di tulis oleh :
Sidiq
Harjanto
sidiqharjanto@gmail.com
Hampir semua
orang pernah mencicipi manisnya madu, cairan kental berwarna keemasan atau
terkadang warna lain seperti putih atau hitam. Madu diproduksi oleh lebah. Namun
tidak semua lebah menghasilkan madu, dan tidak banyak jenis lebah yang
menghasilkan madu dalam jumlah yang layak untuk dipanen oleh manusia. Faktanya,
madu yang beredar di pasaran dan bisa kita nikmati sehari-hari berasal dari
beberapa jenis lebah marga Apis, dan sebagian kecil dihasilkan lebah tak
bersengat (meliponin). Di Indonesia, madu umumnya berasal dari lebah hutan (Apis dorsata), dan lebah ternak (Apis mellifera). Lebah hutan (A. dorsata) membangun sarang terbuka,
menggantung pada dahan pohon-pohon tinggi atau terkadang di tebing. Jenis ini
cenderung membutuhkan habitat berupa hutan yang masih baik. Lebah ini juga
dikenal agresif, akan menyerang pengganggu dengan cara memberikan sengatan
menyakitkan secara berkelompok. Pada beberapa kasus, dampak serangan dorsata
bisa fatal. Karena perilaku hidup seperti itu, maka lupakan untuk
membudidayakan jenis ini. Hanya para pemburu yang terlatih yang mampu memanen
madunya dari alam. Sebenarnya ada satu lagi jenis lebah yang menghasilkan madu
dengan kualitas sangat baik, dan dapat dibudidaya, dialah Apis cerana. Namun cukup sulit menemukan produk madu lebah jenis
ini di pasaran.
|
Koloni lebah Apis cerana |
Lebah Apis cerana adalah sepupu dari lebah
ternak Apis mellifera. Secara umum
kedua jenis memiliki banyak kemiripan; baik dari morfologi tubuh, maupun
perilakunya. Yang sangat membedakan kedua jenis ini adalah distribusi alaminya.
Lebah A. cerana menghuni kawasan
Asia, paling barat lebah ini ditemukan di suatu tempat di Iran, paling timur di
kawasan tengah Indonesia, paling utara di Cina, dan paling selatan masih di
Indonesia. Karena sebaran alami lebah jenis ini di Asia, maka biasa disebut
sebagai lebah madu asia (Asiatic/eastern
honey bee). Sedangkan sebaran alami A.
mellifera adalah di Eropa dan Afrika, ke timur hanya sampai Asia barat.
Lebah jenis ini biasa disebut sebagai lebah madu eropa (European/western honey bee).
Uniknya kedua jenis lebah ini hanya terpisahkan oleh sabuk gurun berjarak ratusan
kilometer di Iran. Campur tangan manusia menjadikan jenis-jenis lebah dapat dijumpai
di luar sebaran alaminya. Jenis A.
melifera kini dapat dijumpai di semua benua kecuali Antartika. Jenis ini paling
banyak dibudidaya dan merupakan penyuplai utama madu di dunia, karena produktivitasnya
yang tinggi.
|
A.cerana |
Lebah madu asia (A.
cerana) merupakan jenis lebah asli Indonesia, berdampingan dengan berbagai
jenis Apis lainnya meliputi A.
andreniformis, A. dorsata, A. koschevnikovi, dan A. nigrocincta. Dapat dikatakan negeri
kita memiliki kekayaan jenis Apis terbanyak di dunia. Meskipun demikian, di
kalangan peternak lebah Indonesia, lebah lokal kurang dikelola dengan baik
karena produksi madunya yang kalah dengan jenis A. mellifera yang dijuluki lebah unggul. Sebagian besar peternakan
lebah besar di Indonesia menggunakan jenis lebah introduksi sebagai penghasil
madu maupun produk lebah lainnya seperti bee
pollen, propolis, dan royal jelly. Jauh sebelum lebah eropa
didatangkan, masyarakat Indonesia sudah sangat akrab dengan pemeliharaan lebah
lokal secara tradisional. Saat ini, lebah lokal masih dipelihara dalam skala
kecil oleh masyarakat di pedesaan terutama yang berdekatan dengan hutan.
