foto bersama di kedai kopi Owa |
Tulisan berjudul
What Does Coffee Have to Do With Gibbons? di blog Wildlife Reserve Singapore, menjadi awal dari pertemuan kita dengan mereka, yang telah memberikan dukungan untuk kegiatan pelestarian Owa Jawa di habitat alamnya, dan tulisan ini mengulas kegiatan kunjungan WRS ke habitat owa terkait kegiatan "kopi dan konservasi Primata" Pada tanggal 16 October sampai 19 october
2015, perwakilan WRS memberikan dukungan langsung dengan berkunjung ke lapangan untuk melihat melihat langsung permasalahan dan
kegiatan yang telah dan sedang di lakukan melestarikan owajawa dan juga
peningkatan ekonomi warga sekitar hutan melalui kopi hutan.
Owa dan kopi lah
yang sebernarnya mempertemukan tim swaraOwa dan WRS, sehingga mereka
tertarik untuk datang ke lapangan langsung melihat langsung upaya pelestarian
owajawa wilayah hutan Petungkriyono, Kabupaten Pekalonngan.
Hari pertama tanggal 16 October pagi hari kita mengamati primata di sekitaran
hutan Sokokembang, dan mengenalkan tanaman kopi jenis jenis kopi yang
ada di sekitaran habitat Owa. Menyusuri jalan antara Sokokembang hingga
Kroyakan menjadi menu wajib untuk pengamatan primata di hutan sokokembang.
Kemungkinan bertemu dengan jenis-jenis primata Jawa yang ada di hutan ini juga
sangat tinggi karena kelompok yang di tepi jalan ini relatif mudah
terhabituasi.
Dalam waktu kurang lebih 3 jam menyusuri jalan ini,
setidaknya semua jenis primata di hutan Sokokembang sudah terwakili, Rekrekan (Presbytis fredericae) menjadi primata
yang pertama di jumpai. Owa jawa (Hylobates
moloch) yang semenjak pagi terdengar suaranya,akhirnya juga dijumpai,
meskipun jaraknya yang relatif jauh, namun setidaknya 2 kali perjumpaan dengan
Owa juga sangat meyakinkan bahwa hutan Sokokembang ini juga menjadi tempat
hidup bagi populasi owa yang bagus. Lutung jawa (Trachypithecus auratus) menjadi favorit dalam primate watching ini,
karena kita menjumpai lebih dari 2 kelompok dan masing masing kelompok ternyata
juga tidak terlalu takut dengan kehadiran kita yang mengamati. Ada satu jenis
lagi yang kita amati di hutan sokokembang yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) kelompok monyet ini
di jumpai sedang mencari makan bersama dengan kelompok lutung, dan dengan mudah
juga dapat dikenali dari pola perilakunya yang banyak aktifitas di atas tanah,
dan suaranya yang gaduh.
lutung jawa |
Selain mengamati
primata, kami juga mengenalkan proses produksi gula aren yang menjadi salah
satu sumber penghasilan warga sekitar hutan habitat Owa, Sokokembang. Siang itu
setelah mengamati primata kita melihat proses pembuatan gula semut aren oleh
salah satu warga Sokokembang. Mulai dari nira sampai menjadi kemasan gula aren
yang siap kita jual ke pasar.
mak Damuri sedang menjelaskan proses pembuatan gula aren jahe |
Sore harinya,
masih di dusun Sokokembang kita mengadakan acara bersama warga, khususnya
ibu-ibu untuk saling tukar pengalaman bagaimana menyangrai kopi. Acara ini kita
kemas secara fun namun juga ada kompetisinya, yaitu lomba menyangrai kopi.
menyangrai kopi adalah pekerjaan sehari-hari oleh ibu-ibu warga dusun
sokokembang, dan kali ini kita kebetulan ada tamu dari singapore zoo juga yang
tertarik dengan kopi dari habitat owa. Lomba sangrai kopi ini dilakukan secara
tradisional dan hasil sangrainya kemudian kita nilai bersama mana yang terbaik. Kopi yang di sangrai adalah jenis kopi robusta hutan.
suasana lombang sangrai kopi |
Acara lomba
sangrai kopi ini di ikuti oleh 6 orang ibu-ibu perwakilan dari warga
sokokembang, menggunakan kuwali tanah dan kayu bakar yang seperti biasa
dilakukan oleh ibu-ibu Sokokembang.
Di akhir acara
cukup membuat tim peniliai kebingungan juga menentukan mana yang hasil sangrai
yang bagus, dan akhirnya ada salah satu pemenang yang muncul di antara hasil
sangrai tersebut. Menurut tim penilai hasil sangrai dengan disaksikan oleh
ibu-ibu di jelaskan bahwa sangrai kopi dengan peralatan tradisional ini juga
cukup unik, dan hasilnya akan sangat tergantung dengan konsistensi api dan cara
mengaduk kopinya, kadang api dari kayu yang
terlalu besar membuat kopi terlalu hangus di permukaan luar
namun di biji bagian dalam belum terlalu matang.
penilaian hasil sangrai kopi |
Kesokan harinya
kita ajak tamu-tamu dari Singapore Zoo ini menuju dusun Gondang, Desa
Tlogohendro, dusun ini juga telah menjadi bagian kegiatan konservasi owa, melalui produksi kopi Arabica
nya. Perjalanan ke dusun Gondang kita tempuh kurang lebih 1 jam menggunakan
angkutan doplak, yang sehari-hari
juga di gunakan warga untuk transportasi. Di dusun Gondang langsung di sambut
oleh pak Bau (kepala dusun) dan di jamu dengan hangat dengan sajian khas dusun
Gondang yaitu nasi jagung dan sambel krangean.
Di dusun ini kita
melihat bagaimana proses pengolahan kopi arabica mulai dari petik sampai
penjemuran kopi, acara ngobrol dengan warga juga berlangsung dengan penuh canda
karena masing-masing tidak mengerti bahasa yang digunakan.
Tanggal 19
October 2015, perjalanan kunjugan “ Kopi dan Konservasi Owa” ini juga sampai ke pusat
pemerintahan Kabupaten Pekalongan, hari itu juga kita sudah di siapkan acara
oleh kabupaten Pekalongan dalam hal ini
adalah BAPPEDA untuk menghadiri acara pemaparan hasil penelitian oleh tim
peneliti dan capaian keberhasilan konservasi Owa di wilayah kabupaten Pekalongan. Acara ini juga menjadi sangat menarik dan antusias
di ikuti oleh peserta undangan, yang terdiri dari perwakilan kecamatan di kabupaten
pekalongan dan pihak terkait kehutanan di wilayah Kab.Pekalongan, yaitu Dinas kehutanan , perhutani dan BKSDA dan
juga dari anggota DPRD kabupaten pekalongan. Acara diskusi ini sekaligus
menjadi pertemuan awal untuk mendorong kegiatan pelestarian Owa jawa khususnya di Kabupaten Pekalongan agar menjadi agenda
prioritas pemerintah daerah, karena dengan Owa jawa tidak hanya menjadi aset daerah namun juga
dapat menjadi salah satu potensi peningkatan
ekonomi warga sekitar habitat Owa dari kopi yang di kelola dengan ramah untuk
tujuan pemanfaatan hasil hutan yang lestari.
acara presentasi kegiatan "coffee and primate cnservation" di BAPPEDA Kab.Pekalongan |