UPDATE _15 April 2022
Oleh : Arif Setiawan
Rekrekan (Presbytis fredericae) dari hutan Petungkriyono |
Pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang cepat dalam tiga tahun terakhir membawa korban tewasnya satwa-satwa asli Petungkriyono, termasuk primata-primata yang memang sudah teracam punah, tersengat listrik dari kabel listrik yang tidak berinsulasi ,yang masuk kedesa-desa di tengah hutan.
Petungkriyono adalah kecamatan bagian dari Kabupaten Pekalongan sudah terkenal karena keberadaan hutan dan satwaliarnya. Kawasan hutan dengan tipe hutan dataran rendah hingga penggunungan, merupakan yang tersisa saat ini di bagian tengah Pulau Jawa. Sudah seharusnya daerah ini menjadikan ini asset yang lestari , tidak semua daerah memiliki potensi seperti kecamatan Petungkriyono.
Dari 5 jenis primata Jawa dapat di temukan di Kawasan hutan di dua kecamatan ini, yaitu Lutung jawa ( Trachypithecus auratus), Rekrekan ( Presbytis fredericae), Owa Jawa ( Hylobates moloch), Monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis) dan Kukang jawa ( Nyctecebus javanicus). Kawasan hutan yang membentang dari ketinggian 200 meter di atas permukaan laut hingga hutan pegungungan dengan ketinggian 1900 meter, saat ini merupakan kantung hidupan liar endemik, tidak dijumpai di daerah lain.
Pembangunan infrastruktur terumata jaringan listrik sudah tentu di tunggu-tunggu oleh warga di sekitar hutan yang sudah sejak dahulu memang dalam posisi geografis yang kurang menguntungkan untuk mendapatakan aliran listrik dari pemerintah. Dua dusun yang paling merasakan dampak dari masuknya jaringan listrik ini adalah dusun Sokokembang dan Tinalum, yang sejak dahulu menggunakan listrik mandiri, sejak tahun 2006 sudah ada tenaga surya yang digunakan masing-masing rumah, namun karena kondisi cuaca dan topografi khas pegunungan, panel-panel surya ini tidak dapat mengumpulkan energi matahari yang cukup, ditambah kemampuan aki untuk menyimpan juga semakin lama semakin singkat, sepertinya sudah tidak ada lagi yang menggunakan tenaga surya.
PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro), tahun 2009
pemerintah provinsi jawa tengah memberikan bantuan pembangkit listrik tenaga
air untuk dua dusun tersebut, hingga tahun 2016, listrik tenaga air ini
menggunakan turbin pembangkit yang ada di Sungai Welo, di dekat dusun Tinalum.
Listrik ini juga melewati Kawasan hutan sepanjang dusun Tinalum dan
Sokokembang, kabel yang di gunakan jaringan ini berinsulasi, kabel kawat yang
di bungkus lapisan karet yang tidak membahayakan, meskipun melewati rimbunnya
tajuk pohon tidak mebahayakan primata yang lewat disekitarnya. PLTMH ini
berhenti total beroperasi tidak menghasilkan listrik tahun 2017 akhir, karena kendala teknis dan lainsebagainya.
Kemudian tahun 2019, bersamaan dengan masuknya jaringan listrik negara kedua
dusun ini, Dusun Sokokembang mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk PLTMH, yang
digunakan untuk di Dusun Sokokembang saja. Menjadi bermanfaat juga untuk warga
2 dusun ini, keberadaan jaringan listrik ini, dapat menggerakan kegiatan
ekonomi khususnya konveksi dan usaha kopi yang menggunakan aliran listrik. Baca
laporan disini tentang manfaat pembankit listrik tenaga air yang ada di
Sokokembang : https://jateng.idntimes.com/news/jateng/dhana-kencana-1/peduli-konservasi-dari-pemanfaatan-energi-di-hutan-petungkriyono
Lutung Jawa mati tersengat listrik di hutan Petungkriyono |
Lintasan satwa primata, dilalui jaringan listrik terbuka bertegangan tinggi |
Mulai masukknya jaringan listrik negara inilah, bencana untuk primata-primata ini mulai terjadi, mati tersengat, menggelantung di kabel listrik jaringan terbuka. Kami mencatat kematian-kematian primata karena tersengat listrik ini di tabel berikut , sejak jaringan listrik masuk, sejak tahun 2019 sudah ada 6 primata mati tersengat listrik, dari kabel yang tanpa isolasi tersebut. Laporan-laporan tentang matinya primata karena jaringan listrik ini dapat di baca di berita ini : https://radarpekalongan.co.id/119342/gegara-kesetrum-primata-langka-ini-mati/ hingga yang terbaru minggu ini ( 2 Agustus 2021) satu lagi primata mati, Rekrekan (Presbytis comata) yang juga dilindungi dan terancam punah statusnya. Dan catatan kami berdasarkan pengamatan di lapangan dan laporan warga ada di tabel berikut ini :
Tabel (data kematian primata di Petungkriyono karena
tersengat listrik )
no |
Bulan/Tahun |
Jenis Primata |
1 |
Juni/ 2019 |
Rekrekan (Presbytis comata) |
2 |
Desember/2019 |
Lutung Jawa (Trachypithecus
auratus) |
3 |
Januari/2020 |
Lutung Jawa (
Trachypithecus auratus) |
4. |
July/2020 |
Rekrekan (Presbytis comata) |
5. |
Oktober/2020 |
Owa jawa ( Hylobates
moloch) |
6. |
Agustus/2021 |
Rekrekan ( Presbytis comata) |
Berdasar laporan sebelumnya, PLN pada taggal 4 Februari 2022, kabel listrik sudah di ganti dengan kabel yang berisolasi, di segmen kalibedug-sokokembang, dan welo asri. Kejadian terakhir tanggal 14 April 2022, terjadi di segmen yang belum di ganti kabel berisolasi.
