![]() |
| lokasi pengamatan Owa Jawa |
oleh : Kurnia Ahmaddin
Pada bulan Juli kami mengunjungi desa Kutorojo, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan yang merupakan perwakilan area paling Barat pegunungan Dieng selama 4 hari. Kunjungan tersebut merupakan agenda kami untuk monitoring populasi Owa jawa (Hylobates moloch) dengan metode Triangulation vocal count. Lokasi lain yang kami untuk kunjungan serupa adalah dusun Sawanganronggo desa Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan dan desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Kami menempatkan 3 Listening Post (LPs) pada masing-masing desa dengan jarak antar LPs adalah 300 m. Tim yang terlibat monitoring tidak berganti personil pada tiap LPsnya dengan menambahkan 1 warga lokal pada tiap desa. Bersamaan dengan pengambilan data suara, kami juga menempatkan 3 perekam pasif dengan jarak 150-200 m untuk tiap perekam.
Hasil dari monitoring di Kutorojo kami mengonfirmasi 7 kelompok Owa bersuara dari minimal 2 LPs yang mendengar Greatcall. Sedangkan di Sawanganronggo kami mengonfirmasi 15 titik suara dan di Tombo 9 titik. Dari seluruh area yang di survei jarak maksimal yang terdengar oleh tim adalah 1 Km. Di Kutorojo dan Sawangganronggo lokasi LPs kami merupakan punggungan bukit dengan kopi lokal yang sebagian besar sudah di hilangkan pohon hutannya. Arah datang suara Owa dari kedua lokasi tersebut cenderung datang dari hutan alam tanpa tanaman kopi. Akibatnya banyak suara yang terdengar tumpang tindih dari kedua lokasi tersebut. Namun demikian di Sawanganronggo kami masih menjumpai Owa jawa yang berpindah dengan menggunakan pohon kopi dengan tinggi 7-9 meter. Kami juga mendapat laporan dari warga bahwa Owa jawa di Sawangganronggo sempat terlihat sekali mencicipi buah kopi matang.
Hasil konfirmasi pada ketiga titik tersebut belum dianalisis, kami hanya mendeskripsikan hasil data dari lapangan. Pada bulan Juni Tim Monitoring juga melakukan Triangulasi di desa Mendolo, namun dari 7 kelompok yang kami hitung tidak satupun melakukan Greatcall selama periode pengambilan data.
Selama periode monitoring kami tidak menentukan tujuan spesifik terutama untuk penelitian ilmiah. Dikemudian hari kami harap dapat menentukan tujuan riset sehingga kami dapat menggunakan metode yang terukur dan SOP dalam pengambilan data dapat ditentukan. Sehingga data yang telah diperoleh dapat di analisis menggunakan tools yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penggunaan aplikasi lain juga dapat di terapkan jika SOP sudah ditentukan mengingat ‘Kobotoolbox’ tidak dapat menggunakan fitur ‘tracking’ dan hanya memiliki 1 Gb untuk cadangan data.
Perubahan lahan hutan agaknya perlu disikapi lebih serius mengingat tren kopi sambung untuk memperbanyak produksi. Hal ini cenderung membuat petani lokal memangkas pohon hutan untuk memberi cahaya matahari pada tanaman kopi mereka. Kedepan mungkin diperlukan klasterisasi lahan kopi sehingga deskripsi kesesuaian habitat dapat lebih dideskripsikan spesifik dan petani hutan dapat diapresiasi dari kelimpahan spesies di lahan garapan mereka. Selain ancaman perubahan habitat, perburuan primata tidak ditemukan selama periode monitoring namun, perburuan burung semakin masif bahkan di lapangan saat ini seluruh burung menjadi target tangkapan tidak terbatas pada jenis burung kicau.

No comments:
Post a Comment