Ranomafana, tidak
hanya lemur, namun karena musim ini musim dingin, perjumpaan dengan jenis-jenis
yang “aneh” tidak seperti ketika cuaca sedang hangat, jenis-jenis burung pun
tidak se’colourful’ ketika musim panas, Coquerel's Coua burung, cockoo, endemik madagaskar, dengan ukuran besar, ekor panjang dan ada warna mencolok di sekitar matanya, sempat melihatnya di Taman nasional Ranomafana, ketika menyusuri jalur trekking lemur. Ada insect yang sangat unik, dan
ini adalah termasuk salah satu serangga yang harus di lihat kalau ke madagascar,
yaitu Geraffe weevil, Kumbang jerapah (Trachelophorus giraffa). Leaf tailed gecko, atau tokek ekor kipas, si rajanya kamuflase. Diversifikasi hayati yang unik, tidak dijumpai di belahan bumi manapun, terbentuk dari proses evolusi dan isolasi geografis 80-165 juta tahun yang lalu.
 |
Giraffe weevil |
 |
Coquerel's Coua, (Coua coquereli)
|
 |
tokek setan ekor kipas (Uroplatus phantasticus) |
Menemukan kumbang jerapah, sebuah
ketidak sengajaan, karena pada awalnya saya sedang berjalan menyusuri jalan
hutan di sekitar CvB, dan kemudian saya menyapa beberapa bapak-bapak yang lagi
duduk-duduk di tepi jalan, “Salama” , dan bapak itu membalas, isect, giraffe
betle.., sambil menunjukkan sebuah wadah cotainer, bulat dan membukanya,
pelan-pelan, dalam hati saya, wah ini serangga yang saya ingin lihat juga..., ):
Kumbang yang benar-benar unik, Kumbang Jerapah dinamai demikian karena leher
kumbang jantannya sangat panjang, yang lebih panjang dari tubuhnya dan
digunakan untuk melawan saingan dan membangun sarang. Sesaat kemudian teman
saya dari vietnam Hiep and Quyet datang, dan mereka berdua juga sangat excited,
waw..wow…’ berteriak kegirangan. Bapak bapak ini sepertinya memang sudah
terbiasa menawarkan serangga-serangga untuk di tawarkan di foto kepada
pengunjung, meskipun tidak mengerti bahasanya, dari gesturnya, menujukkan
serangga kemudian minta uang, Kami kemudian memfoto dengan puas serangga ini,
hingga akhirnya berkumpul beberapa warga yang lain yang membawa serangga juga. Ternyata
sama jantan geraffe weevil juga, Quyet men setting 2 serangga itu untuk di foto
bersama setelah puas dengan memfoto serangga ini, kami mengasih tips kepada
bapak2 itu, masing-masing kami memberi 20000 Ar.
Tanggal 19 juli
2025, jam 5 pagi kami telah Bersiap di minibus yang telah disiapkan oleh Noel
Rowe, dan Benzy driver kami juga telah siap. Kami meninggalkan Ranomafana,
menuju Antananarivo. Untuk esok siang pembukaan kongress primata dimulai.
Perjalanan kembali ke antanarivo, kami singgah di kota yang sangat ramai
sekali, Antsirabe. Kota dengan ciri arsitektur eropa, menurut sejarahnya kota
ini jadi tempat istirahat para misionaris di tahun 1800an, dan berkembang
menjadi tempat wisata yang terkenal dengan adanya becak-becak yang di tarik
manusia, dan kerajinan tangan yang di jual untuk tamu-tamu. Dari makanan, kain,
kerajinan bambu, sampai batu akik dari berbagai jenis batu dijual di tawarkan
ketika tamu-tamu wisatawan singgah di kota ini.
Perjalanan kembali, ke Antanarivo ternyata lebih lama lebih dari 15 jam, karena kendaraan kami bermasalah, kami berhenti beberapa kali, sempat memanggil mekanik lokal, namun tidak bisa memperbaiki, kendaraan berasap tebal dan tidak ada tenaga, meskipun sampai juga di Antanarivo, namun minibus ini perlu masuk bengkel mungkin butuh waktu beberapa hari untuk memperbaiki.
