Monday, August 12, 2024

Mereguk Manisnya Budidaya Lebah di Desa penyangga habitat Owa Jawa

 

Rohim menunjukkan hasil panen madunya

oleh : Sidiq Harjanto

Datangnya musim kemarau pada pertengahan tahun 2024 membawa berkah bagi para peternak lebah klanceng di Desa Mendolo, Pekalongan. Semenjak bergulirnya program “Beekeeping for Gibbon Conservation” pada 2017, Swaraowa terus membersamai para peternak lebah klanceng untuk semakin mengoptimalkan manfaat lebah mungil nirsengat tersebut. Budidaya lebah menjadi tawaran alternatif ekonomi lestari bagi masyarakat di sekitar habitat owa jawa.

Adalah Tarjuki, sebagai perintis budidaya klanceng di desa Mendolo, pada bulan Juli lalu telah memanen belasan botol berkapasitas 450 ml. Senyum ceria menghias wajahnya saat berbagi cerita kepada kami. Madu sebanyak itu dipanen dari kotak-kotak klanceng yang ia taruh di beberapa lokasi kebunnya di Dusun Mendolo Wetan. Ia optimistis panenan tahun ini akan meningkat dibandingkan dengan panenan tahun lalu.

Kegiatan ibu-ibu di Kebun Brayan Urip


Senada dengan Tarjuki, Yukni Buhan seorang peternak lainnya juga memprediksi hasil panenan yang lebih melimpah musim ini.  Pemuda yang tinggal di Dusun Sawahan ini kini mengelola 9 kotak klanceng dari jenis Heterotrigona itama dan sekira 40 kotak Tetragonula laeviceps. “Koloni pertama yang saya pelihara ini didapat dari memasang perangkap pakai kotak kosong,” kenangnya sembari menunjukkan kotak kayu dengan lubang kecil yang dijejali lebah-lebah mungil hilir mudik keluar-masuk.

Ia pun telah memanen madu dari koloni-koloni itama-nya. Rata-rata satu kotak menghasilkan seliter madu. Sementara kotak-kotak laeviceps, jenis klanceng yang ukuran tubuhnya lebih kecil, akan dipanennya saat musim bunga durian, dua atau tiga bulan ke depan. Menurut pengalamannya, puncak-puncak musim madu itu saat musim bunga kayu babi (Crypteronia sp.), lalu bunga durian, dan terakhir saat musim bunga kayu sapi (Pometia pinnata) yaitu saat musim hujan tiba.

Yukni sedang panden madu
Yukni berencana untuk terus menambah kotak-kotak lebah kalnacengnya dengan teknik pemecahan koloni (splitting) dan pemasangan perangkap. Ditanya tentang kesiapan daya dukung lingkungan di lokasi budidaya, Yukni bertekad untuk terus menanam aneka tanaman yang mampu memperkaya ketersediaan pakan bagi lebah, termasuk kayu-kayu hutan.

Para peternak tidak hanya mendapatkan kemudahan pemanenan madu yang diperoleh dari usaha budidaya. Nusri Nurdin, peternak yang juga berprofesi sebagai pemanen madu lebah liar mendapatkan berkah lain. Selain memanen madu lebah hutan Apis dorsata, ia juga memanen madu klanceng liar sebagai sampingan. Di kalangan pemanen madu liar di Mendolo, pria yang akrab disapa Udin ini adalah salah satu yang paling pemberani. Ia tak ragu memanjat pohon-pohon tinggi yang dianggap ekstrem oleh kawan-kawan seprofesinya.

Bapak dua anak itu menuturkan bahwa semenjak maraknya budidaya yang dijalankan warga Mendolo, ia semakin mudah mendapatkan koloni lebah klanceng liar. Ia menduga seiring terus bertambahnya koloni yang dipelihara membuat populasi lebah klanceng di alam juga semakin terjaga. “Saya sudah panen tujuh koloni klanceng pada musim ini. Semuanya kini telah di pindahkan ke dalam kotak,” katanya.

