- Jenis primata yang mati adalah Monyet Ekor Panjang, Macaca fascicularis ( jantan), kelas umur dewasa.
- Penyebab kematian monyet, karena berkonflik dengan ular sanca (Phyton reticulatus)
- Lokasi, Ds. Kroyakan, Mesoyi, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan
- Jalan raya Doro-Petungkriyono, yang melewati hutan adalah pusat keanekaragaman hayati, pengguna yang lewat jalan ini sudah seharusnya menghormati dan menghargai keberadaan satwaliar.
Beberapa hari terakhir ini habitat owa jawa di kabupaten pekalongan, ramai memperbincangkan tentang temuan primata yang mati di pinggir jalan. Kematian primata ini sempat menjadi ramai di sosial media yang,karena diduga kematian monyet ini mati karena di tembak. Padahal sudah jelas sekali bahwa berburu apalagi menembak satwaliar di habitat hutan yang dilindungi adalah dilarang undang-undang meskipun satwanya tidak masuk dalam kategori dilindungi baca disini : http://ksdae.menlhk.go.id/jenis-tsl-dilindungi.html dan baca disini : https://www.profauna.net/id/regulasi/uu-5-1990-tentang-konservasi-sumber-daya-alam-hayati-dan-ekosistemnya
Penggunaan senapan angin juga sudah di atur undang-undang, tidak perbolehkan untuk perburuan satwaliar illegal, karena termasuk dalam kategori kejahatan kehutanan. Baca : https://www.mongabay.co.id/2018/04/02/respon-penembakan-satwa-dilindungi-perbakin-keluarkan-surat-edaran-pengaturan-penggunaan-senapan-angin/
Swaraowa mencoba membuat kronologis kejadian ini monyet yang mati di pinggir jalan tersebut.
Jumat, 26 April 2019.
Jam 18.04 salah satu anggota swaraowa yang berada di dusun Sokokembang, mendapat laporan tentang adanya primata yang mati di tepi jalan. Laporan ini di kirimkan oleh salah satu “ komunitas goweser pekalongan ” yang baru saja lewat di jalan itu, jam 3 sore. Laporan ini kemudian langsung ditelusuri, dengan menanyakan beberapa warga ds. Sokokembang yang kebetulan baru saja lewat di jalan utama ke kecamatan petungkriyono, dari warga di dapatkan informasi memang benar melihatnya.
Jam 18.30, bersama salah satu warga dusun Sokembang mencari ke lokasi dimana di laporkan,
Jam 18.46 ditemukan bangkai primata dan kemudian dilakukan identifikasi adalah jenis monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis), berkelamin jantan (dewasa).
Indentifikasi menemukan bahwa monyet ini terdapat luka di bagian dada, dan ada juga yang dipuggung. Karena pencahayaan kurang memadai pengamatan terhadap bangkai ini akan di lanjutkan esok pagi, ketika sudah terang. Untuk menghindari hilangnya bangkai dimakan binatang lain, kami mengubur bankgai primata ini dalam tanah.
Foto-foto terlampir ( yang di ambil pada malam hari).
monyet yang ditemukan mati |
Jam 22.30, mengirimkan laporan singkat ke BKSDA resort Pemalang.
Sabtu ,27 April 2019
Jam 10.15 anggota swaraowa menuju tempat di temukannya monyet ekorpanjang yang mati, tersebut untuk melihat bekas-bekas yang di tinggalkan oleh monyet ini dan kelompoknya. Terlihat bekas longsoran dari bagian tebing, seperti bekas di lalui oleh satwa.
Kemudian, menanyakan perihal monyet ini di Ibu ( Parti 35 th) yang punya warung di atas monyet ini di temukan, menurut ibu tersebut, kami menanyakan, “bagaimanabu apa serangan monyet disini semakin parah? Ibu itu menjawab “tidak, biasa saja”. Terus kami tanyakan apakah melihat ada monyet yang mati di sekitar sini? Ibu itu menjawab tidak tahu.
Kemudian, kami menyusuri dusun kroyakan, yang berbatasan dengan hutan pinus dan hutan lindung ini, menanyakan ada kepada warga bahwa serangan monyet memang ada, memakan buah pisang, dan durian.
Selanjutnya, kami singgah di warung depan tugu petungkriyono natural heritage, Ibu ( Mulyati 60 th) mengatakan kami menanyakan apakah liat monyet yang mati di sekitar sini ? Ibu yang sehari-hari berjualan ini menceritakan bahwa kemaren sekitar jam 1 ada monyet di makan oleh ular, katanya ular itu membelit monyet dan kemudian kelompok monyet yang lain menyerang menggit ular tersebut, terdengar ramai sekali karena kelompok monyet yang di atas bersuara semua., kejadian ini sempat di rekam oleh warga dari dusun mesoyi yang bernama Gianto, yang kebetulan berada di tempat tersebut.
Jam 11.56. 2 orang anggota swaraowa melakukan otopsi lagi, menggali tempat kami mengubur dan mengangkat bangkai monyet yang di temukan pada malam sebelumnya, dilakukan cek lagi terhadap luka-lukanya, yang di bagian punggung juga terdapat dua lubang berjarak sekitar 4 cm yang satu besar yang satu lebih kecil ukurannya, demikian juga yang ada di bagian dada, ada dua lubang juga yang satu lebih lebar diameternya dan yang satunya lebih keci.jarak sekitar 4 cm antar lubang.