Acara Kongress
Primata dan Symposium , 20-25 Juli,
Antananarivo
 |
venue IPS congress Antanarivo |
 |
pembukaan IPS Congress ke 30 oleh Walikota Madagascar |
Pembukaan acara
pada tanggal 20 Juli 2025, sore hari ,
sangat atraktif dengan iringan musik perkusi malagasy, dan langit cerah
menghangatkan suasana yang dingin, “tonga soa” selamat datang dalam Bahasa
malagasy, ikon ringtailed lemur dan sifaka diletakkan di sudut-sudut taman, dan
replika giant lemur dengan ukuran yang
sebenarnya, menyambut kedatangan peserta. Ya Giant lemur, lemur terbesar yang
berukuran sebesar orangutan saat ini, pernah ada di madagascar hingga 700 tahun
yang silam, dan kini telah punah.
Setelah menyapa
dan berjumpa dengan teman-teman peserta lain, acara pembukaan ini seakan
menjadi acara reuni setiap dua tahun untuk peserta, dan juga peserta-peserta
baru yang belum sama sekali pernah bertemu. Acara dibuka dengan pembukaan oleh
ketua panita prof Jonah Ratzimbazafi menyambut dengan selamat datang kepada
semua peserta, dan tarian-tarian dan musik khas Madagascar, ada salah satu
penampilan artis difable, tidak mempunyai jari-jari tangan tapi mampu memainkan
musik bambu sperti gitar.
 |
suasan pembukaan IPS Madagascar dan foto bersama peserta dari India dan Singapura |
 |
delegasi primata Indonesia, di IPS Madagascar |
Kongress dan
symposium secara resmi di buka pada pagi hari tanggal 21 Agustus 2025 oleh
walikota Antananarivo, dalam sambutannya Wali Kota Antananarivo menyampaikan
pentingnya acara tersebut bagi kota dan negara, sekaligus menekankan pentingnya
konservasi lemur dan kolaborasi internasional. Jonah sebagai ketua acara
menyampaikan bahwa acara ini dihadiri lebih dari 700 peserta dari 53 negara.
Dari Indonesia, ada 9 orang yang mewakili project konservasi atau penelitian terkait species primata Indonesia, representasi yang sangat kecil apabila dibandingkan dengan jumlah primata Indonesia saat ini, 62 species. Perwakilan indonesia, juga merepresentasikan region Jawa, Sumatera dan Kalimantan, tidak ada peserta yang mewakili primata dari Sulawesi, padahal ada setidaknya 20 jenis species primata dari Sulawesi. Biaya transport yang mahal masih menjadi kendala untuk peserta dari Indonesia hadir di kongres tahunan International Primatological Society. Acara
yang beralangsung selama 5 hari ini, setiap pagi di buka dengan keynote speaker
dan simposium dan workshop di 8 tempat yang berbeda. Peserta bisa
memilih sesuai dengan minat di masing-masing tema.
Presentasi SwaraOwa
 |
presentasi swaraowa di IPS Madagascar |
Mewakili swaraOwa, di Madagascar di hari pertama saya bergabung dalam symposium “Flagship
primates: Building national identity for biodiversity conservation”. Bersama
Yunkawasi, dari Peru, symposium ini di gagas pertama kali setelah congress ips
tahun 2023 di Kuching Malaysia. Fani Cornejo dan Gerson dari Yunkawasi Peru
menjadi moderator, symposim ini bertujuan mengangkat jenis-jenis primate
unggulan (flagship) memainkan peran
penting dalam konservasi dengan menjembatani hubungan ilmiah, budaya, dan emosional
antara keanekaragaman hayati dan masyarakat dari berbagai latar belakang.
Simposium ini akan menampilkan pengalaman global dalam memanfaatkan spesies
primata ikonik untuk menumbuhkan kebanggaan, identitas, dan aksi konservasi,
serta menyoroti peran ganda mereka sebagai spesies payung dan simbol budaya.