Pendampingan Swaraowa untuk kegiatan budidaya lebah
Tujuh tahun yang lalu, kondisinya sangat berbeda. Kala itu, para pemanen lebah klanceng liar masih melakukan pemanenan yang tidak berkelanjutan. Mereka membongkar sarang untuk mengambil madu lalu meninggalkannya begitu saja sehingga koloni musnah. Tak terhitung berapa banyak koloni lebah yang hilang. Tentu saja, kita juga kehilangan manfaat para lebah sebagai serangga penyerbuk.

Melalui serangkaian program pelatihan, para pemanen madu klanceng liar diarahkan untuk menyelamatkan koloni lebah liar yang dipanen dari alam. Koloni-koloni dipindahkan ke dalam kotak untuk dibudidayakan. Cara-cara berkelanjutan juga diperkenalkan, seperti teknik pemecahan koloni, pencangkokan, dan pemasangan kotak perangkap.

Pembibitan kayu sapi, salah satu sumber bunga untuk lebah
Kini, tak kurang 25 orang warga Mendolo telah menjalankan usaha budidaya lebah klanceng dan menikmati manisnya usaha yang ramah lingkungan ini. Jumlah koloni yang dipelihara masing-masing peternak bervariasi. Namun, rata-rata tak kurang dari 5 kotak. Sebagian bahkan sudah lebih dari 20 kotak.

Jika para bapak dan pemuda cenderung membudidaya untuk memproduksi madu, hal berbeda dilakukan kelompok perempuan di Dusun Sawahan. Mereka yang menamakan diri “Kelompok Brayan Urip” ini memelihara lebah untuk mengoptimalkan jasa penyerbukan. Di sebidang tanah yang ditanami aneka sayur mayur, kotak-kotak klanceng dari jenis Tetragonula laeviceps ditempatkan.

Banyak penelitian menyimpulkan bahwa spesies klanceng berukuran kecil ini efektif membantu penyerbukan tanaman sayur seperti cabai. “Untuk tanaman cabai yang tanpa dipupuk dan tanpa perawatan intensif, hasilnya lumayan,” terang Sri Windriyah yang dipercayai sebagai ketua kelompok. Hasil panen dari kebun kolektif itu dijual dengan harga murah ke anggota untuk kebutuhan rumah tangga masing-masing. Keuntungannya disisihkan sebagai uang simpanan kelompok.

Bersebelahan dengan kebun sayur yang dikelola Kelompok Brayan Urip, sebuah persemaian sederhana tampak dijejali ratusan polybag berisi bibit aneka jenis tanaman. Kesadaran bahwa budidaya lebah membutuhkan lingkungan yang mendukung, terutama keberadaan hutan, mendorong komunitas peternak lebah untuk melakukan gerakan menanam. Untuk itulah persemaian ini dibuat, sebagai penyuplai kebutuhan bibit.

Rohim selaku penanggungjawab pembibitan di Sawahan menuturkan bahwa tahun ini persemaian yang dikelolanya akan menyediakan setidaknya 700 batang bibit kayu hutan seperti kayu sapi (Pometia pinnata), kayu babi (Crypteronia sp), klepu, manggis, dan salam. Ratusan batang bibit itu disiapkan untuk ditanam saat musim penghujan nanti.

“Tahun kemarin, dua ratusan batang bibit tanaman pucung telah tertanam di sepanjang alur-alur sungai di Dusun Sawahan ini,” kata Rohim. Penanaman dua ratusan bibit tanaman pucung (Pangium edule) itu dilakukan secara partisipatif. Sekira 20 orang petani menyediakan lahannya untuk ditanami. Warga semakin termotivasi untuk giat menanam setelah merasakan kekurangan air dampak fenomena el-nino tahun kemarin.

 Bagi Swaraowa, keterlibatan dalam kolaborasi program penanaman ini merupakan bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas habitat bagi primata maupun hidupan liar lainnya. Desa Mendolo sendiri merupakan habitat bagi lima jenis primata jawa: owa jawa, lutung jawa, rekrekan, monyet ekor panjang, dan kukang jawa. Format konservasi dengan membuka ruang bagi masyarakat sebagai subjek utama telah dimulai dari desa ini.