Berbeda dengan lebah unggul yang dipelihara dalam peti-peti yang didesain
khusus untuk produksi, dan dengan sistem penggembalaan mengikuti ketersediaan sumber
pakan; lebah lokal umumnya masih dipelihara dalam gelodok (batang kayu yang bagian dalamnya berongga) atau dalam peti
sederhana, dan tidak digembala.
|
Budidaya lebah hutan |
Dewasa ini, dunia perlebahan sedang mengalami berbagai
permasalahan global. Salah satu yang mengkhawatirkan adalah hilangnya sebagian
koloni lebah secara misterius. Fenomena ini dikenal sebagai colony collapse disorder (CCD). Kehilangan
koloni lebah telah menjadi momok serius bagi peternakan lebah di Eropa dan
Amerika. Hilangnya ribuan koloni lebah tiap tahun bukan saja mengancam persediaan
madu dunia, namun juga mengancam produksi berbagai jenis komoditas pertanian.
Hal ini karena lebah terbukti merupakan agen pembantu penyerbukan berbagai
jenis tanaman. Dunia bahkan mempercayai bahwa ada peran lebah pada satu di
antara tiga jenis makanan yang kita gigit sehari-hari. Selain berupaya untuk
mengatasi CCD, dunia kini mencari alternatif jenis-jenis lebah selain mellifera
untuk dibudidayakan, baik sebagai penghasil madu maupun agen penyerbuk bunga.
Tak heran jika geliat pengembangan peternakan lebah non-mellifera kini mulai
terasa. India dengan pengembangan Apis
cerana-nya. Negara-negara di kawasan Amerika latin, Afrika, dan negara
tetangga kita - Australia juga melaju cepat dalam mengembangkan lebah meliponin
(stingless bee).
Bagaimana dengan Indonesia? Dengan adanya ancaman CCD dan
berbagai hama musuh lebah eropa seperti Varroa
dan Nosema; maka negara kita yang
kaya akan jenis lebah perlu berbenah. Kita memiliki Apis cerana dan jenis-jenis lebah potensial lainnya yang kiranya layak
untuk dikembangkan sebagai pengasil madu khususnya untuk mendukung kebutuhan
nasional yang saat ini masih defisit. Berhadapan dengan parasit seperti Varroa,
jenis lebah native yang kita miliki
jauh lebih tangguh. Terlebih, jenis lebah lokal tentunya lebih cocok dengan
kondisi alam di Indonesia. Diperlukan komitmen untuk pengembangan teknik
pemeliharaan jenis lebah lokal, mulai dari desain peti lebah, teknik
perbanyakan koloni, teknik pemanenan produk, hingga manajemen hama-penyakit.
Perlu disadari pula bahwa pengembangan perlebahan seringkali berhadapan dengan
permasalahan umum seperti penggunaan pestisida. Dengan begitu, kegiatan perlebahan
sangat perlu didukung dengan konsep pertanian yang ramah lingkungan.
|
Penyerbukan bunga kopi Robusta oleh lebah |
SwaraOwa, melalui kegiatan "Kopi dan Konservasi Primata" berupaya untuk memberikan kontribusi kecil bagi
pengembangan perlebahan bersama masyarakat sekitar hutan di Kecamatan
Petungkriyono, Kab. Pekalongan. kegiatan pelestarian Owa jawa yang menjadi awal progam, telah dan sedang berkembang dengan hal baru yang sebenarnya juga sangat terkait dengan kelestarian hutan dan kegiatan ekonomi lokal yang bersumber dari sumbedaya hutan. Ternak lebah merupakan salah satu kegiatan
ekonomi terbaik bagi masyarakat di sekitar hutan. Di satu sisi kegiatan ekonomi
ini tidak membutuhkan modal yang besar, dan tidak terbatas kepemilikan lahan.
Di sisi lain dengan terpeliharanya populasi lebah, maka peran mereka dalam
membantu penyerbukan sebagian besar tanaman hutan akan terus terjaga. Hutanpun
akan terus lestari. Masyarakat di Petungkriyono sendiri telah memiliki
pengalaman cukup panjang dalam pemeliharaan lebah lokal Apis cerana. Mereka membuat gelodok dari batang tanaman paku tiang,
atau peti papan dengan desain yang sederhana.
Apa yang dapat kami lakukan saat ini adalah mendorong
masyarakat untuk membangkitkan kembali semangat memelihara lebah lokal,
mengembangkan teknik pemeliharaan yang ‘modern’, dan tentu saja membangun pasar
yang mau memberikan apresiasi terhadap produk yang dihasilkan lebah lokal. Kami
meyakini bahwa dengan pengelolaan yang tepat, maka lebah lokal akan mampu
‘memberikan perlawanan’ terhadap lebah import dalam hal produktivitas madu
maupun produk-produk lebah lainnya. Dan yang lebih penting lagi, peran penting
lebah lokal bagi kelestarian hutan selama ribuan tahun atau bahkan jauh lebih
lama lagi, akan tetap terjaga.