Simposium ini bertujuan untuk mengidentifikasi benang merah
dalam memanfaatkan spesies unggulan untuk dampak maksimal, memberikan wawasan
yang dapat ditindaklanjuti kepada peserta untuk mereplikasi dan mengadaptasi
strategi-strategi ini. Mewakili swaraOwa
dari Asia, saya mempresentasikan kegiatan swaraOwa berjudul
“Preserving Gibbon Paradise : How to sustain conservation activities for
gibbon in Java and Mentawai Island” . Pembicara dari Afrika, Flagship Primate Species in Uganda: The
Mountain Gorilla oleh Gladys Rhoda Kalema-Zikusoka , dari Madagascar , Flagship
Species in Madagascar: The Indri, the ring-tailed lemur and the Golden Bamboo
Lemur oleh Patricia Wright. Dari amerika Selatan ada dua presentasi dari Peru, yaitu The San Martín titi monkey: Driving
conservation and pride in the San Martín region, oleh Jossy Claudia Luna
Amancio dan Achórate por el Mono Choro
de Cola Amarilla: Mobilizing Conservation Action Through Pride and Identity in
Peru, oleh Gerson Ferderer. Simposium di tutup dengan presentasi review
dari Russ Mittermier yang memberikan summary dari semua presentasi, bahwa
berawal dari satu taxa primata, penelitian, dan edukasi konservasi sampai ke
kebijakan suatu negara. Russ mencontohkan world lemur day, yang di peringati
diseluruh dunia di awali dari Madagascar, inisiasi kawasan konservasi
ranomafana juga salah satu keberhasilan pelestarian kawasan yang berawal dari
species unggulan lemur.
Di hari yang lain, salah satu yang menarik dan memberikan
inspirasi adalah presentasi tentang penggunaan thermal drone, oleh Fabiano dari
Brazil. Penggunaan teknologi ini memang mahal di awalnya, karena harga komersial drone dengan thermal sensor saat ini bisa
lebih dari Rp50,000,000, tapi menurut Fabino ini akan lebih menghemat biaya
survey lapangan dengan metode transect convensional yang bisa dilakukan dalam
waktu enam bulan dengan luasan lokasi yang sama. Teknologi drone yang
dilengkapi dengan sensor panas dan camera resolusi tinggi dapat digunakan
sekaligus dalam waktu bersamaan.
 |
slide presentasi di symposium "direct cash tranfer for improved nature outcomes" |
Ada yang menarik di salah satu symposium tanggal 22 July,
berjudul “ Direct cash transfers for Improved nature outcomes: can they work
for the apes and other primates?” dalam symposium ini membahasa contoh-contoh
ataupun mengulas tentang teori pembiayaan konservasi dalam konteks primate.
Strategi pembiayaan ini berpusat pada
pencairan dana atau uang tunai kepada entitas atau masyarakat lokal. Hal ini
terus berkembang , dan contohnya saat ini adalah pembayaran untuk jasa ekosistem, REDD+,
obligasi konservasi, program bagi hasil, dan pendapatan dasar konservasi ,
pembiayaan ini ada yang bersyarat dan tidak bersyarat. Program transfer tunai
konservasi juga semakin dibantu oleh teknologi yang ada dan yang sedang
berkembang di sektor keuangan (mata uang digital dan uang seluler), salah satu
presenter mempresentasikan TAHANU, sebuah platform digital yang, menggunakan
uang digital dan AI untuk konservasi
gorilla di Rwanda. Program transfer tunai konservasi berupaya untuk
memungkinkan koeksistensi manusia-satwa liar dengan memberikan insentif moneter
atau kompensasi langsung kepada orang-orang yang terlibat dalam perilaku
pro-alam.
 |
peserta workshop "primatology from the global south" |
Di tanggal 24 Juli 2024, sebuah lokakarya berjudul “Primatology
from the Global South: Promoting Practices and Collaborations to Strengthen the
Discipline in Primate Habitat Countries” menjadi sesi yang paling aktif, karena
saya ikut berkontribusi dalam workshop ini dari awal penyusunan konsep, dan
pelaksanaan. Workshop ini didasari oleh permasalah primata dan primatology di
belahan bumi bagian Selatan, yang merupakan habitat asli dari primata-primata
dunia. Tantangan pengembangan ilmu primatology dan praktek konservasi
berkembang tidak seimbang karena muncul dari belahan bumi utara, atau
negara-negara maju. Workshop selama kurang lebih 3 jam ini berlangsung sangat
aktif, dengan inisiasi awal tentang survey singkat yang di lakukan tentang
Kekuatan, Kelemahan, ,Peluang, dan Ancaman dari primatology di belahan bumi
Selatan. Diskusi berfokus pada identifikasi praktik kolaboratif, promosi
kemitraan yang adil, dan pembangunan jaringan untuk mendukung kemajuan
primatologi di negara-negara habitat di belahan bumi selatan.