Jam 13.20, BKSDA Jawa Tengah yang di wakili Bapak Slamet Mahlul dari resort Pemalang tiba di Sokokembang, kami langsung melihat kembali tempat kejadian dan menanyakan tentang kejadian monyet ekor panjang yang mati ini, Kami bertemu ibu Mulyati lagi yang berjualan di dekat lokasi, dan kebetulan yang kemaren di ceritakan ada yang merekam video ada di tempat itu, ada Bapak Eko (36 thn) penjual baso yang menyaksikan sendiri kejadian dan mendapat rekaman video dari teman nya yang ada di lokasi tersebut.
Jam 16.11, menerima kiriman video peristiwa dari Jagawana Perhutani KPH Pekalongan Timur, dan seperti terlihat, seekor ular sanca (Phyton reticulatus) yang membelit seekor monyet, berada di tengah jalan, dan monyet terlihat tidak berdaya kemudian di tinggal oleh ular sanca.
28 April 2019, mendapatkan kiriman video dari warga dusun Mesoyi yang melihat langsung kejadian ini.
Macaca fascicularis , Monyet ekor panjang
Monyet ekor panjang , adalah jenis primata yang dapat hidup di berbagai tipe habitat, hutan, tepi hutan, kebun, ladang, bahkan perkotaan 1. Hidup berkelompok dengan banyak jantan dan banyak betina, dengan jantan dewasa ada yang dominan terhadap anggota kelompok lainnya. Jenis primata ini dapat mudah sekali beradaptasi di habitat manusia misalnya tepi jalan, tepi hutan, dan tempat-tempat wisata yang tidak mengelola sampah dan tidak dikelola dengan bijaksana. Keberadaanya di hutan lindung pekalongan dilindungi undang-undang karena berada di kawasan lindung.
Bacaan lanjutan tentang monyet ekor panjang : https://www.ecologyasia.com/verts/mammals/long-tailed_macaque.htm
Phyton reticulatus, Ular Sanca
Jenis ular yang sangat mudah beradaptasi di berbagai tipe habitat, dapat di jumpai di hutan dataran rendah hingga pegunungan, di pemukiman, ladang, perkebunan, areal pertanian, sawah, dan rawa bakau dekat pantai. Menurut laporan ukuran terbesar dari ular ini yang pernah di temukan adalah 10.2 meter,tercatat sebagai ular terpanjang di dunia. Mangsa ular ini adalah mamalia kecil hingga ukuran sedang seperti babi hutan, dan rusa 2. Dilaporkan juga ular ini memangsa manusia di Sulawesi (https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44519734).
Kawasan hutan yang dilalui jalan utama dari kecataman Doro ke kecamatan Petungkriyono ini saat ini menjadi kawasan yang mendapat tekanan aktifitas manusia cukup tinggi, maraknya kegiatan wisata alam di kawasan ini membuat kawasan ini banyak di kunjungi, lalulintas pengunjung satu-satunya jalan yang mudah dilewati adalah jalan Doro-Petungkriyono ini, padalah jalan ini juga menjadi pusat keanekaragaman hayati. Perilaku pengunjung atau siapapun yang menggunakan jalan ini sudah selayaknya mendapat perhatian untuk lebih ramah terhadap satwa yang berhabitat di hutan sepanjang jalan ini.
Jenis monyet ekor panjang, adalah jenis yang mudah sekali menyesuaikan perubahan habitat, perubahan perilaku juga bisa terjadi karena berubahnya sumber pakan. Aktifitas manusia yang kadang memberi makan ,meninggalkan sampah bungkus makanan, menyebabkan pola sebaran monyet ini berada juga di pusat aktifitas manusia, oleh karena itu dilarang memberi makan, mengganggu monyet ini untuk menghindari perubahan perilaku dan agresifitas monyet.
Ular sanca tentu saja juga mengikuti pergerakan mangsanya, kawasan hutan di kroyakan yang menjadi habitat mangsa ular sanca, menjadi areal perburuan bagi Sanca, termasuk juga hingga jalan raya, yang menjadi lalulintas aktifitas manusia. Bukan tidak mungkin satwa-satwa yang melintas jalan ini bisa juga tertabrak kendaraan yang lewat ataupun sebaliknya, kita bisa terluka karena tidak siap melihat keberadaan satwa-satwa liar dekat dengan kita.
Mengatur perilaku manusia yang lewat jalan hutan dari Doro-Petungkriyono sudah selayaknya harus dibuat berbeda dengan jalan pada umumnya untuk menghargai kekayaan keanekargaman hayati yang di miliki Kabupaten Pekalongan.
Daftar pustaka :
1. Eudey, A.A., 2008. The crab-eating macaque (Macaca fascicularis): widespread and rapidly declining. Primate conservation, 23(1), pp.129-133.
2. Reynolds, R. G., Niemiller, M. L., & Revell, L. J. ,2014. Toward a Tree-of-Life for the boas and pythons: Multilocus species-level phylogeny with unprecedented taxon sampling. Molecular phylogenetics and evolution, 71, 201-213.
No comments:
Post a Comment