oleh : M.Y . Khansa Kharismawan
Apa
yang terbersit dalam benak anda ketika melihat beberapa foto diatas? Zebra
cross sebagai jalur bagi pejalan kaki menyeberang atau Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO) yang jalurnya terpisah dengan ketinggian tertentu
dengan kendaraan bermotor dibawahnya. Kedua gambar tersebut mengingatkan kita
akan betapa pentingnya keamanan dan keselamatan pejalan kaki dalam beraktivitas
di sekitar jalan raya. Pertanyaan muncul terkait gambar ketiga berupa
ranting-ranting pepohonan dan korelasinya terhadap kedua gambar pertama. Apakah
gambar ketiga merupakan kondisi hutan sebelum dibangun jalan raya dan segala
fasilitasnya? Tentu tidak gambar tersebut merupakan salah satu kondisi kanopi
di Hutan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah. Tepat di bawahnya melintas
Jalan Raya Doro-Pekalongan yang menjadi akses menuju berbagai ekowisata di area
Hutan Petungkriyono. Ketika melewati jalan tersebut kita dapat melihat berbagai
satwa liar beraktivitas di diantara kanopi contohnya adalah lutung jawa (Trachypithecus
auratus) dan owa jawa (Hylobates moloch).
|
Kotoran Lutung dan Kotoran Owa |
Lutung jawa dan owa jawa merupakan jemis primata arboreal
yang menghabiskan
sebagian besar waktu diantara pepohonan.
Apa yang akan terjadi apabila konektivitas kanopi disekitar jalan raya tidak lagi dapat
digunakan lagi bagi kedua primata tersebut? Apakah mereka harus mencari
konektivitas kanopi lain, turun ke jalan untuk berpindah habitat atau bahkan
terisolasi. Walaupun keberadaan jalan tidak memutus konektivitas kanopi
secara seluruhnya, pelebaran jalan dan pembangunan fasilitas untuk ekowisata di
sekitar area jalan yang tidak berkelanjutan bagi primata arboreal dapat
mengancam keselamatan mereka. Ancamannya antara lain tertabrak kendaraan yang
melintas, predasi, tersengat aliran listrik, dan rentan tertular penyakit. Penularan
penyakit pada primata yang turun ke jalan dan melakukan kontak dengan tanah
adalah infeksi Soil-Transmitted
Helminth (STH), cacing dari golongan nematoda usus yang sifatnya parasit yang siklus perkembangbiakannya melalui tanah. Parasit ini bisa menginfeksi primata-primata yang turun ketanah atau mempunyai potensi bersentuhan dengan permukaan tanah.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kondisi infeksi STH pada lutung jawa dan owa
jawa melalui sampel feses di Hutan Petungkriyono. Hasil yang diperoleh nantinya
dapat digunakan digunakan sebagai data pembanding apabila konektivitas antar kanopi
di sekitar area jalan semakin jauh dan kontak antara primata arboreal dengan
STH semakin sering. Indikasi owa jawa menggunakan akses jalan untuk berpindah
habitat belum ditemukan. Berbeda dengan lutung jawa yang memiliki kecenderungan
untuk beraktivitas pada strata kanopi yang dekat dengan tanah ataupun diatas
tanah. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya bangkai lutung jawa di pinggir
jalan dimana tidak ditemukan aliran listrik di area yang sama. Kami menduga
lutung jawa tersebut mati tertabrak kendaraan yang melintas. Hasil publikasi
selengkapnya dapat dilihat di https://smujo.id/biodiv/article/view/11023/6152