Lutung merah (Foto BNF) |
Hal inilah salah beberapa hal yang mendasari swaraowa
mengadakan seri diskusi konservasi, kebetulan sekali bulan April ini SwaraOwa bekerjasama
dengan lembaga konservasi internasional yang berada di Kalimantan Tengah –Borneo
Nature Foundation (BNF), ada kegiatan pertukaran staff untuk field visit. Seri
dikusi konservasi yang pertama, telah sukses dilaksanakan tanggal 27 April
2018.
Owa Kalimantan (Foto BNF) |
Acara di laksanakan di Welo asri, sebuah lokasi wisata edukasi yang sedang dibangun di habitat owa jawa oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono.Tim BNF di wakili oleh Eka Cahyaningrum (primate scientist), supian (koordinator peneliti lutung merah) dan Azis ( koordinator peneliti owa) dengan senang hati berbagi cerita lapangan untuk peserta yang mewakili beberapa lembaga dan organisasi yang tertarik dengan kegiatan ini.
Acara ini di hadiri oleh kurang lebih 40 peserta, dari
mahasiswa, kelompok pecinta alam, BKSDA dan Petugas Penyuluh Kehutanan, dan
beberapa pegiat media sosial di
Kab.Pekalongan. Acara dibuka oleh ketua pokdarwis Welo Asri (M.Kuswoto) dengan
memperkenalkan wilayah petungkriyono secara umum dan kemudian di sambut oleh
pemaparan singkat jenis-jenis primata oleh Salmah widyastuti (swaraowa).
Mendengarkan cerita lapangan tim BNF yang sangat berbeda
kondisi alamnya dengan habitat Owa di Petungkriyono, memberikan gambaran
langsung bagaimana kegiatan penelitian di hutan rawa gambut dataran rendah di
Sebangau. Azis dan Supian menceritakan
suka duka ketika dilapangan yang membatu peneliti-peneliti dari dalam dan luar
negeri, kondisi hutan rawa yang terendam air dan ketika musim kemarau mengalami
kebakaran hebat, adalah hal luar biasa yang di lakukan, untuk mengumpulkan
informasi ilmiah sebagai dasar ilmu pengetahuan dan masukan untuk pengelolaan
keanekargaman hayati.
Eka, Supian dan Azis dari BNF menyampaikan presentasi |
Secara umum Eka memparkan bahwa kegiatan kegiatan penelitian
inilah yang membentuk sebuah organisasi yang solid, program penelitian, program
pelaksana, dan tim pendukung, menjadi sebuah kesatuan organisasi yang saling
melengkapi untuk melestarikan keanekaragaman hayati di Sebangau.
Sesi Tanya jawab, memunculkan pertanyaan yang cukup menarik
karena dari penelitian di Sebangau terdapat kelompok owa yang di anggota
kelompoknya yang betinanya lebih dari satu, dan hal ini sangat jelas di
ceritakan oleh tim, bagaimana mereka mengikuti perubahan yang terjadi dalam
kelompok ini, owa yang di kenal sebagai binatang yang setia pasangan, ternyata
kondisi di alam kadang berbeda dengan teori yang selama ini berlaku. Perilaku
owa Kalimantan juga sangat jelas di ceritakan tentang perilaku bersuara yang
berbeda dengan perilaku bersuara owa di petungkriyono, dimana owa jantan dan
betina melakukan panggilan bersama-sama (duet
call).
Suasana diskusi |
Lutung merah yang di kenal dengan Bahasa Dayak dengan nama
Kelasi (Presbytis rubicunda) sangat menarik
di ceritakan bagaimana anggota dalam
kelompok ini menjalankan fungsi sosialnya, individu lain yang dewasa akan
menjanga dan menggendong bayi lutung yang di tinggal induknya, bayi lutung
merah teramati lebih berani, dan mandiri, meskipun terpisah dari induknya,
berbeda dengan bayi Owa yang selalu dalam gendongan selama hampir 3 tahun.
Foto bersama dengan peserta (Foto Suprio Y) |
Seri diskusi konservasi ini, di tutup oleh tim swaraowa dengan
harapan kedepan dapat membangun komunikasi antar pegiat konservasi di wilayah
habitat primata terancam punah, saling tukar pengalaman dan informasi juga
menjadi hal yang sangat mungkin untuk membangun kolaborasi yang lebih nyata
untuk konservasi primata Indonesia.