Jawa. Dua kelompok Rekrekan
yang kami temui berada sangat dekat dengan lahan yang dikelola oleh warga. Satu
kelompok bahkan turun ke sawah bera yang belum sempat digarap pemiliknya. Dalam kondisi hutan
yang terfragmentasi, cara itulah yang mereka tempuh untuk menyikapi perubahan
lingkungan yang terjadi.
Memang waktu itu terlalu singkat untuk mengenal
dan mempelajari biodiversitas kawasan
Kali Paingan. Meskipun demikian kami cukup beruntung karena dalam waktu singkat
kami sudah dipertemukan dengan dua spesies primata endemik Jawa. Dua primata
dalam status konservasi Endangered
yang masih bertahan pada kantong-kantong habitat hutan pegunungan di Jawa. Kami
juga beruntung karena pada survei ini kami mendapatkan sahabat dan pegiat konservasi di habitat asli primata endemi Jawa. Mereka
dengan semangat belajar dan berupaya melestarikan alam sekitar, dan menambah semangat kami untuk
terus mengarusutamakan upaya pelestarian primata dan hutan sebagai habitat alaminya. Mereka adalah tim
pemandu LMDH Kali Paingan,
terimakasih “Wawa, Lulu, Rekkan,
dan Monyi”.