Oleh : Hastin Ambar
Asti (hastin.ambar.asti@gmail.com)
Herpetofauna
merupakan kelompok hewan yang terdiri atas taksa Amphibia dan Reptilia.
Termasuk di dalamnya adalah katak, kodok, sesilia, salamander, ular, kadal, kura-kura,
labi-labi, penyu, dan buaya. Kecuali salamander, anggota amfibi dan reptil
lainnya dapat dijumpai di Indonesia. Katak, kodok, kadal, dan bahkan ular dapat
dengan mudah dijumpai di sekitar permukiman. Sedangkan untuk kura-kura,
labi-labi, penyu dan buaya, diperlukan sedikit usaha dan keberuntungan. Ini
dikarenakan jenis-jenis reptil tersebut hidup di dalam hutan, di sungai, di
pesisir, dan bahkan di lautan.
Menelisik
keberadaan Herpetofauna di Pulau Siberut ternyata cukup mudah. Di Uma Malinggai
setidaknya terdapat tiga ukiran biawak dan kura-kura yang menghiasi dinding dan
pilar kayu uma. Dengan melihat ukiran satwa yang ada di uma, kita dapat
mengetahui berbagai jenis satwa yang hidup di Pulau Siberut. Ukiran tersebut
ternyata menjadi sarana untuk memperkenalkan tentang satwa kepada anak-anak Suku
Mentawai.
Ukiran
kura-kura dan biawak menceritakan kisah kura-kura dan biawak yang sedang
mencari makan di hutan. Setelah jauh berjalan memasuki hutan, kura-kura dan
biawak akhirnya menemukan pohon yang berbuah. Biawak dapat dengan mudah
memanjat pohon dan memakan buah yang ada. Namun tidak demikian halnya dengan
kura-kura. Melihat kura-kura yang tidak dapat memanjat, biawak menawarkan diri
untuk membantu kura-kura. Namun, ternyata biawak punya pikiran yang licik
karena dia ingin memakan sendiri buah-buah yang ada.
Biawak
berkata, “Kura-kura, gigitlah ekorku dan aku akan membawamu ke atas pohon. Tapi
dengan syarat ketika nanti sampai di tengah pohon, kamu harus bersorak sebagai
tanda hampir sampai ke puncak pohon”. Kura-kura pun setuju dan segera menggigit
ekor biawak. Biawak kemudian memanjat pohon dan membawa kura-kura bersamanya.
Sampai di tengah pohon, biawak menyuruh kura-kura untuk bersorak. Kura-kura
membuka mulutnya untuk bersorak, namun seketika itu kura-kura jatuh terlentang
di tanah. Kura-kura menangis sedih, dia kecewa karena ternyata biawak
mempermainkannya.
Selain
mengenal kura-kura dan biawak, masyarakat Mentawai juga mengenal berbagai jenis
katak untuk dikonsumsi dan penyu yang digunakan dalam ritual upacara adat. Masyarakat
Mentawai sebenarnya memiliki pengetahuan dalam membedakan jenis atau spesies
Herpetofauna berdasar ukuran dan corak warnanya. Walaupun identifikasi tersebut
masih umum dan kadang rancu, namun bisa cukup membantu untuk memperkirakan
jenis-jenis Herpetofauna yang ada di Pulau Siberut.
Masyarakat
Mentawai menyebut semua jenis katak dengan taratad. Kemudian penyebutan taratad
diikuti dengan ciri lain, misalnya taratad sikad kad untuk menyebut
katak berukuran kecil seperti Hylarana parvacola dan taratad paili untuk
menyebut katak berukuran besar seperti Limnonectes blythii. Beberapa
kata ganti untuk menyebut amfibi dan reptil dalam Bahasa Mentawai:
·
Taratad = katak
·
Teilek = kodok
·
Pikkot = kadal
·
Ular = ulou
·
Kura-kura = lokkipad dan toulu
Duttaphrynus melanostictus atau Teilek Padang |
Ada
sebuah cerita menarik mengenai keberadaan “Teilek Padang” atau Duttaphrynus
melanostictus. Menurut masyarakat Mentawai, “Teilek Padang” bukan merupakan
spesies asli di Pulau Siberut. Kodok tersebut diduga berasal dari Padang yang
kemudian terbawa oleh kapal-kapal yang singgah di Pulau Siberut. Sehingga masyarakat
Mentawai kemudian menyebutnya dengan “Teilek Padang” yang berarti kodok yang
berasal dari Padang.
Jenis-jenis
Herpetofauna lainnya yang dijumpai di Pulau Siberut antara lain Trimeresurus
popeorum (ulou bopai pai), Cyclemys dentata (lokkipad), Hylarana
parvacola dan Amnirana nicobariensis (taratad sikad kad), serta Eutropis
multifasciata (pikkot). Beberapa diantaranya dijumpai di permukiman dan kebun.
Beberapa lainnya dijumpai di sungai kecil yang letaknya cukup jauh dari
permukiman. Anggota Uma Malinggai yang ikut dalam praktek pengamatan
Herpetofauna ini berjalan sangat cepat, sehingga seringkali melewatkan beberapa
jenis Herpetofauna yang berukuran kecil. Namun tak jarang mereka justru
menemukan jenis-jenis unik yang berukuran besar.
Dua anak pemberani yang turut serta dalam sesi praktek pengamatan Herpetofauna |