Wednesday, January 30, 2019

Belajar dari Para Burung : Kongress Peneliti dan Pemerhati Burung

tim Uma malinggai yang ikut dalam acara kongress burung 

Acara Kongress Peneliti dan Pemerhati Burung Indonesia yang ke-5 menjadi kesempatan SwaraOwa mengajak tim dari Uma Malinggai Tradisional  Mentawai belajar tentang burung-burung di Indonesia, permasalahan dan potensinya pemanfaatannya. Acara yang di selenggarakan di Padang tanggal 26-29 Januari 2019 ini di laksanakan di Universitas Negeri Padang dan juga di Universitas Andalas.
Kesempatan untuk mempromosikan keanekaragaman jenis burung di Kep.Mentawai juga menjadi pengalaman tersendiri untuk tim kali ini. Acara  di mulai di hari minggu, di UNP dan kita ikut dalam 2 workhsop yaitu  ada yang masuk di kelas “ekowisata burung” dan ada yang masuk di kelas “Pengawasan dan Perdagangan Burung”.

Ridwan Tulus, dari SumatraandBeyond berbagi pengalaman bagaimana beliau membangun usaha ekowisata di wilayah Sumatra, dengan konsep  “Protect The Culture, Protect The Nature, Empower & Bring Benefit for Local People, and Support Conservation”.  Sesi ini menjadi diskusi menarik dengan teman-teman dari Mentawai, karena tim yang kita ajak ini juga merupakan bagian dari pelaku wisata yang ada di Kep.Mentawai.

Giyanto dari WCS Indonesia Program, menyampaikan cerita bagaimana beliau mendorong para penegak hukum di Indonesia terkait dengan perdangangan satwaliar, dengan metode “undercover” yang terbentuk dari naluri sepertinya ini menjadi metode pengumpulan data di level grassroots yang sangat penuh resiko. Namun dari kegiatan mas Giyanto ini memberikan banyak kemajuan untuk penegakan hukum khususnya terkait kejahatan satwaliar di Indonesia. Apalagi burung, yang kini berjumlah 1771 jenis ini hampir 15% di antaranya adalah terancam punah. Modus jual beli burung ini sudah sedemikian canggih seperti dalam sindikat narkoba, perdagangan illegal yang di lakukan secara sistematis, terorganisir, canggih, dalam skala nasional dan internasional, Indonesia sebagai sumber keanekargaman hayati tinggi sekaligus sebagai pasarnya. Menurut mas Giyanto, jenis-jenis burung yang di perdaganggankan di Indonesia  80% merupakan tangkapan dari alam liar, di tahun 2016-2018 dari 3 lokasi pasar burung saja tercatat 412 jenis dan 712866 individu yang di jual belikan.

Hari kedua  menjadi kesempatan kita untuk menampilkan hasil pengamatan tentang burung-burung Pantai di Kep.Mentawai, hasil pengamatan ini juga menjadi hasil karya ilmiah pertama untuk tim Mentawai ini tentang burung-burung pantai, dan dapat di download disini untuk 2 publikasi penelitian dari kegiatan di Kep.mentawai. Meskipun tujuan utama di kepulauan Mentawai adalah untuk pelestarian Bilou, namun pengalaman tentang burung ini menjadi hal baru dan juga kemungkinan yang dapat di kembangkan sebagai bagian upaya pelestarian keanekargaman hayati kep.mentawai yang berkelanjutan. 

Bagi tim Uma Malinggai acara ini menjadi penting untuk melatih kemampuan, meningkatkan kapasitas dan juga menambah jejaring pegiat konservasi alam, dan motivasi juga untuk tampil di acara tahun depan dengan membawakan sendiri hasil pengamatannya, sampai jumpa di KPPBI VI, di Jawa Timur.



No comments:

Post a Comment