Post Congress Field Trip
Andasibe
26 agustus 2025, kami berangkat 11 orang menuju Andasibe, salah
satu kawasan konservasi yang paling dekat dengan ibukota Madagascar. Pagi itu
sangat cerah, seperti biasa suhu udara pagi itu berkisar antara 10-12 derajat
Celsius. Perjalanan ke Andasibe, akan memakan waktu kuranglebih 4 jam, dan
jalan lebih bagus daripada ke Ranomafana. Melewati kampung-kampung di tepi
Sungai dengan jemuran pakaian sepanjang kanan kiri sungai,dan pemukiman di
kanan kirinya. Ada tambang batu granit yang memotong sebuah bukit, dan tumpukan
batu granit deng ukuran persegi , sangat rapi, seperti potongan menggunakan
mesin, padahal hanya menggunakan palu saja,
Batu-batu ini adalah untuk bahan bangunan rumah. Rumah-rumah sepanjang
hampir 25 km dari kota, masih rapi, dan bagus.
 |
Coqurel’s Sifaka |
Kami singgah di taman reptile, Reserve Peyrieras, katanya disini ada sifaka juga, yang sudah
terhabituasi, nampak dari luar, sepertinya taman ini juga menjadi salah satu
opsi kunjungan wisata, terlihat dari adanya tempat parkir dan beberapa orang
nampak menjual souvenir. Kami turun dan masuk, membeli tiket seharga ..dengan
di temani oleh 2 orang guide. Guide itu
nampak membawa wortel, dan guide menceritakan bahwa kita bisa melihat sifaka,
dan beberapa setidaknya 5 jenis camelleon, dan leaf tailed gecko, ular dan
kodok.
 |
taman reptile, Reserve Peyrieras |
 |
Madagascar tomato frog (Dyscophus antongilii) |
Di Andasibe, kami menginap di, yang terletak di samping
kawasan tamanasional Andasibe Mantadia,
di sekitar taman nasional ini, ada komunity reserve, hutan yang dikelola
wargas sekitar, untuk wisata minat khusus pengamatan lemur. Daftar jenis
primata Madagascar bertambah lagi, mengunjungi lokasi penelitian dan konservasi
lemur Madagascar, Maromizaha-GERP dalam bahasa prancis Groupe d’Étude et de
Recherche sur les Primates de Madagascar,
yang berarti Kelompok Studi dan Penelitian Primata Madagaskar. Organisasi ini bermarkas di universitas
Antananarivo, salah satu research station yang saya kunjungi adalah Maromizaha,
yang di kelola berkolaborasi dengan universitas Turino dari Itali dan warga
sekitar. Untuk masuk ke Hutan Maromizaha, harus membayar dan di temani guide.
Kami mengambil tiket untuk pengamatan siang dan malam hari, karena ada beberapa
jenis lemur malam yang kami ingin lihat. Untuk persiapan tentusaja air minum
dan makan siang sudah kami pack, dan kami mengambil rute panjang kuranglebih 7
-12 jam trekking.
 |
Maromizaha research station |
Masuk ke jalur trekking, ternyata sudah tersedia jalur-jalur
pengamatan dan banyak camera trap juga terpasang, karena ini adalah lokasi
penelitian, banyak mahasiswa atua peneliti sedang melakukan penelitian di
lokasi ini. Baru masuk jalur, guide menunjuk salah satu pangkal batang pohon
kecil, tidak melihat apapun kecuali kulit batang coklat keputihan. Namun setelah di amati
dengan teliti, ternyata ada seekor leaf taile gecko disan, mengkamuflase dengan
sempurna. Setelah foto-foto mengamati lebih detail mulai ada perubahan warna,
sepertinya tokek ini merespon ancaman atau kehadiran kita dengan merubah warna
kulitnya, sehingga nampak lebih jelas sekarang.
Kami melanjutkan perjalanan dan baru beberapa meter, burung
raja udang kerdil Madagascar bertengger, langsung saja foto-foto, salah satu jenis
raja udang yang berhabitat di dalam hutan. Guide juga memberitahu kalau ada brown lemur
juga,namun tidak dalam posisi yang bagus untuk memfoto. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan sampai di post istirahat, lokasi yang berada di puncak
bukit dan bisa melihat pemandangan hutan Maromizaha, di tempat ini juga
disediakan toilet, karena memang lokasi ini selain untuk penelitian juga untuk
wisata, jadi fasilitas papan petunjuk, dan toilet menjadi standar kenyamanan
pengunjung.
