Ditulis oleh : Sidiq harjanto, email : sidiqharjanto@gmail.com
produk jadi, lillin aroma terapi dan pomade rambut #wildlifefriendly
Kawasan hutan menjadi penyangga kehidupan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hutan memberikan manfaat berupa hasil kayu, hasil hutan bukan kayu (HHBK), maupun jasa lingkungan. Hutan menjadi habitat berbagai jenis fauna, termasuk jenis-jenis lebah. Lebah penghasil madu, sangat familiar sebagai salah satu contoh potensi HHBK. Jenis lebah yang paling banyak dipanen dari kawasan hutan adalah lebah hutan (Apis dorsata). Di samping memiliki nilai penting bagi ekosistem hutan sebagai agensia penyerbukan, lebah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat hutan. Pengembangan dan pemanfaatan produk turunan dari kegiatan perlebahan ini diharapkan dapat memberi contoh dan mendorong kegiatan ekonomi produktif dan tidak merusak hutan dari sekitar habitat Owa Jawa.
Salah satu contoh pemanfaatan HHBK madu berada di salah satu site kegiatan SwaraOwa, yaitu Desa Mendolo. Desa ini termasuk wilayah administratif Kecamatan Lebakbarang, Kab Pekalongan. Kawasannya terdiri dari hutan alam, lahan wanatani, sawah, dan pemukiman. Desa ini telah identik dengan pemanenan lebah hutan atau masyarakat menyebutnya ‘tawon nggung’. Nama ilmiahnya Apis dorsata. Memanen madu hutan menjadi keahlian mayoritas laki-laki dari desa ini.
praktek pengolahan lilin lebah |
Barangkali sebagian besar masyarakat hanya mengetahui madu sebagai produk perlebahan. Madu memang dikenal sebagai komoditas paling popular, karena sebagian besar orang menyukai rasa manisnya. Madu dikonsumsi sebagai suplemen kesehatan, atau bahkan sebagai obat. Hanya sampai di situ saja pengetahuan orang terhadap lebah. Padahal, selain madu masih banyak produk yang dihasilkan oleh lebah. Komoditas-komoditas lainnya antara lain propolis, royal jelly, pollen lebah (beepollen), dan lilin lebah (beeswax).
Lilin lebah atau dikenal sebagai beeswax dihasilkan oleh kelenjar pada bagian segmen-segmen perut (abdomen) lebah. Lilin ini merupakan bahan utama penyusun sarang bagi lebah, berbentuk segi enam yang sangat khas itu. Fungsinya adalah sebagai pelindung larva dan pupa, serta penyimpanan makanan seperti madu, roti lebah (beebread), dan royal jelly. Lilin lebah ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Biasanya lilin lebah diekstrak dari sisa kantong madu yang telah dipanen. Sisa-sisa kantong madu tersebut dipanaskan hingga mencair, kemudian disaring, dan dicetak. Produknya masih berupa lilin mentah yang bisa diproses lagi menjadi berbagai produk turunan.
bahan bahan untuk membuat pomade dan lilin aromaterapi |
Sebagai kontribusi dalam pengembangan produk-produk HHBK berbasis lebah, SwaraOwa membuat pelatihan pengolahan lilin lebah bagi Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo pada Minggu, 18 Oktober 2020, bertempat di demplot perlebahan SwaraOwa di Desa Mendolo. Pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan produk-produk turunan dari lilin lebah. Sebagai langkah awal, pelatihan ini mengangkat dua produk turunan, meliputi pomade dan lilin aroma terapi. Pomade merupakan produk yang popular digunakan dalam penataan rambut, terutama di kalangan anak muda. Sedangkan lilin aroma terapi adalah lilin bakar yang telah diinput dengan aneka aroma dari essensial oil. Dua produk ini dipilih karena proses pembuatannya yang sederhana.
Selain proses pembuatan yang mudah, bahan-bahannya pun cukup mudah diperoleh. Lilin lebah merupakan produk yang dihasilkan sendiri oleh para pemanen madu lebah dorsata di Desa Mendolo, sedangkan bahan-bahan lainnya relatif mudah diperoleh di pasaran. Beberapa di antaranya bahkan bisa diproduksi sendiri. Untuk pembuatan pomade, lilin lebah menjadi salah satu bahan utama, selain beberapa bahan lain seperti microwax, vaseline, virgin coconut oil (VCO), castor oil, dan essential oil. Sedangkan bahan untuk pembuatan aroma terapi antara lain beeswax, minyak kelapa, essential oil, benang katun untuk sumbu lilin, dan gelas wadah lilin.
Dalam pelaksanaan pelatihan ini, SwaraOwa menggandeng salah satu praktisi produsen pomade di Kabupaten Pekalongan @timbankklimis sebagai narasumber. Selain mengenalkan bahan dan proses pembuatan produk, narasumber juga memberikan gambaran pemasaran produk tersebut. Antusiasme peserta nampak dari awal sampai selesainya kegiatan pelatihan ini.
Dengan adanya pelatihan ini diharapkan bisa memberikan inspirasi bagi pemuda di Desa Mendolo, terutama mereka yang tergabung dalam kelompok PPM- Mendolo, untuk bisa mengoptimalkan potensi yang ada di wilayah mereka. Lilin lebah, misalnya, yang selama ini hanya dijual dalam bentuk yang masih mentah, dapat diolah menjadi produk dengan nilai jual yang jauh lebih tinggi. Dengan bekal keterampilan yang telah diberikan, semoga akan muncul produk-produk baru dari Desa Mendolo yang mencerminkan identitas desa ini sebagai desa hutan dengan segenap potensi alamnya. Salam lestari!