Solusi Pembangunan Infrastruktur Jaringan Listrik ramah hutan dan
satwa.
Kasus-kasus seperti ini sudah banyak terjadi di negara-negara berkembang, di berbagai negara, dan merupakan bentuk fragmentasi habitat, yang menimbulkan ancaman serius untuk kepunahan satwa-satwa arboreal, seperti jenis-jenis primata.Jaringan listrik murah dipilih untuk dapat menjakau jauh kedalam pelosok-pelosok wilayah dengan topografi yang sulit di jangkau. Konsekwensinya harus mengorbankan satwaliar, dan pertimbangan ekologis sepertinya juga belum menjadi hal yang penting untuk pembangunan.
1. Menggunakan kabel berinsulasi
Tentu hal ini setidaknya menjadi pilihan yang
ramah bagi hutan dan hidupan liar, karena salah satu bentuk fragmentasi habitat
melalui jaringan listrik dan jalan ini menjadi penyebab dan mempercepat
kepunahan. Tentu butuh investasi lebih untuk infrastruktur ini, namun harus di
pertimbangkan di lokasi-lokasi yang mempunyai keanekargaman tinggi seperti di
Petungkriyono.
Contoh yang di terapkan untuk melindungi
Sloth di Amerika Selatan. https://slothconservation.org/what-we-do/power-line-insulation/
Membuat jalur penyeberangan satawaliar
yang melintas kabel-kabel listrik terbuka tanpa insulasi. Metode ini sudah
terbukti berhasil diterapkan di habitat primata satwaliar terancam punah
lainnya. Beberapa lokasi dengan kanopi yang masih rapat dapat dibuatkan
jembatan artifisial untuk menghubungkan kanopi-kanopi pohon supaya satwa-satwa
penhuni pohon ini dapat berjalan melitas. Cotoh yang sudah berhasil di amerika
selatan https://www.ballenatales.com/new-bridge-monkey-capuchin-community/
4. Menggunakan kabel berselubung pelindung kontak satwaliar
5. Membuat jaringan listrik dalam tanah
Membuat jaringan ini tentu sangat mahal dan perencanaan yang matang, sudah ada kajian tentang hal ini. Secara estetika tentu tidak mengganggu keindahan bentang lahan dan tidak menyebabkan satwa arboreal kesetrum.
Daftar Pustaka :
Al-Razi, H., Maria, M. and
Muzaffar, S.B., 2019. Mortality of primates due to roads and power lines in two
forest patches in Bangladesh. Zoologia (Curitiba), 36.
Katsis, L., Cunneyworth,
P.M., Turner, K.M. and Presotto, A., 2018. Spatial patterns of primate
electrocutions in Diani, Kenya. International journal of primatology, 39(4), pp.493-510.
Pereira, A.A., Dias, B., Castro, S.I., Landi, M.F., Melo, C.B., Wilson, T.M., Costa, G.R., Passos, P.H., Romano, A.P., Szabó, M.P. and Castro, M.B., 2020. Electrocutions in free-living black-tufted marmosets (Callithrix penicillata) in anthropogenic environments in the Federal District and surrounding areas, Brazil. Primates, 61(2), pp.321-329.
Dittus, W.P., 2020. Shields on Electric Posts Prevent Primate Deaths: A Case Study at Polonnaruwa, Sri Lanka. Folia Primatologica, 91(6), pp.643-653