 |
The Madagascar pygmy kingfisher (Corythornis madagascariensis) |
 |
Indri (Indri indri) |
 |
The greater vasa parrot (Coracopsis vasa) |
Setelah istirahat kami sangat beruntung bisa melihat Indri,
lemur terbesar madgascar, dan kali ini kami melihat mereka sedang kawin, moment
yang sangat langka bisa menyaksikan langsung. Kami sempat singgah di stasiun
penelitian Maromizaha, bertemu dengan para peneliti yang sedang penelitian
perilaku suara Indri, dan dibelakang stasiun penelitian kami menjumpai 3
individu diademed sifaka, sifaka yang paling indah warnanya disbanding
jenis-jenis sifaka yang sebelumnya kami jumpai di Ranomafana dan Andasibe. Warna
dominan rambut putih dengan warana orange kemerahan di bagian lengan dan kaki,
dan gelap di bagian punggung. Ada bayi juga teramati di kelompok ini masih di
gendong di depan, artinya umurnya kemungkinan dibawah 3 bulan. Kami kembali ke
ketika hari sudah gelap, untuk pengamatan malam, dari Maromizaha field station
jam 6.30 sudah gelap, dan berjalan kembali menyusuri jalur trekking tadi waktu
berangkat. Headlamp dengan filter kuning sudah saya siapkan, dan ada headlamp
warna putih kecil di pinjamkan oleh Noel rowe, untuk berjalan, dan karena
headlamp kuning saya terlalu kuat cahayanya.
 |
Diademed Sifaka (Propithecus diadema) |
 |
eastern woolly lemur (Avahi laniger) |
 |
Red ruffed lemur |
Eastern Wooly lemur, menjadi catatan terbanyak dijumpai,
malam itu, Saya, Noel Rowe, dan Monica
dari Columbia berhasil melihat sampai 9 individu. Kami juga melihat katak
pohon, chamelleon dan burung malam malagasy nightjars.
Setidaknya ada 18 jenis lemur yang saya lihat dalam
perjalanan kali ini, kirakira 10 % dari keragaman lemur madagascar. Berikut
daftar lengkapnya :
Ranomafana National Park
1. Milne edwars sifaka (Propithecus edwardsi) ( 3 individu)
2. Sportive lemur ( 1 individu)
3. Red fronted brown lemur ( 3 individu
4. Red bellied brown lemur (
Eulemur rubriventer, 2 individu)
5. Golden Bamboo lemur 1 individu
6. Greater Bamboo lemur (Prolemur simus) 1 indvidu
7. Brown Mouse lemur ( Microcebus rufus) 4 individu
Anja Community
Nature
8. Ringtailed lemur (Lemur catta) (12 individu)
Andasibe- Reserve Peyrieras- Maromizaha-VOI MMA
community forest
9. Common Brown lemur
10. Black and white ruffed lemur ( 3 indivdu)
11. Indri-Indri (7 individu)
12. Diademed lemur ( 4 individu, 1 infant)
13. Goodman’s mouse lemur ( 7 indivdu)
14. Eastern Wooly lemur ( 9 individu)
15. Coqurel’s Sifaka ( 4 individu)
Vakona lemur island
16 Red ruffed lemur (
1 individu)
17 White fronted brown lemur ( 6 individu)
18. Bamboo lemur (
2 individu)
Kami mengakhiri kunjungan di Madagascar, dengan mengunjungi
museum, dimusim inilah tersimpan fosil giant lemur dan elephant bird. Kedua
species ini punah setelah gelombang migrasi pertama manusia ke Madagascar. Sayangya
tidak di perkenankan mengambil foto-foto di museum. dan di hari terakhir saya
dan dua orang teman dari vietnam, menjelajah kota antanarivo menggunakan taxi
klasik, citroen cv2. Kendaraan klasik dan kendaraan 4wd tangguh banyak lalu lalang di jalan madagascar, mengingat kondisi jalan yang susah dan jarak antar kota yang cukup jauh. Menikmati madagascar di atas kendaraan roda empat ( overlanding) sangat menyenangkan, apabila anda seorang car enthusiast.
Terimakasih untuk sponsor perjalanan menghadiri kongress IPS ke 30 di Madagascar untuk Primate Conservation
Inc, Re-wild, Margoth Marsh Biodiversity Foundation.
baca bagian 1, bagian 2
Misaotra...Veloma Madagascar.