oleh : Arif Setiawan @swaraowa
Dusun Lindon, desa Tlogohendro, menjadi lokasi yang
menjembatani komunikasi antar pihak dalam wadah forum komunikasi pengelolaan
hutan petungkriyono, untuk bertemu dan memulai
aksi bersama di lapangan. Kegiatan lapangan ini menjadi yang pertama
kali sejak surat keputusan di keluaran oleh Gubernur jawa tengah, untuk forum
kolaborasi pengelolaan hutan Petungkriyono.
Acara yang di inisiasi oleh Perhutani KPH Pekalongan Timur, Cabang Dinas Kehutanan 4, Jawa Tengah dan SwaraOWA,
telah berhasil mengundang dan
mempertemukan pihak-pihak terkait yang peduli akan pembangunan dan kelestarian
hutan Petungkriyono.
Untuk sampai ke dusun Lindon, niat saja tidak cukup, namun
perlu upaya yang tidak biasa-biasa saja, karena geografis yang bergunung, dan
jalan berliku yang kanan-kirinya jurang dan tebing batu. Menjadi semangat semua perserta yang belum pernah berkunjung ke desa di pelosok
pegunungan Kabupaten Pekalongan.
Acara penanaman pohon di hulu sungai Kupang, mempertemukan anggota forum dan warga desa Tlogohendro, setidaknya untuk mengenalkan personal dan juga selanjutnya dapat mengkomunikasikan kebijakan masing-masing Lembaga dalam mensinergikan tata Kelola hutan yang menjadi habitat Owa Jawa, dan satwa-satwa endemik Jawa lainnya.
Bapak Sugiharto, dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Jawa Tengah memberi sambutan bahwa kegiatan ini diharapkan menjadi
momentum untuk melestarikan fungsi penting DAS Kupang, mengajak warga sekitar menjadi bagian penting dalam menjaga Kawasan
penting di Petungkriyono. Jenis-jenis
yang di tanam dan dibagikan ke warga di Tlogohendro kuranglebih 1250 batang,
terdiri dari Bambu petung, dan Aren, yang secara ekologis penting untuk
pelestarian tanah dan air, namun juga dari sisi ekonomi sangat berarti bagi
warga Petungkriyono. Jenis yang lain adalah tanman buah Nangka, Sirsak, dan
Petai dan Jengkol.
Pemilihan jenis pohon yang di tanam sudah melalui survey awal terhadap lokasi tanam, berada di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut, kondisi tegakan yang masih hidup, keinginan warga dan fungsi ekologis tanaman itu sendiri. Bambu Petung ( Dendrocalamus asper) merupakan tanaman pencegah longsor yang baik, Bambu petung ini biasanya tumbuh di tepi-tepi sungai kecil yang berkontur curam. Bambu petung juga merupakan komoditas bahan pangan yang memanfaatkan rebungnya. Untuk bahan konstruksi dan kebutuhan penanaman sayuran ( ajir), juga sudah banyak di manfaatkan oleh petani-petani di bagian atas Petungkriyono, khususnya Tlogohendro.
Nangka ( Arthocarpus heterophyllus), merupakan komoditas bahan pangan yang utama untuk di Pekalongan, karena nasi megono , kuliner khas Pekalongan ini menggunakan Nangka muda sebagai bahan bakunya, meskipun belum ada data mengenai kebutuhan Nangka untuk megono, namun produsen Nangka untuk megono ini salah satunya berasal dari Kecamatan Petungkriyono. Jenis-jenis tanaman buah yang di tanam juga merupakan komoditas tanaman pangan sekaligus untuk fungsi ekologis tutupan hutan dan perbaikan habitat satwaliar.
Kopi Arabica Jawa, varian typica dan pohon Aren ( Arenga pinnata) menjadi salah satu komoditas unggulan warga di Tlogohendro dan umumnya warga di Petungkriyono, dan menjadi keinginan warga untuk memperbanyak tegakan kopi muda yang di tanam di lahan-lahan milik warga. Pohon aren selain berfungsi untuk mencegah longsor dan vegetasi penahan air hujan, aren ini menjadi sumber bahan baku untuk Gula aren dan Kolang-kaling yang sudah sejak dahulu di kelola warga di Petungkriyono. Pak Tasbin, Ketua LMDH Tlogohendro, mengungkapkan kalau potensi kopi di Desa Tloghendro ini sangat besar, namun masih belum dikelola dengan baik, tanaman-tanaman kopi sudah banyak yang tua dan kurang produktif. Dengan adanya regenerasi tanaman kopi ini, diharapkan dapat menyediakan kopi-kopi istimewa dalam waktu 4 tahun mendatang, ungkap pak Tasbin.
Salah satu program pemberdayaan yang dilakukan oleh tim Swaraowa juga telah membuat semai kopi dan Aren ini di dusun Sokokembang. Bersama warga khusunya ibu-ibu di Sokokembang, tahun ini telah berhasil memproduksi kuranglebih 15000 batang bibit kopi Arabica dan 500 batang bibit Aren. Bibit siap tanam dari kebun bibit di dusun, Sokokembang ini yang digunakan untuk penanaman di hulu Sungai Kupang.
Acara penanaman pohon di hulu Sungai Kupang, bertema “Penyelamatan hulu Sungai Kupang, untuk Pencegahan Banjir dan Longsor” juga merupakan bentuk kampanye penyadar tahuan tentang pentingnya Kawasan hulu sungai petungkriyono sebagai Kawasan tankapan air untuk wilayah dibawah, dan sarana edukasi untuk mengajak siapapun untuk menanam dan merestorasi Kawasan hutan. Pohon-pohon penting secara ekologis untuk melindungi tanah dan air, menyediaka pilihan-pilihan komoditas ekonomi, dan juga tempat berlindung bagi berbagai hidupan liar.