oleh : Sidiq Harjanto
Durian, salah satu potensi wana-tani Desa Mendolo |
Generasi muda memegang peran penting dalam membuat inovasi dan perubahan dalam banyak hal, termasuk dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA). Generasi muda memiliki energi yang besar dan didukung kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo telah mencoba mengambil peran dalam pengelolaan SDA di Desa Mendolo, Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan.
PPM Mendolo sendiri merupakan sebuah komunitas yang mewadahi para pemuda-pemudi di Desa Mendolo yang memiliki perhatian dalam pengelolaan hutan dengan core bussiness wanatani (agroforestri). Komunitas ini telah didirikan sejak 18 Agustus 2019 dan telah menjalankan berbagai kegiatan, antara lain: rintisan usaha kopi dengan merek ‘Kopi Batir’, unit persemaian aneka tanaman komoditas wanatani, dan pendataan flora-fauna.
Kegiatan Pengamatan Burung di Mendolo |
Pada tanggal 14 Juni 2022, Swaraowa memfasilitasi PPM Mendolo untuk membentuk kepengurusan baru dan merancang program yang akan dijalankan selama tiga tahun ke depan. Swaraowa berkepentingan untuk mendukung kegiatan PPM Mendolo agar bisa berkolaborasi dalam membangun skema pengelolaan SDA secara berkelanjutan di kawasan penyangga habitat owa jawa.
Cashudi (31)
terpilih secara aklamasi untuk memimpin PPM Mendolo periode 2022-2025. Sebagai koordinator
utama, Hudi –panggilan akrabnya- bertanggung jawab atas jalannya
program-program komunitas ini. Ada dua tema besar dalam visi-misinya, yaitu:
inovasi wanatani dan konservasi. Untuk membantu kinerja kepengurusan, telah
dibentuk pula perangkat-perangkat kelembagaan meliputi: sekretaris, bendahara,
sie konservasi, sie pertanian peternakan, sie produksi, sie promosi publikasi,
dan sie humas.
Melalui musyawarah
anggota kali ini juga terungkap bahwa tantangan kedepan bagi PPM Mendolo masih
cukup berat. Mulai dari menata usaha-usaha yang telah berjalan sampai dengan
memunculkan inovasi-inovasi baru dalam rangka mengoptimalkan potensi desa.
Pertemuan PPM Mendolo |
Usaha kopi
yang telah dijalankan selama tiga tahun masih terhambat kendala minimnya modal,
infrastruktur pengolahan, dan peralatan-peralatan produksi. Pada pertemuan ini,
dihasilkan rumusan tata kelola produksi yang diharapkan bisa mempermudah
kinerja tim produksi. M. Ridho (29 th) selaku koordinator produksi kopi, memastikan
bahwa usaha kopi yang dijalankan cukup menguntungkan, tetapi skalanya perlu
terus ditingkatkan. “Diharapkan peran aktif anggota untuk membantu proses
produksi dan pemasarannya,” katanya saat memaparkan rencana kelanjutan usaha
Kopi Batir.
Bisnis kopi
yang telah dijalankan Ridho dan teman-temannya di PPM Mendolo ini ternyata
berdampak signifikan. Dengan peralatan dan modal yang serba terbatas, mereka
mampu mengubah tradisi minum kopi di kalangan masyarakat Mendolo. Kini, para
warga yang nota bene merupakan petani kopi, tidak lagi mengonsumsi kopi kemasan
pabrik. Mereka memilih untuk menyangrai kopi dari kebun mereka sendiri
menggunakan mesin rakitan yang dibuat Ridho. Hal ini membuktikan bahwa usaha
inovatif sekecil apapun dengan segala keterbatasannya mampu memberikan efek
yang melebihi ekspektasi.
