Rohim menunjukkan hasil panen madunya |
oleh : Sidiq Harjanto
Datangnya
musim kemarau pada pertengahan tahun 2024 membawa berkah bagi para peternak
lebah klanceng di Desa Mendolo, Pekalongan. Semenjak bergulirnya program
“Beekeeping for Gibbon Conservation” pada 2017, Swaraowa terus membersamai para
peternak lebah klanceng untuk semakin mengoptimalkan manfaat lebah mungil
nirsengat tersebut. Budidaya lebah menjadi tawaran alternatif ekonomi lestari
bagi masyarakat di sekitar habitat owa jawa.
Adalah Tarjuki,
sebagai perintis budidaya klanceng di desa Mendolo, pada bulan Juli lalu telah
memanen belasan botol berkapasitas 450 ml. Senyum ceria menghias wajahnya saat
berbagi cerita kepada kami. Madu sebanyak itu dipanen dari kotak-kotak klanceng
yang ia taruh di beberapa lokasi kebunnya di Dusun Mendolo Wetan. Ia optimistis panenan tahun ini akan
meningkat dibandingkan dengan panenan tahun lalu.
Kegiatan ibu-ibu di Kebun Brayan Urip |
Ia pun
telah memanen madu dari koloni-koloni itama-nya. Rata-rata satu kotak
menghasilkan seliter madu. Sementara kotak-kotak laeviceps, jenis klanceng yang
ukuran tubuhnya lebih kecil, akan dipanennya saat musim bunga durian, dua atau
tiga bulan ke depan. Menurut pengalamannya, puncak-puncak musim madu itu saat
musim bunga kayu babi (Crypteronia
sp.), lalu bunga durian, dan terakhir saat musim bunga kayu sapi (Pometia pinnata) yaitu saat musim hujan
tiba.
Yukni sedang panden madu |
Para
peternak tidak hanya mendapatkan kemudahan pemanenan madu yang diperoleh dari
usaha budidaya. Nusri Nurdin, peternak yang juga berprofesi sebagai pemanen
madu lebah liar mendapatkan berkah lain. Selain memanen madu lebah hutan Apis dorsata, ia juga memanen madu klanceng
liar sebagai sampingan. Di kalangan pemanen madu liar di Mendolo, pria yang
akrab disapa Udin ini adalah salah satu yang paling pemberani. Ia tak ragu
memanjat pohon-pohon tinggi yang dianggap ekstrem oleh kawan-kawan
seprofesinya.
Bapak dua
anak itu menuturkan bahwa semenjak maraknya budidaya yang dijalankan warga
Mendolo, ia semakin mudah mendapatkan koloni lebah klanceng liar. Ia menduga seiring
terus bertambahnya koloni yang dipelihara membuat populasi lebah klanceng di
alam juga semakin terjaga. “Saya sudah panen tujuh koloni klanceng pada musim
ini. Semuanya kini telah di pindahkan ke dalam kotak,” katanya.
Pendampingan Swaraowa untuk kegiatan budidaya lebah |
Melalui serangkaian program pelatihan, para pemanen madu klanceng liar diarahkan untuk menyelamatkan koloni lebah liar yang dipanen dari alam. Koloni-koloni dipindahkan ke dalam kotak untuk dibudidayakan. Cara-cara berkelanjutan juga diperkenalkan, seperti teknik pemecahan koloni, pencangkokan, dan pemasangan kotak perangkap.
Pembibitan kayu sapi, salah satu sumber bunga untuk lebah |
Jika para bapak
dan pemuda cenderung membudidaya untuk memproduksi madu, hal berbeda dilakukan
kelompok perempuan di Dusun Sawahan. Mereka yang menamakan diri “Kelompok
Brayan Urip” ini memelihara lebah untuk mengoptimalkan jasa penyerbukan. Di
sebidang tanah yang ditanami aneka sayur mayur, kotak-kotak klanceng dari jenis
Tetragonula laeviceps ditempatkan.
Banyak penelitian
menyimpulkan bahwa spesies klanceng berukuran kecil ini efektif membantu penyerbukan
tanaman sayur seperti cabai. “Untuk tanaman cabai yang tanpa dipupuk dan tanpa
perawatan intensif, hasilnya lumayan,” terang Sri Windriyah yang dipercayai
sebagai ketua kelompok. Hasil panen dari kebun kolektif itu dijual dengan harga
murah ke anggota untuk kebutuhan rumah tangga masing-masing. Keuntungannya disisihkan
sebagai uang simpanan kelompok.
Bersebelahan
dengan kebun sayur yang dikelola Kelompok Brayan Urip, sebuah persemaian
sederhana tampak dijejali ratusan polybag berisi bibit aneka jenis tanaman.
Kesadaran bahwa budidaya lebah membutuhkan lingkungan yang mendukung, terutama
keberadaan hutan, mendorong komunitas peternak lebah untuk melakukan gerakan
menanam. Untuk itulah
persemaian ini dibuat, sebagai penyuplai kebutuhan bibit.
Rohim
selaku penanggungjawab pembibitan di Sawahan menuturkan bahwa tahun ini
persemaian yang dikelolanya akan menyediakan setidaknya 700 batang bibit kayu
hutan seperti kayu sapi (Pometia pinnata),
kayu babi (Crypteronia sp), klepu,
manggis, dan salam. Ratusan batang bibit itu disiapkan untuk ditanam saat musim
penghujan nanti.
“Tahun kemarin, dua ratusan batang bibit tanaman pucung telah tertanam di sepanjang alur-alur sungai di Dusun Sawahan ini,” kata Rohim. Penanaman dua ratusan bibit tanaman pucung (Pangium edule) itu dilakukan secara partisipatif. Sekira 20 orang petani menyediakan lahannya untuk ditanami. Warga semakin termotivasi untuk giat menanam setelah merasakan kekurangan air dampak fenomena el-nino tahun kemarin.
Bagi Swaraowa, keterlibatan dalam kolaborasi program penanaman ini merupakan bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas habitat bagi primata maupun hidupan liar lainnya. Desa Mendolo sendiri merupakan habitat bagi lima jenis primata jawa: owa jawa, lutung jawa, rekrekan, monyet ekor panjang, dan kukang jawa. Format konservasi dengan membuka ruang bagi masyarakat sebagai subjek utama telah dimulai dari desa ini.