oleh Damianus Tateburuk
Foto bersama peserta di acara pembukaan pelatihan |
Malinggai Uma Tradisional
Mentawai bersekretariat di Dusun Puro II Desa Muntei Kecamatan Siberut Selatan
Kabupaten Kepulauan Mentawai – Sumatra Barat. Malinggai
Uma
Tradisional Mentawai dibentuk pada
tanggal 05 September 2014 dan untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat umum dalam
hal di bidang seni kebudaya, dan Konservasi keanekaragam hayati asli Pulau Mentawai.
Salah
satu kegiatan tahunan yang di kolaborasikan adalah Fasilitasi Pelatihan
Guru-guru
Dan Fasilitator Sekolah Budaya Mentawai, dan kali ini yang ke dua kalinya di selenggarakan, bekerjasama
dengan SWARAOWA, yang didukung oleh Mandai Nature dan Fortwayne Children's Zoo. Sasaran peserta dari acara tersebut adalah, lembaga
sekolah dan lembaga bidang kebudayaan, serta
Guru BUMEN (Budaya Mentawai).
Tujuan dari Pelatihan tersebut adalah untuk
1. Memperkenalkan kepada generasi
guru-guru lokal budaya Mentawai terhadap keanekaragam hayati hidupan liar yang
ada di Mentawai
2. Memperkenalkan guru-guru lokal budaya
mentawai mengenai keanekaragaman primata di pulau Mentawai
3. Meningkatkan kapasitas guru-guru
sekolah budaya mentawai dan tentang nilai penting primata Mentawai dan upaya
pelestariannya.
4. menerapkan hasil pelatihan yang sudah
di terima dan mempraktikannya kepada murid-murid sekolah dan murid sekolah
budaya mentawai
5.
Revitalisasi
jejaring pegiat konservasi keanekaragaman hayati dan kebudayaan Mentawai.
Penampilan tim penari tradisional dari Malinggai Uma |
Pemberian sertifikat kepada semua peserta di akhir acara |
Acara pelatihan
dilaksanakan pada tanggal 1-4 Maret 2022, berlokasi di dusun Tololago Siburut Barat
Daya, yang melibatkan total 29 orang, peserta, narasumber, dan panitia. Adapun
peserta yang terlibat diambil dari perawakilan guru-guru sekolah budaya mentawai SMP SD, TK , dan Yayasan dan Lembaga,
Organisasi masyarakat
setempat.
Lokasi kegiatan
diselengarakan di Dusun Toloulaggo Desa Kauturei Kecamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai–Sumatra
Barat dan Lokasi Pengamatan Survei Lapangan di Kawasan (Resort Malinggai Uma)
Toloulaggo Desa Katurei Kacamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai–Sumatra
Barat.
foto bersama peserta di hutan, lokasi pengamatan |
peserta mencatat jenis satwaliar yang dijumpai |
mengenali jenis pohon di hutan Tololago |
Kegiatan acara pelatihan di
ketuai oleh Ismael Saumanuk, dan dimulai
pada tanggal 2 Maret 2022, dan dibuka secara resmi oleh pemerintah desa
Katurai, Bapak Karlo Saumanuk, diikuti sambutan-sambutan dari Malinggai Uma
Oleh Damianus Tateburuk, dari SwaraOwa oleh Nur Aoliya. Selanjutnya presentasi
dari 2 narasumber yang kita undang adalah 1. Bp.Antonius Vevbri, S.Si, M.Sc
dari Taman Nasional siberut, menyampaikan tentang n keanekargaman hayati dan
upaya pelestariannya di Pulau Siberut, dan upaya . Pembicara kedua adalan Bapak
Fransiskus Yanuarius M, dari Yayasan Pendidikan Budaya Mentawai yang menyampaikan
pentingnya budaya/adat dan pelestarian
alam mentawai, dan kegiatan-kegiatan Yayasan Pendidikan Budaya Mentawai.
Dalam
hari pertama pelatihan, selain itu di perkenalkan juga oleh tim swaraowa, kartu
permainan Alam dan Budaya mentawai, merupakan kartu permainan ingatan, yang dapat
di mainkan oleh usia anak-anak hingga
orang dewasa, berisi tentang keanekaragaman hayati dan budaya Mentawai, yang
disusun dalam foto dicetak dalam bentuk kartu. Kartu permainan ini merupakan produk
dari kegiatan pelatihan sebelumnya. Dimana salah metode penyampaian pesan dan
ilmu pengetahuan dari guru ke anak didik adalah melalui kegiatan permainan
interaktif.
Peserta
pelatihan juga diberikan buku panduan pengamatan primata dan burung, yang telah
disusun dan di publikasikan oleh swaraOwa dan malinggai uma mentawai.
foto di depan papan larangan berburu Hutan Tololago
Presentasi hasil pengamatan peserta kepada peserta lainnya |
Foto bersamaa pengamatan di hutan Tololago |
Hari
ke 2 dan ke 3 dilakukan pengamatan langsung ke hutan di Tololago, peserta di
bagi menjadi 3 kelompok yang bernama (Tim Bilou, Tim Simakobu dan Tim Bilou), masing-masing
kelompok mengambil jalur pengamatan yang berbeda. Pengamatan dilakukan dari jam
6.30 pagi hingga jam 11.30 , dan kemudian sesi diskusi dan presentasi dari
masing-masing kelompok, mempresentasikan jenis-jenis primata dan burung yang dijumpai,
serta menceritakan nilai adat atau budaya terkait jenis satwaliar yang di jumpai,
misalnya cerita adat atau fabel terkait satwa tersebut.
Yang
di jumpai selam 2 hari pengamatan dan yang dapat terdokumentasikan diantaranya
dalam foto-foto dibawah ini.
Mantap maju terus,
ReplyDelete