Bunga Kayu Babi, penyedia nektar di hutan Desa Mendolo |
Akhir
Januari lalu, PPM Mendolo telah membuat inovasi dalam mempromosikan durian
sebagai salah satu potensi unggulan desa. Melalui program trip wisata grup
kecil, komunitas ini mengundang para durian
enthusiast untuk datang ke Mendolo dan merasakan langsung atmosfer musim
puncak panen durian. Tentu saja, para peserta trip bisa menikmati aneka cita
rasa buah tropis itu sepuasnya. Dikombinasikan dengan aktivitas fotografi
burung, trip ini diapresiasi dengan sangat baik oleh para peserta. Trip durian
ini nantinya diupayakan bisa dilakukan rutin setiap tahun, tentunya dengan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Budi
Santoso (31) yang memiliki minat besar dalam pengembangan birdwatching (pengamatan burung) sebagai atraksi wisata minat
khusus menuturkan bahwa mulai banyak peminat wisata ini, tetapi PPM selaku
pengelola mesti memastikan kesiapan pemandu dan paket-paket yang ditawarkan.
Dari sisi potensi jenis-jenis burung yang diincar pengamat dan fotografer,
Mendolo menyimpan banyak jenis potensial. Hanya saja, perlu dipastikan
titik-titik di mana burung-burung itu mudah dijumpai.
Owa jawa di hutan Mendolo |
Pada tema konservasi, PPM Mendolo masih akan fokus pada pendataan potensi flora-fauna dan pemetaan serta pemeliharaan mata air di wilayah desa. Rohim (37) selaku Koordinator Sie Konservasi akan mengupayakan agar PPM Mendolo bisa menjadi penggerak kesadaran masyarakat dalam isu-isu konservasi seperti perburuan satwa, kelestarian mata air, dan permasalahan sampah. “Kita mulai dengan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat,” katanya.
PPM Mendolo
berupaya menyelesaikan permasalahan-permasalahan lingkungan dengan memberikan
alternatif pemecahannya. Misalnya dalam hal limbah ternak. Selama ini, limbah
ternak yang dihasilkan para peternak sapi nyaris tak termanfaatkan dan
dikhawatirkan malah mencemari sungai-sungai yang masih bersih. Sebagai inovasi
dalam pengelolaan limbah ini, Sholeh Widiantoro (22) mengusulkan usaha
pengolahan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk. Tak hanya sekadar usul, dia
menawarkan diri untuk memimpin jalannya usaha ini. “Berdasarkan uji coba yang
pernah dilakukan, saya menyimpulkan bahwa potensi pasar pupuk ini cukup besar.
Bahkan, dari kalangan petani di dalam wilayah desa sendiri banyak yang berminat,”
katanya.
Elang jawa, fauna langka hutan Mendolo |
Mendolo sebagai desa penghasil madu mulai merasakan dampak lingkungan dari pembalakan liar yang pernah terjadi sekira dua dasawarsa yang lalu. Semakin langkanya kayu babi (Crypteronia sp) dikeluhkan oleh para pemanen maupun peternak lebah madu. Jenis pohon hutan tersebut merupakan sumber pakan utama bagi lebah-lebah Apis dorsata maupun lebah nirsengat (Heterotrigona itama) di Mendolo. Semakin langka kayu babi berimplikasi pada semakin berkurangnya hasil panen madu dan semakin menjauhnya sebaran koloni lebah liar dari kawasan permukiman sehingga semakin menyulitkan pemanenan. “Selain tanaman-tanaman produksi, kami juga akan membibitkan pohon pucung untuk konservasi mata air, dan kayu babi untuk pengayaan pakan lebah,” papar Restu (28) yang memimpin divisi pembibitan.
Selama tiga
tahun berkiprah, kegiatan PPM Mendolo masih didominasi kalangan pemuda. Menjadi
tantangan lain untuk menarik minat para pemudi untuk ikut terlibat aktif dalam
kegiatan-kegiatan komunitas ini. “Para pemudi masih mengalami kendala karena
rata-rata kegiatan rapat-rapat PPM dilakukan pada malam hari sedangkan jarak
antar dusun cukup jauh dan aksesnya sulit. Hal ini menjadi kesulitan bagi
mereka,” kata Hudi yang masih memikirkan solusi untuk memecahkan permasalahan
itu.
Tiga tahun ke depan akan menjadi pembuktian bagi Hudi dan kawan-kawannya di Mendolo untuk memberikan alternatif baru nan segar bagi pengelolaan SDA desa secara berkelanjutan. Selamat berkarya, PPM Mendolo! Salam Lestari!
No comments:
Post a Comment