Oleh : Kurnia Ahmaddin
hadiah lomba, seekor kambing |
Hutan pegunungan Pekalongan merupakan salah satu kantung biodiversitas yang terisa di Pulau Jawa bagian tengah. Namun, perubahan fungsi lahan dan fragmentasi hutan masih mengancam kelestarian satwa yang hidup di dalamnya (Setiawan et al, 2012). Survei terakhir mengenai fragmentasi hutan di kawasan ini, menunjukkan adanya potensi penurunan struktur blok utama hutan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (Widyastuti et al, 2023). Untuk menekan laju kerusakan habitat ini, edukasi dan monitoring satwa liar pada tingkat komunitas masyarakat di sekitar blok hutan diperlukan (Horwich & Lyon, 2007).
Kami bekerjasama dengan PPM Mendolo, sebagai salah satu
komunitas lokal di Kawasan ini berinisiatif untuk mengajak warga desa Mendolo dalam
mengenal dan memonitoring satwa liar yang ada di desa mereka. Lebih lanjut kami
mengemas kedua tujuan tersebut dalam bentuk kompetisi keanekaragaman hayati
untuk mendorong warga sekitar hutan mendokumentasikan dan mengenali satwa liar.
Lomba ini diikuti oleh perwakilan
masyarakat dari tiap-tiap dukuh di Desa Mendolo untuk memasang kamera jebak (camera
trap). Kegiatan lomba dilaksanakan sejak 8 Agustus hingga 18 September 2024
dengan total 25 hari pemasangan. Pada akhir rangkaian acara lomba, kami memberikan hewan ternak sebagai apresiasi
partisipasi kepada seluruh peserta.
monyet ekor panjang |
Sebagai langkah
awal dalam memperluas kepedulian satwa liar kepada masyarakat luas kegiatan ini
mendapatkan antusian yang cukup besar dari masyarakat. Dalam jangka waktu 25
hari tercatat 16 titik kamera jebak yang
dipasang secara mandiri oleh 11 orang dari perwakilan seluruh dukuh. Kami telah
membekali peserta pada awal pelaksanaan lomba mengenai cara pemasangan dan
penggunaan kamera jebak serta aplikasi ‘kobotoolbox’ untuk mencatat informasi
spasial. Penghitungan poin kami tetapkan dengan poin harian dari perolehan
gambar satwa. Sedangkan besar nilai
satwa yang diperoleh kami membuat rangking jenis satwa berdasarkan pada tingkat
kesulitan perjumpaan satwa tersebut. Semakin sulit perjumpaan dengan satwa maka
poin yang diperoleh akan semakin besar.
Kijang |
Hasil perolehan gambar satwa liar yang tertangkap kamera trap juga menarik mereka mampu merekam Rekrekan (Presbytis fredericae), Monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis), Kijang muncak (Muntiacus muntjak), Babi hutan (Sus scrofa), Pelanduk kancil (Tragulus kanchil), Landak Jawa (Hystrix javanica), Garangan Jawa (Urva javanica), 2 jenis bajing, 1 jenis tupai dan 1 jenis tikus. Dukuh yang berhak menyandang juara ke-1 adalah dukuh Sawahan dan Mendolo Kulon karena perolehan poin kedua dukuh tersebut sama. Sedangkan juara ke-2 adalah dukuh Mendolo Kulon dan Kradegan sebagai juara ke-3. Apresiasi untuk juara 1 kami memberikan 1 ekor kambing untuk masing-masing dukuh. Kami juga memberikan 2 pasang mentok untuk dukuh Mendolo Kulon dan 6 pasang ayam kampung untuk dukuh kradegan.
Kancil |
Setiawan, A., Nugroho, T. S., Wibisono, Y., Ikawati, V.,
& Sugardjito, J. (2012). Population density and distribution of javan
gibbon (Hylobates moloch) in Central Java, Indonesia. Biodiversitas, 13(1),
23–27.https://doi.org/10.13057/biodiv/d130105
Widyastuti, Salmah., Farajallah, Dyah P., Lilik, B. P.,
Iskandar, Entang. 2023. The Javan Gibbon (Hylobates moloch) Habitat Changes and
Fragmentation in the Dieng Mountains, Indonesia. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika, 29(2), 150-160, August 2023
Horwich, Robert H and Lyon, Jonathan. 2007. Community
conservation: practitioners’ answer to critics. FFI: Oryx, 41(3), 376–385
No comments:
Post a Comment